~[]~
Jiyong melangkah masuk kedalam kamar rumah sakit, melihat si gadis yang sudah dua hari terbaring diatas ranjang itu tanpa membuka matanya sama sekali. Niatan awal Jiyong yang datang ke New York untuk berlibur dan bersenang-senang kini justru berganti haluan menjadi merawat seorang gadis tak dikenal.
"Beri saja dia uang dan ayo kembali ke Seoul," ajak Taehee sembari menepuk bahu Jiyong yang sedang merapihkan poni gadis itu.
"Dia sangat mirip dengan Nana," ucap Jiyong sembari terus memperhatikan wajah si gadis yang tidur dengan tenang di ranjangnya. "Aku tidak bisa meninggalkannya,"
"Tapi dia bukan Nana, kau bahkan tidak tau siapa namanya,"
"Karena itu aku ingin menunggunya bangun dan bertanya siapa namanya,"
"Ji, dia bukan Nana-"
"Aku tau, sangat tau, tapi rasanya aku tidak tenang kalau harus meninggalkannya disini, dia orang Korea,"
"Kau tidak tau dia orang Korea atau bukan-"
"Kau tidak bisa mengenali wajahnya? Apa menurutmu dia orang asli sini?"
"Kau harus kembali ke Seoul, besok,"
"Aku ingin membawanya,"
"Bagaimana? Jangan gila! Dia tidak punya- kau tidak akan meminta dokter Kim memalsukan data dirinya kan?" tanya Taehee namun Jiyong hanya diam, tidak berhenti menatap gadis yang masih belum sadar itu. "Kau sudah memintanya?" tanya Taehee berharap Jiyong akan bilang tidak atau setidaknya menggelengkan kepalanya. Namun si nekat Jiyong justru sudah menghubungi dokter pribadinya dan mengurus semuanya sendiri.
"Kau tidak akan setuju kalau aku memintamu," jawab Jiyong bahkan sebelum Taehee mengeluarkan isi kepalanya. "Walaupun dia tidak mirip dengan Nana, aku tetap tidak bisa membiarkannya disini begitu saja, meninggalkannya sendirian setelah menemukannya hampir mati karena dipukuli? Dimana rasa kemanusiaanmu hyung?"
Jiyong bersikeras membawa Lisa bersamanya, membawa gadis yang tidak dikenalnya itu kesebuah rumah sakit mewah di Seoul dan menanggung semua biayanya. Dan siapa sangka, begitu si gadis tak dikenal itu bertemu dokter pribadi Jiyong, ia bangun.
"Tulang rusuknya yang patah sudah mulai membaik, memarnya juga sudah mulai sembuh tapi kurasa ia mendapat benturan yang sabgat keras dibagian belakang lehernya, dia tidak mengenali dirinya sendiri," jelas dokter Kim setelah memeriksa si gadis yang tidak dikenalnya. "Kata pertama yang di ucapkannya adalah Lisa, katanya seseorang bernama Lisa butuh bantuan,"
"Arraseo, boleh aku bertemu dengannya?"
"Ya, tapi jangan kecewa kalau dia tidak mengenalimu, omong omong siapa dia? Kekasihmu?"
"Tidak tau, sejak awal kami tidak saling kenal, aku tidak sengaja bertemu dengannya dan kurasa justru dia yang butuh bantuan, bukan seseorang bernama Lisa itu,"
"Lalu kenapa kau membawanya kesini?"
"Rasa kemanusiaan?"
Jiyong melangkah masuk kedalam ruang rawat dimana si gadis tak dikenalnya berada, menghampiri gadis yang kini tengah berusaha mengenalinya.
"Bagaimana ke adaanmu?" tanya Jiyong yang kemudian melepaskan kaca mata dan topinya. "Merasa lebih baik?"
"Siapa- kau- dia?" tanya Lisa sembari menunjuk gambar seorang pria yang kebetulan muncul di TV, di MV Let's Not Fall in Love.
"Hm? Kebetulan sekali, ya kami orang yang sama,"
"Kenapa aku- apa kau menengalku? Kurasa aku jatuh di suatu tempat dan aku tidak bisa mengingat apapun, rasanya... ada yang harus ku ingat tapi aku tidak tau-"
"Jangan berusaha mengingat, kepala kecilmu ini bisa sakit," jawab Jiyong sembari mengusap lembut rambut Lisa, membuat si gadis tak di kenal itu menepis tangannya. "Aku menyakitimu sayang? Dokter Kim sudah memberitauku kalau kau tidak bisa mengingat beberapa hal,"
"Kau mengenaliku?"
"tentu saja, kita sudah berkencan hampir satu tahun terakhir ini, mana mungkin aku tidak mengenalimu? Lisa?"
"Lisa? Namaku Lisa? Tapi Lisa seingatku Lisa butuh-"
"Ya, Lisa, kau memang butuh bantuan, kau jatuh di tangga dan sudah tiga hari ini terus tidur dan membuatku khawatir," bohong Jiyong dengan tatapan lembutnya, mengulurkan kembali tangannya untuk memeluk gadis yang masih bingung dengan keadaannya itu.
Sebelumnya, Jiyong tidak pernah berniat untuk membohongi gadis itu. Namun semua yang keluar dari mulutnya keluar begitu saja, tanpa bisa ia tahan. Kata-kata itu mengalir begitu saja seakan ia sudah melatihnya berhari-hari.
"Tidak perlu berusaha keras mengingatku, kita bisa mengulang semuanya dari awal, aku tidak ingin kau terluka lagi, aku tidak ingin melihatmu kesakitan lagi,"
"Dimana aku tinggal?"
"Aku akan mengantarmu pulang setelah dokter mengizinkanmu pulang, setelah kau cukup sehat, dan untuk sementara, beristirahatlah dulu disini,"
"Aku benar benar berkencan denganmu? Dengan pria itu?" tanya Lisa sekali lagi, dengan tangan yang terulur untuk menunjuk gambar pria di TV. Ia berusaha mengingat semua yang seharusnya ia ingat namun tidak ada satupun yang dapat di ingatnya.
"Ya, kita berkencan dan aku sangat mencintaimu Lisa,"
"Apa pekerjaanku selama ini? Bagaimana aku bisa jatuh di tangga?"
"Kau asistenku, kau selalu membantuku mengurus segala hal dan beberapa hari lalu kau jatuh di tangga bandara saat seharusnya kau menjemputku dari New York,"
"New York?"
"Ya, seharusnya minggu lalu kita pergi ke New York bersama tapi sebelum sampai di bandara, kau kehilangan tasmu dan semua kartu identitasmu, jadi kau harus mengurusnya dan tidak bisa pergi ke New York bersamaku, seharusnya tiga hari lalu kau menjemputku di bandara tapi kau justru jatuh di tangga dan tidur selama tiga hari,"
"Aku kehilangan semua kartu identitasku?"
"Ya, dan sepertinya kita harus mengulang mengurus semua kartu itu dari awal, akan kusuruh Taehee hyung-"
"Siapa Taehee?"
"Managerku, sekarang dia sedang dalam perjalanan kesini,"
Lagi-lagi Jiyong berbohong. Mengarang semua yang mungkin terjadi walaupun itu tidak masuk akal. Jiyong tidak peduli ceritanya mungkin terjadi atau tidak tapi gadis tak dikenalnya justru terlihat mempercayainya. Karena Lisa memang tidak punya pilihan lain selain mempercayai Jiyong.
~[]~
Masi males bikin cover ehe~