~[]~
Lisa duduk di atas ranjangnya, bersandar pada dinding. Kemudian Jennie duduk di atas karpet, disebelah kaki kanan Lisa yang terluka. Jennie sudah memegang jarum suntiknya bersiap untuk menyuntikan obat bius lokal di sekitar luka Lisa. Sementara Jiyong duduk disebelah kiri Lisa, pria itu menyerah membawa Lisa ke rumah sakit karena Jennie menunjukan ID card dokternya pada Jiyong.
"Kalian yakin akan melakukannya disini? Bagaimana kalau-"
"Bisakah kau diam Jiyong-ssii? Tidak akan ada masalah, bukan pertama kalinya aku mengobati perut kram Lisa," sindir Jennie sembari melirik Lisa yang hanya memutar bola matanya.
"Jisoo bisa pingsan kalau aku bilang aku berdarah,"
"Memang datang bulan tidak berdarah? Bodoh, diamlah, ku mulai sekarang. Jiyong-ssii, tolong suruh gadis bodoh ini mengigit handuknya, suaranya tidak sehat untuk telinga," suruh Jennie dan Jiyong menyodorkan handuknya pada Lisa namun Lisa menggeleng, malu karena ada Jiyong disana.
"Aku akan menyeretmu ke rumah sakit kalau kau rewel sekarang, lakukan saja agar ini cepat selesai. Melihat kakimu membuat kepalaku seperti mau pecah," suruh Jiyong membuat Lisa mau tidak mau menggigit handuknya, hanya gigitan kecil yang kemudian membuat Jennie kesal.
"Jangan sok cantik! Lakukan dengan benar!" omel Jennie sembari menekan handuk itu agar masuk sempurna ke mulut Lisa, agar handuk itu bisa dengan sempurna menahan suara Lisa nanti.
Handuk yang seharusnya menutup mulut Lisa kini mendarat di puncak kepala Jennie.
"Aakh!! Sialan! Dasar gadis kejam! Sakit bodoh! Tidak bisa kah kau melakukannya dengan lembut?! Kau mau memotong kakiku hah?! Kau sinting?!" Lisa menjerit kesakitan kemudian memaki Jennie sembari melempar handuk di mulutnya ke arah Jennie ketika Jennie menyuntikan obat bius lokal ke sebelah lukanya.
"Ya! Lakukan sendiri kalau kau bisa! Atau pergi ke rumah sakit dan tertangkap saja sana! Salahmu karena berkelahi! Sudah tau tidak bisa berkelahi masih saja meladeninya! Harusnya kau melarikan diri saja bodoh!" balas Jennie tidak kalah kencang. Suara keduanya memang tidak baik untuk telinga Jiyong.
"Ya! Berhenti bertengkar dan cepat selesaikan ini! Kalian pikir ini dimana hah?!" omel Jiyong, membuat Lisa yang sebelumnya akan membalas Jennie mengurungkan niatnya dan hanya menundukan kepalanya.
"Harusnya ku bius total saja," gerutu Jennie sembari mengambil peralatan jahit menjahitnya.
"Oppa sakit..." rengek Lisa sembari menarik Jiyong untuk memeluknya, menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Jiyong karena tidak ingin melihat kakinya di tusuk-tusuk Jennie.
"Menggelikan... sakit apanya, padahal sudah di bius," cibir Jennie sambil terus menjahit luka Lisa
"Kalau begitu jangan terluka lagi," bisik Jiyong yang melingkarkan tangannya di tubuh Lisa kemudian mengelus tengkuk gadis itu.
Jennie selesai menjahit luka sepanjang 6 senti di paha Lisa. Luka karena tertikam itu kini sudah tidak menjadi masalah. Namun Jiyong yang jadi masalah Jennie saat ini, karena Jiyong yang tidak menanyakan apapun tentang pekerjaan mereka, tantang asal luka Lisa, membuatnya khawatir.
"Tugas terakhirmu hari ini," ucap Jennie sembari memberikan handphone Lisa pada pemiliknya setelah ia selesai membereskan barang barangnya.
"Kau masih menyuruhnya bekerja? Dia sedang terluka!"
"Tidak masalah oppa, ini tugas mudah," jawab Lisa setelah membaca pesan yang Jennie ketik di handphonenya.
"Sisa pekerjaanmu akan ku serahkan pada Bambam dan timnya, kalau begitu aku pergi dan akan ku tolak permintaan untuk mencari skandalnya," ucap Jennie sembari melirik Jiyong kemudian berpamitan dan pergi dari apartement itu.