~[]~
Sebuah pukulan dapat menyadarkan seseorang. Menyadarkan orang itu pada kenyataan yang ada didepannya, menyadarkan pada kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Seperti Jiyong. Seperti Soohyuk.
Jiyong tau ia tidak akan menang kalau berkelahi dengan Soohyuk. Namun kini keduanya duduk berhadapan di dalam studio Jiyong, duduk berhadapan dengan sebuah meja besar diantara mereka.
"Aku tidak percaya akan terlibat dengan gadis yang sama denganmu," gumam Jiyong
"Aku tidak percaya gosip itu akan membuatnya meninggalkanku, padahal aku sudah berusaha mengabaikan semuanya."
"Gosip apa?" celetuk Taehee yang terlalu khawatir untuk meninggalkan mereka berdua. Jiyong dan Soohyuk memang terlihat tengah duduk bersama, namun keduanya terlalu fokus pada isi kepala masing-masing.
"Aku sudah berusaha meyakinkan diriku sendiri kalau dia tidak akan mungkin berselingkuh dariku, tapi dia justru berselingkuh dengan pria menyedihkan ini," ucap Soohyuk, mengabaikan pertanyaan Taehee
"Kenapa dia tidak memberitauku kalau ingatannya sudah kembali?" tanya Jiyong pada dirinya sendiri. "Seharusnya dia memberitauku, padahal dia sudah memberitauku rumahnya,"
"Kau tau dimana rumahnya?" tanya Soohyuk, sedikit terkejut sampai tidak sadar kalau ia memukul meja di hadapannya.
"Tentu saja, dia kekasihku,"
"Mantan," ralat Taehee yang tetap saja diabaikan oleh dua pria itu.
"Dimana rumahnya?"
"Gwangjin,"
"Tsk... dia tinggal di rumah dengan cat biru dan halaman yang cukup luas?" tanya Soohyuk sembari memberi senyuman mengejeknya
"Hm..."
"Itu rumah lamanya, tahun lalu dia pindah ke Gangnam, kau benar benar tidak mengenalinya," ejek Soohyuk membuat Jiyong mengepalkan tangannya kuat-kuat, berusaha sabar. "Tentu saja begitu, hanya beberapa bulan dan dia hilang ingatan,"
"Apa yang sebenarnya kalian bicarakan? Kalian berdua sedang berdiskusi tentang gadis yang kalian benci?"
"Aku menyukainya!" ucap Jiyong dan Soohyuk bersamaan, membuat Taehee memutar bola matanya, tidak percaya dengan kelakukan kekanakan dihadapannya
"Setelah dia mencampakan kalian secara bersamaan didepan semua orang di lobby?"
"Dia tidak mencampakanku!" jawab Jiyong dan Soohyuk masih bersamaan. "Dia hanya memberi penjelasan, tapi terlalu jelas sampai rasanya aku tidak punya alasan untuk menemuinya lagi," gumam Jiyong yang kini mulai mengigiti ujung kukunya.
"Kau bilang kau tidak akan bisa hidup tanpanya, bagaimana rencanamu sekarang Ji?" tanya Soohyuk yang juga mulai mengigiti ujung kukunya. Keduanya punya kebiasaan yang sama.
"Apa lagi? Tentu saja mendapatkannya lagi, dan ku peringatkan. Lebih baik kau menyerah saja,"
"Kau tidak mengenalnya, kau juga harusnya menyerah saja sekarang,"
"Tidak bisakah kalian bersikap seperti seorang pria sungguhan? Dia menolak kalian berdua, dia tidak ingin berdiri diantara kalian berdua. Dia-"
"Dia akan luluh padaku kalau aku berusaha sedikit lebih keras," ucap Jiyong, menyela suara Taehee.
"Berusahalah sampai mati Ji, kau tidak mengenalinya-"
"Lalu apa kau mengenalinya? Kau bahkan tidak tau siapa yang memukulinya! Pacar macam apa itu? Kau harunya menjaga kekasihmu!" omel Jiyong sembari memukul meja didepannya. Hanya menggertak karena tau ia akan kalah kalau sampai berkelahi dengan Soohyuk
"Bukankah kau senang? Karena itu kau bisa bertemu dan merebutnya dariku!"
Semantara Jiyong dan Soohyuk terus berdebat, Lisa justru tengah bicara pada pemilik apartementnya. Mengatakan kalau ia akan pindah dari apartement itu.
"Anda bisa mengirim uang depositnya ke rekening ini, maaf karena aku tidak pulang selama beminggu minggu dan kembali seperti ini," ucap Lisa pada nyonya Jung, pemilik apartement itu.
"Tapi kenapa kau pindah?"
"Aku mendapat pekerjaan baru, di Jeju," bohong Lisa sembari tersenyum. "Aku di pecat dari pekerjaan ku yang sebelumnya,"
Si pemilik apartement itu tidak bertanya lebih banyak, hanya menyetujui permintaan Lisa dan menerima kembali kunci yang Lisa berikan.
"Aku tidak punya banyak barang disini, jadi aku akan langsung membawanya sekarang,"
Sudah lebih dari dua jam Ten dan Taeyong tidak kembali, Lisa jadi punya cukup waktu untuk membuang beberapa barang yang tidak dibutuhkannya seperti boneka dan pajangan pemberian mantan-mantannya. Seluruh perabot bukan miliknya, tapi milik si pemilik apartement, jadi yang sekarang bisa di kemasnya hanyalah dua koper besar pakaian serta satu koper besar tas dan sepatu.
"Kau tidak membawa semuanya? Peralatan masak, semua handuk dan pakaian pakaian itu?" tanya Jisoo yang hanya mampir untuk menengok Lisa yang berisik di sebelah.
"Tidak, buang saja, tapi kalau kau mau, aku bisa memberikannya padamu,"
"Aku mau hoodie hoodie itu, dan peralatan makan couple itu juga,"
"Baiklah, semuanya untukmu,"
"Kau punya banyak sekali hadiah dari kekasih kekasihmu, tidak ingin menyimpannya satu?"
"Tidak, merepotkan,"
"Harusnya kau menjualnya saja,"
"Mana sempat?"
30 menit Lisa mengecek ulang semua yang akan dibawanya. Ia hanya seperti akan pergi berlibur, bukan pindah rumah. Tepat setelah semuanya selesai, suara klakson mobil terdengar dan Lisa segera berlari turun kebawah.
"Maaf, bisa bantu aku menurunkan koperku? Tidak ada lift dan terlalu berat," ucap Lisa saat membuka pintu mobil Taeyong itu.
Lucas menatap gadis yang hanya diam melihat ia dan dua hyungnya membantu menurunkan koper dari lantai 3 melewati sederetan anak tangga. Ia tidak mengenal Lisa dan sedikit heran karena Ten dan Taeyong mau bahkan menyuruhnya untuk ikut membantu gadis itu. Lucas ingin bertanya tapi Ten dan Taeyong terlihat tidak keberatan membantu Lisa.
"Kau mau pergi liburan?" tanya Taeyong setelah memasukan tiga koper besar itu ke bagasi mobilnya.
"Untung bagasinya muat, banyak sekali bawaannya hanya untuk berlibur," komentar Lucas setelah keempatnya masuk kedalam mobil dan Taeyong menyetir mobil itu pergi.
"Akan pindah rumah," jawab Lisa singkat
"Lalu kenapa tidak ada truck pindahan disini? Seharusnya kopernya di bawa dengan truck pindahan juga," tanya Lucas yang merasa di kerjai
"Hanya tiga koper untuk apa menelpon truck pindahan?"
"Barangmu yang lain?" tanya Ten
"Tidak ada, hanya itu,"
"Kau akan pindah ke rumah Yuri noona?" lanjut Ten
"Kau mengenal Yuri noona?" tanya Lucas yang tidak mau ketinggalan setiap detailnya.
"Dia adiknya Yuri noona, Lalisa Kwon," ucap Taeyong yang akhirnya menanggapi Lucas.
"Ya," jawab singkat Lisa membuat Lucas mendengus kesal.
"Untung adiknya Yuri noona, menyebalkan sekali sih," gerutu kesal Lucas. Berusaha berbisik namun tetap saja Lisa yang duduk disebelahnya itu mendengar ucapannya.
"Mau berkelahi denganku?" balas Lisa. Membuat Ten justru tertarik padanya.
~[]~
Sampai sini.... ini masih prolog loh... yang mukulin Lisa belum ketemu, blackpink belum keluar semua, tim basket belum keluar... kok kayanya panjang ya huhu... malam ini ga up lagi ya... upnya lusa lagi