~[]~
Lisa berdiri didepan gedung salah satu agensi tekenal. Gadis itu tidak punya uang, tidak punya pekerjaan bahkan tidak punya handphone.
"Ahjussi... tunggu sebentar ya," pinta Lisa pada si supir taxi yang masih menunggu ongkos taxinya.
"Ya! Darimana saja kau-"
"Jangan cerewet eonni, bayarkan dulu taxiku," sela Lisa sembari melirik taxi yang terparkir di sebelahnya.
"Darimana saja kau selama ini? Aku tidak bisa menelponmu dan kau bahkan tidak pulang saat peringatan kematian Nenek, eomma dan appa benar benar marah!"
"Maaf, katakan pada mereka kalau aku minta maaf, aku di pecat dan tidak punya pekerjaan sekarang, tidak punya uang dan handphone makanya aku kesini dan meminta petugas keamanan memanggilkanmu. Pinjami aku uang,"
"Mwo?! Kau datang menghubungiku setelah menghilang berbulan bulan untuk meminjam uang? Apa yang kau lakukan selama ini?!"
"Arraseo, tidak perlu meminjamiku, aku pergi, akan ku ganti uang taxinya nanti-"
"Baiklah. Ku pinjami kau uang tapi malam ini kau harus menginap di tempatku, hanya satu malam dan setelah itu kau bisa pergi berkeliaran kemanapun sesukamu lagi,"
Lisa menyetujuinya, menginap di rumah kakaknya selama satu malam kemudian di pinjami uang dan ia bisa hidup tenang seperti sebelumnya. Begitu harapannya. 10 tahun terakhir ini hubungannya dengan kakaknya tidak berjalan lancar. Lisa benci pada hidupnya hingga memutuskan untuk tinggal sendiri setelah lulus dari sekolah menengah atas. Kakaknya—Yuri Kwon—seorang member girlband terkenal SNSD. Status sebagai adik seorang bintang terkenal, harusnya bisa membuat Lisa senang dan hidup nyaman bersama keluarga besarnya. Namun, rasa seperti itu tidak pernah Lisa rasakan. Setiap kali keluarganya berkumpul, semua orang pasti akan membandingkannya. Membandingkan si putri berbakat dengan si upik abu. Semakin bertambah dewasa, Yuri mengerti perasaan Lisa, sehingga ia memutuskan untuk mengikuti arah keinginan Lisa, membelanya di depan keluarga mereka setiap kali Lisa absen dalam acara keluarga dan membantu adiknya itu setiap kali dia mendapat masalah.
"Bisakah kita pulang? Sampai kapan kau masih harus disini?" gerutu Lisa sembari melihat kakaknya yang dulu bintang terkenal kini bekerja di agensinya sendiri, manjadi direktur perencanaan memang bukan jabatan yang lebih buruk dibanding seorang member girl band. Tapi teman satu grupnya saja sudah punya agensi sendiri, sementara Yuri justru membuat Lisa merasa kasihan dengan keadaannya sekarang—setelah berbagai masalah yang membuat SNSD tidak lagi lengkap. Tapi tetap saja hidup Yuri lebih baik dibanding Lisa yang sekarang pengangguran dan tidak punya apapun.
"Woah... noona, siapa ini?" tanya seorang pria yang berpapasan dengan mereka di dalam lift.
"Adikku, Lalisa Kwon," ucap Yuri sembari menyenggol Lisa dan menyuruhnya bersikap ramah pada artis agensinya.
"Lisa, dan aku sudah mengenalimu Lee Taeyong-ssii, Ten-ssii," ucap Lisa sembari menjabat tangan kedua pria itu.
"Apa dia akan trainee disini juga noona?" tanya Taeyong dan tentu saja Yuri langsung menggelengkan kepalanya. Sudah berkali kali CEO agensinya meminta Lisa untuk ikut trainee di sana, namun Lisa selalu menolak dengan alasan dia ingin hidup bebas.
"Eonni, apa kau masih lama disini? Pinjamkan aku mobilmu. Aku akan pulang kerumahku sebentar lalu kembali kesini, ya?" pinta Lisa menyela obrolan Taeyong, Ten dan Yuri.
"Dimana rumahmu?"
"Gangnam,"
"Kami akan pergi ke Gangnam sekarang, kau mau ikut?" tawar Ten
"Berapa lama kalian di Gangnam?" tanya Yuri, ia harus lebih berwaspada agar Lisa tidak melarikan diri lagi, setidaknya untuk malam ini.
