35

103 6 0
                                    

Pada dasarnya, yang membuatmu kecewa ialah dirimu sendiri yang telalu berlebihan berharap padanya.
🌟🌟🌟

"Lyn sebenernya lo kenal nggak sih sama Raja?"

"Lyn dengerin ih!" tangan Sila terulur mengambil ponsel yang berada di tangan Elyn membuat gadis itu menghela nafas kasar.

"Gue nggak kenal sama dia. Gue udah bilang kalo itu nggak penting buat gue" ujarnya ketus.

"Gue ngerasa kalo lo nyembunyiin sesuatu dari gue" mata Sila menyelidik. Dia bisa lihat dari mata Elyn jika ada sesuatu yang cewek itu sembunyikan.

"Nggak"

"Ayolah Lyn, gue sahabat lo kan?"

"Gue harus jawab apa kalo sebenarnya emang nggak ada apa-apa"

"Bohong"

Elyn kembali menghela nafasnya. Jika berdebat dengan Sila semua ini tidak akan ada akhirnya.

"Nanti lo bakal tau sendiri dia siapa dan gue siapa" ujar Elyn berdiri mengambil ponsel di tangan Sila. Dia berjalan keluar kelasnya membuat Sila masih bertanya-tanya.

Elyn melangkahkan kakinya kearah taman belakang sekolahnya. Ah dia bahkan jarang atau bahkan tidak pernah ke sini lagi. Dia mendudukan tubuhnya di kursi panjang yang ada disana. Menatap fokus kearah pohon-pohon yang rindang.

"Gue udah nggak pernah lihat lo lagi ke sini" Elyn menolehkan kepalanya.

"Lo sekarang berubah ya, Lyn? nggak sejutek yang dulu" ujarnya tersenyum mendudukan tubuhnya disisi Elyn.

Elyn masih diam menatap wajah Jezz. Dia bisa merasakan kehangatan di sana. Kenapa gue nggak pernah bisa lihat di mata lo yang sebenarnya kak? Kenapa gue selalu aja bohongin segala perasaan gue. Kalo sebenarnya lo itu yang nyata bukan dia? Kenapa lo selalu aja ganteng di mata gue?

"Lyn" Elyn kembali menolehkan kepalanya.

"Lo ada masalah sama Bill ya?"

"Eh bukan Bill kok kak"

"Terus?"

"Bukan apa-apa"

Jezz menatap Elyn "Kalo ada masalah lo bisa bagi sama gue. Lo udah seperti adek gue Lyn dan gue bisa jadi tempat bersandar lo"

Elyn sekali lagi diam. Jezz tersenyum kearahnya dan mengusap rambutnya pelan. Mengusap kepalanya yang membuat Elyn merasakan sesuatu yang lain. Nyaman.

"Sini peluk gue" ujar Jezz merentangkan tangannya. Elyn mendekat dan membalas pelukannya. Dia rindu pelukan ini lagi. Rindu kembali seperti dulu yang masih belum terjadi apa-apa.

"Gue kangen lo Lyn" bisik Jezz mengusap rambut Elyn dipelukannya. Elyn masih diam merasakan kehangatan pelukan Jezz.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

"Mau pulang bareng?"

"Enggak kak makasih. Gue sama Gavin kok" jawab Elyn.

"Yaudah gue pulang dulu. Hati-hati" balas Jezz dan mengendarai motornya keluar sekolah.

Sebenarnya dia berbohong. Dia tidak pulang bersama Gavin. Melainkan dia ingin pulang sendirian. Elyn berjalan keluar sekolahnya. Langkahnya pelan sembari menatap kosong ke depan.

Saat tengah berjalan suara deru motor membuat langkahnya melambat. Suara itu semakin lama semakin mendekat. Elyn berhenti menatap motor yang sekarang telah terparkir di depannya. Matanya menatap datar kearah seseorang yang tengah melepas helmnya. Dia berjalan sembari merapikan  rambutnya seraya tersenyum miring dan menatapnya tajam.

"Hai Ratuku" mendengar nada bicaranya itu ingin sekali Elyn mencekik lehernya. Kaki itu melangkah pelan sembari memasukan tangannya ke dalam saku celana seragamnya.

"Ah lo kok sendirian sih. Temen lo itu mana?" tanyanya menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Elyn diam dia masih bersabar dalam hal ini.

"Gue rindu lo Ratu kesayangannya Raja" ujarnya lagi tersenyum lembut. Elyn ingin memutahkan isi perutnya setelah mendengar kata itu.

"Mau apa lo?" ketusnya.

"Raja nggak mau apa-apa kok. Cuman mau Ratu jadi miliknya Raja" jawabnya menaik turunkan alisnya. Elyn bergidik menatap Raja yang berada didepannya. Bukankah kemarin dia masih bersikap lembut padanya. Kenapa sekarang dia berubah jadi manusia teralay?

"Nggak usah banyak bacot"

"Santai dong Ratu. Raja cuma mau ngomong hal besar yang selama ini nggak Ratu tau kok"

Hal besar?

"Apaan?"

"Ah nggak usah deh. Ratu jutek sama Raja" balas Raja memasang wajah masa bodoh. Dan Elyn yang tengah mencak-mencak pun menghela nafasnya.

"Buruan!"

"Peluk dulu deh" ucap Raja tersenyum jail. Elyn yang mendengar itu pun langsung melotot.

"Nggak usah banyak maunya lo. Buruan!"

Raja melangkah lagi lebih dekat kearah Elyn. Matanya masih menatapnya lekat.

"Lo cantik dari dulu" bisiknya tepat di depan Elyn membuat Elyn memalingkan wajahnya.

"Ini tentang seseorang yang selama ini menjadi penyebab lo dan dia nggak bisa bareng lagi"

Dan setelah Raja mengatakan itu Elyn melebarkan matanya. Seluruh pikirannya bertanya-tanya.

"Siapa maksud lo?"

"Mau tau banget atau mau tau aja nih?" bisik Raja tersenyum jail.

"Gue serius!"

"Oh mau gue seriusin ya Ratu. Oke deh Raja siap kok. Mau kapan?" candanya menaik turunkan alisnya sembari mencubit pipi Elyn.

"Kalo aja ngebunuh orang nggak dosa gue udah bunuh lo sejak dulu" ucap Elyn menepis tangan Raja kasar.

"Lo bakal masuk penjara dong. Terus gue nanti sama siapa?"

"Noh sama banci perempatan" ketus Elyn.

"Mending lo to the point deh. Bacot mulu" lanjutnya.

Raja tersenyum dan mengulurkan tangannya menyentuh pipi Elyn lembut. Saat Elyn hendak menipisnya tangan Raja yang satunya langsung mencekal tangan Elyn.

"Sebentar aja. Biarin gue nyentuh milik gue lagi" gumam Raja pelan. Bahkan nada suara jailnya tiba-tiba berubah lembut.

Elyn diam menatap Raja. Kenapa ada sesuatu mendorong dirinya sekarang? Apa yang terjadi padanya?

"Ratu.." Raja mendekatkan wajahnya ke telinga Elyn.

"Orang yang lo anggep sahabat adalah dia yang sebenarnya berpotensi besar menjadi musuh terbesar lo"

🌟🌟🌟


Haiii gaissss
Maaf lama nggak up hehe☺
Semoga tetap stay tune yaaa

See u next chap❤

AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang