21

133 15 4
                                    

Semakin kita memikirkannya. Semakin kita tau dia berharga
🌟🌟🌟

Matahari kembali ke tempatnya. Menenggelamkan diri menutupi sinarnya. Hamparan lagit gelap terpampang di atas. Langit dengan sejuta cahaya gemerlapnya. Udara pegunungan yang dingin semakin menjadi saat keadaan mulai gelap. Semilir angin membuat darah berhenti untuk beralir.

Semua orang berkumpul mengitari perapian api unggun. Semua wajah tampak bahagia seakan menghiraukan udara dingin yang menusuk kulit mereka. Elyn berjalan beriringan dengan Sila. Sila masih setia memeluk Elyn dan membantunya berjalan.

"Duduk sini aja Lyn, deket juga sama api unggun lebih anget dan gue nggak kena semprot tuh kampret!" ujar Sila membantu Elyn duduk di atas sebuah balok kayu yang mengelilingi api unggun.

Elyn mengernyitkan dahinya dan menatap Sila,
"Siapa?" tanyanya polos.

Sila menghiraukan ucapan Elyn dan duduk manis disamping Elyn.

"Siapa lagi kalo nggak sahabat lo yang super nyebelin. Untung aja dia cogan makanya gue nggak bisa marah" jelas Sila datar. Elyn menggulum senyumnya. Emang ya ada makhluk kek Sila. Udah tau kesel tapi sama yang namanya cogan juga masih bisa dia nggak marah.

"Lo masih dingin?"

"Udah lebih mendingan. Gue juga udah pake jaket yang nyokap gue siapin. Untung aja gue bawa"

"Yaudah Lyn, sini deketan sama gue. Gue peluk biar anget. Masa gue kalah sih sama cogan songong" ujar Sila menarik Elyn kepelukannya. Elyn sebenarnya geli mendengar ucapan Sila. Dia mendekatkan dirinya dan bersandar di bahu Sila.

"Angetan juga punya gue" ujarnya sombong sembari mengusap-usap bahu Elyn.

"Iyain Sil. Lagian badan lo aja gedean gue pake acara meluk-meluk gue"

"Ye gue mah mau jadi sahabat yang baik aja. Lagian lo kadang seneng nemplok-nemplok sama gue. Ngaku!" Elyn terkekeh pelan dan memilih memejamkan matanya.

Elyn kembali bergelut dengan mimpinya. Udara yang hangat sekarang menyelimuti dirinya. Bahkan bahu Sila agak nyaman sekarang untuk bantalnya. Besar dan lebar. Eh tunggu. Kok?

"Sil bahu lo kok jadi agak kerasan deh. Terus mana besar lagi. Parfum lo juga baunya beda nggak kayak biasanya" rancau Elyn masih memejamkan matanya. Dia meringsek mencari tempat nyaman. Tak ada jawaban. Elyn masih menutup matanya namun masih bergerak-gerak.

"Lo tidur aja. Jangan banyak gerak!" ujarnya dengan nada berat dan ketus membuat Elyn membuka matanya cepat. Kepalanya reflek mendongak menatap seseorang tepat di depannya.

"Lo? Ngapain?" tanyanya polos. Bill mengangkat tangannya yang bebas dan meraup wajah Elyn membuat kepala Elyn terdorong kebelakang.

"Muka lo biasa aja!"

"Anjirr ini muka woyy!" ujar Elyn tak terima. Lalu dia menatap sengit kearah Bill.

"Lo ngapain di sini? Mana Sila?" lanjutnya.

Elyn bergerak mendorong badan Bill menjauh, tapi Bill menariknya kembali agar tetap di sisinya.

"Bill lepasin. Malu ihh. Mereka bakal mikir macem-macem" Elyn masih berusaha melepaskan diri. Namun ya memang kekuatannya lebih lemah dari Bill yang memiliki badan dua kali lebih besar dari dia.

"Udah mikir macem-macem kali mereka" Elyn membulatkan matanya. Ini anak emang minta diapain sih? Kelakuannya ngeselin tapi mukanya sok polos.

Bill menunjuk sesuatu dengan dagunya. Elyn menatap Bill dan mengikuti arah dagu Bill. Elyn sedikit terkekeh melihat objek di depannya.

AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang