~[]~
Malam ini tidak seperti malam-malam lainnya. Beberapa bulan terakhir ini Jiyong tidak pernah pergi mabuk-mabukan sendirian, bahkan setelah kehadiran Lisa dalam hidupnya, Jiyong tidak pernah sekalipun pulang dalam keadaan mabuk. Namun malam ini, setelah kemarin ia pulang sangat larut karena makan malam perusahaan, Jiyong pulang di pukul 10 malam dalam keadaan mabuk berat.
"Aku tidak tau apa yang membuatnya begini, dia minum minum sendirian di studio tadi sore," ucap Taehee setelah Lisa membantunya menaikan Jiyong ke atas ranjangnya. "Aku bisa tetap disini dan menjaganya kalau kau tidak keberatan,"
"Tidak apa apa oppa, aku yang akan menjaganya, bukan pertama kalinya aku melihat Jiyong oppa mabuk seperti ini,"
"Kau pernah melihatnya seperti ini?!"
"Hm... dua kali? Kami minum bersama disini, kebiasaan mabuknya masih bisa ku atasi oppa... tidak perlu khawatir, serahkan saja padaku,"
"Kau yakin?"
"Hm... kurasa ada banyak pria yang kebiasaan minumnya lebih parah dari ini? Jiyong oppa tidak banyak bicara saat mabuk, dia tetap seorang bintang walaupun mabuk," ucap Lisa sembari tersenyum. Taehee mengangguk, memasrahkan Jiyong pada gadis itu dan melangkah pergi dari apartemen super mewah itu. Meninggalkan Jiyong dan Lisa berdua disana entah kenapa tidak membuat Taehee terlalu khawatir. Ketika dua buah puzzle sudah berada ditempat mereka seharusnya terpasang, semua yang ada disekitar mereka bisa dengan mudah menyusuaikan diri untuk membuah sebuah gambar baru.
"Hm... jadi apa yang membuatmu mabuk Kwon Jiyong-ssii?" tanya Lisa sembari mengusap pria yang berbaring disebelahnya. Gadis itu duduk bersandar pada kepala ranjang dan dengan perlahan Jiyong menggerakan kepalanya untuk naik keatas paha Lisa, melingkarkan tangannya di kaki gadis itu kemudian terkekeh.
"Aku merindukanmu Lalisa Kwon,"
"Aku disini... jadi, apa sesuatu yang buruk baru saja terjadi tuan Kwon?"
Jiyong kembali terkekeh, semakin mengeratkan pelukannya dan mengulangi ucapannya tadi, pria itu sungguhan mabuk tapi kebiasaan mabuknya membuat Lisa justru lebih mudah mengorek habis rahasia pria itu. Hanya dengan membiarkan Jiyong memeluknya dan bertanya, maka Jiyong akan mengatakan semua yang ia pikirkan.
"Apa yang ada di kepalamu sekarang sayang?" tanya Lisa dengan sangat lembut sembari mengusap kepala Jiyong
"Lalisa Kwon,"
"Dan kenapa dia ada disana?"
"Karena dia membutuhkanku,"
"Dia membutuhkanmu?"
"Ya... dia membutuhkanku seperti aku membutuhkannya... dia tidak seperti si berengsek yang menikahi anak presiden itu!"
"Apa Lalisa Kwon itu membuatmu mengingat mantan kekasihmu tuan Kwon?"
"Tidak!" seru Jiyong dengan sangat kencang, ia langsung bergerak untuk duduk, layaknya seorang anak kecil yang tidak setuju dengan rencana ibunya. "Tidak! Mereka tidak sama! Lisaku jauh lebih cantik dari gadis itu! Jauh lebih baik darinya!" lanjutnya sembari berusaha membuka matanya lebar-lebar, berusaha membuat Lisa mempercayainya. "Dan dia sangat membutuhkanku..." suaranya melemah, memeluk Lisa yang duduk di hadapannya kemudian kembali terkekeh. "Anniyo, bukan dia yang membutuhkanku... tapi aku yang membutuhkannya..."
"Bagaimana kalau ternyata Lalisa Kwon tidak sebaik perkiraanmu oppa? Kau belum mengenalnya..."
"Aku akan memaafkannya apapun kesalahannya... selama dia tidak meninggalkanku... karena... kalau dia meninggalkanku- aku- aku- aku akan mati sebelum dia sempat meminta maaf,"
Sesak di dadanya membuat Lisa tidak kuasa menahan air matanya. Mendengar Jiyong membuat dadanya terasa sangat sakit. Pria di hadapannya sekarang terlihat sangat rapuh, Jiyong tidak lagi terlihat luar biasa seperti di TV dan Lisa jadi sangat sedih karenanya. Bagaimana dia bisa tega menghancurkan pria yang sangat rapuh seperti sebuah mangkuk kaca ini? Bagaimana kalau Jiyong mengetahui segalanya dan terluka karenanya? Lisa sangat benci pria lemah, tapi pria yang yang berusaha terlihat kuat di hadapannya itu justru membuatnya hampir gila. Lisa sama sekali tidak bisa tidur setelah mendengar kata kata yang keluar dari mulut mabuk Jiyong. Memamg bukan kali pertama, tapi tetap saja Lisa tidak bisa mengabaikan ocehan pria mabuk itu. Ocehan yang hanya bisa keluar saat Jiyong benar-benar mabuk.
"Hm... selamat pagi sayang... kau memasak?" tanya Jiyong sembari menghampiri Lisa yang pagi ini sudah menyibukan dirinya di dapur.
"Selamat pagi oppa..." balas Lisa sembari menghampiri Jiyong kemudian memeluknya. "Ku harap sarapan pagi ini tidak terlalu hambar, kepalamu tidak sakit oppa??"
"Masakananmu yang paling enak sayang..."
"Hei... hanya oppa yang bilang begitu, Dami eonni dan eommamu tidak bilang begitu, bahkan Taehee dan Jaeho oppa bilang kalau masakanku hambar,"
Lisa sudah terlalu sering memasak untuk para atletnya, membuat makanan sehat untuk semua atlet itu hingga tanpa terasa ia terbiasa membuat masakan hambar. Sebelumnya Lisa tidak pernah menyadarinya sampai keponakan kecil Jiyong memberitaunya. Si kecil yang belum bisa berbohong.
"Heish... mereka saja yang berlebihan, aku bisa menambahkan tiga sendok garam kedalam supmu dan rasanya kembali enak,"
"Oppa!" rengek Lisa sembari memukul dada Jiyong, Lisa melepaskan pelukannya sementara pria itu justru terkekeh. "Menyebalkan!"
"Haha aku hanya bercanda sayang... aku tidak pernah menambahkan tiga sendok garam,"
"Benarkah?"
"Mungkin hanya dua sendok?" goda Jiyong membuat Lisa semakin mengerucutkan bibirnya.
"Menyebalkan! Oppa memasak saja sendiri! Lisa tidak mau memasak lagi-" protes Lisa sembari memukul pelan dada Jiyong, membuat Jiyong justru tersenyum semakin lebar.
"Haha jangan marah... oppa hanya bercanda... jangan marah jangan marah jangan marah..." pinta Jiyong sembari menekan pipi Lisa dengan kedua tangannya. Lisa juga tidak mau kalah, gadis itu membalas Jiyong dengan menekan pipi Jiyong menggunakan kedua tangannya.
"Oppa jelek..." ucap Lisa dengan suara aneh yang keluar dari mulutnya yang ikut tertekan telapak tangan Jiyong. Jiyong melepaskan tangannya dari wajah Lisa, begitupun dengan Lisa yang ikut melepaskan tangannya. Lisa menurunkan tangannya dari pipi Jiyong ke leher pria itu. Melingkarkan tangannya di leher Jiyong dan mempersempit jarak diantara mereka. "Oppa... bisakah oppa menemaniku hari ini?" pinta Lisa dengan wajah memelasnya.
"Oppa sudah berjanji akan menemui seseorang hari ini, apa kau tau Lee Soohyuk? Dia memenangkan medali emas-"
"Arraseo, pergilah," ucap Lisa sembari melepaskan pelukannya. Bergerak kembali ke dapur untuk menjauhi Jiyong yang sedikit terkejut karena perubahan tiba-tiba Lisa. "Aku akan pergi sendiri saja,"
"Hei, kau marah? Jangan marah... oppa sudah terlanjur berjanji akan menemuinya, hanya sebentar- ah anniyo bagaimana kalau kau ikut saja? Hm? Jangan marah sayang... ya?" bujuk Jiyong yang langsung panik setelah melihat Lisa marah seperti itu.
~[]~