"Tidak sampai 1 jam? Hanya mencari dan menjemput Lucas yang tersesat disana,"
"Lucas tersesat lagi? Kenapa dia sangat suka pergi sendirian kalau masih tidak tau jalan begitu?" komentar Yuri sembari menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Kau ikut dengan mereka saja, setelah itu kembali kesini,"
"Baiklah,"
Lisa tidak bisa bersikap baik pada teman kakaknya. Ia benci semua teman kakaknya yang selalu heran karena Yuri punya adik sepertinya. Bagaimana seorang Yuri Kwon yang pernah menjadi member salah satu girlband terkenal punya adik yang hidupnya berantakan? Lisa selalu membenci pertanyaan seperti itu, hingga ia tidak pernah memberitau teman temannya siapa keluarganya, dan tidak pernah mengenalkan temannya pada keluarganya.
"Kau tinggal disini?" tanya Taeyong setelah menghentikan mobilnya didepan sebuah gedung apartement 14 lantai. Hanya sebuah gedung biasa dengan 4 apartement tipe studio di setiap lantainya.
"Ya, lantai 3,"
"Baiklah, kami akan menjemputmu lagi disini setelah menemukan Lucas, bisa kau memberiku nomor telponmu? Kalau kalau ternyata kami sedikit terlambat?" tanya Ten sebelum Lisa sempat membuka pintu disebelahnya.
"Aku akan menunggu kalian disini, bunyikan saja klaksonnya 3 kali dan aku akan langsung turun. Atau langsung naik ke lantai 3 juga tidak masalah, seharunya aku punya beberapa kaleng beer— kalau belum kadaluarsa," gumam Lisa seakan tengah bicara pada dirinya sendiri. Dengan sangat santai gadis itu menutup pintu mobil kemudian berlari kecil menaiki tangga menuju apartementnya.
"Kenapa adik seorang Yuri Kwon tinggal ditempat seperti ini? Ini lebih buruk daripada dorm kita, padahal rumah Yuri noona luar biasa mewah," komentar Taeyong setelah Lisa menghilang dibalik dinding tangga.
"Bukankah itu menarik? Dia tidak memanfaatkan eonninya untuk hidup nyaman," balas Ten.
Sementara Lisa yang sudah cukup lama meninggalkan rumahnya melangkah masuk mendekati pintu paling sudut dan mengetuk pintunya. Menunggu seorang gadis keluar dari sana.
"Ini," ucap seorang gadis yang baru keluar setelah 5 menit Lisa menunggunya. Gadis itu mengulurkan tangannya untuk memberikan sebuah kunci pada Lisa.
"Woah... kau sudah tau kalau aku akan datang? Daebak... kau memang tetangga-"
"Siapa lagi selain dirimu yang masih mengetuk pintu di dunia yang sudah penuh dengan bel rumah?" sela gadis itu sembari merapihkan posisi tudung hoodienya.
"Haha, itu kode kalau aku membutuhkanmu, Jisoo-ya, bagaimana kabarmu? Dan apa ada yang datang mencariku?"
"Sama seperti biasanya, dan beberapa pria memang datang kesini mencarimu,"
"Kau bertanya siapa mereka? Tentu saja tidak, bodohnya aku... kau masih mengurung diri di apartementmu Jisoo-ya? Mengamati orang orang dari CCTV masih terasa menyenangkan?"
"Si pemenang medali emas, pelatihnya, kemudian si nomor punggung 6, dan kaptennya, sisanya aku tidak mengenali mereka," jawab gadis yang sudah bertahun tahun tidak terbiasa berinteraksi dengan banyak orang. "Mengamati mereka lewat CCTV masih lebih baik dibanding harus berbasa basi dengan mereka yang bertopeng itu,"
"Si pelatih membawakanku sesuatu?" tanya Lisa, menatap Jisoo yang masih berdiri di depan pintu apartementnya sendiri.
"Ah iya! Dia meninggalkannya pada petugas keamanan beberapa bulan llalu kecuali si kapten mereka semua menyerah datang kesini setelah 1 bulan kesini setiap hari," ucap gadis dengan pakaian yang serba tertutup itu. "Tunggu sebentar,"
Lisa berdiri kembali didepan apartement Jisoo, membiarkan pintu apartemeentnya yang terbuka begitu saja. Lisa sangat tau kalau Jisoo tidak akan senang kalau ia masuk kedalam apartementnya.
"Ini, yang ditinggalkan si pelatih dan ini yang ditinggalkan si kapten, dia selalu datang setiap hari Rabu dan Senin," ucap Jisoo sembari mendorong koper Lisa dari dalam apatementnya dan menaruh sekotak besar bunga mawar yang hampir layu. "Aku sudah membuang yang layu,"
"Tsk... kau harusnya membuang semuanya Jisoo-ya, baiklah terimakasih kuambil mereka semua," ucap Lisa sembari mengambil kotak penuh bunga mawarnya bersamaan dengan Jisoo yang menutup pintu apartementnya. Lisa menaruh semua bunga itu di sebelah tempat sampah dekat tangga, kemudian menarik kopernya masuk kedalam apartementnya sendiri. Setidaknya kini Lisa punya harapan uang di tabungannya masih ada.
~[]~