32

98 4 0
                                    

Noda itu masih membekas. Belum sempat kau hilangkan.
🌟🌟🌟

Hari ini mungkin bisa jadi hari yang menyebalkan bagi Elyn. Entah kenapa pagi ini rasa-rasanya tempat tidurnya lebih tak ingin dia pergi.

Dan yang paling menyebalkan adalah sekarang dirinya dihadapkan dengan selembar kertas yang bahkan hanya berisi tulisan angka-angka dan tanda tanya besar. Elyn hanya mampu menatap kertas itu dan menelungkupkan wajahnya pada tangannya.

"Pttt... Lyn... Elyn" kepalanya mendongak menatap suara seseorang diseberang kanannya. Siapa lagi kalo bukan Sila. Emang tuh bocah biang rusuh sejak lahir.

"Nomer 1-5 apaan?" tanyanya berbisik. Elyn hanya memandangnya malas dan mengangkat pensil kearah kepalanya. Mengisaratkan Sila untuk memikirkannya sendiri yang hanya dibalas Sila dengan dengusan malas.

Elyn mendengus dan mulai membaca soal yang mampu dia kerjakan. Baru beberapa yang dia kerjakan. Tangannya terulur mencari keberadaan benda untuk menghapus tapi dia baru ingat jika penghapusnya diambil Dion kemarin. Apes banget!

Baru ingin mencoretnya sebuah benda putih kecil tepat berada di depannya. Matanya melirik seseorang disampingnya.

Dia.

Seseorang yang baru saja dia ingat. Bahkan Elyn sendiri enggan menyebut nama itu. Matanya masih menatap laki-laki itu yang masih fokus menjawab soal-soalnya.

Tangan Elyn tergerak mengembalikan penghapusnya. Namun cowok itu menahannya dan memberikannya lagi pada Elyn. Sedangkan Elyn masih kekeh mengembalikannya.

"Elyn, Raja!! kalian berdua ngapain? Nyontek? rebutan apa dari tadi? Kalo nggak niat ulangan mendingan kalian berdua keluar. Kerjakan di kantor guru!" Ujar bu Siran galak.

Elyn diam menatap lembaran kertas di depannya.

"Saya yang akan keluar bu, biar dia yang mengerjakan di dalam" Ujar Raja berdiri dari tempatnya. Elyn melotot mendongakkan kepalanya. Raja berlalu namun hanya menatapnya sekilas dan tersenyum mengisaratkan semua baik-baik saja.

Entah apa yang ada pada diri Elyn sekarang. Sesuatu yang mengusik dan seakan tergerak. Apa?

Satu jam berlalu dan ulangan seperti neraka itupun berakhir.

"Lyn mau kemana?" tanya Sila.

"Gue mau balikin punya dia. Gue ogah nyimpen kek ginian" jawab Elyn ketus dan beranjak keluar kelas.

Elyn berjalan sembari menggenggam sebuah penghapus ditangannya. Matanya mencari sosok yang menyebalkan itu. Kalo bukan karena dia tidak ingin menyimpan penghapus itu juga dia enggan menatap wajahnya.

"Lyn" langkahnya terhenti dan membalikan badannya.

"Mau kemana?" tanya Bill tiba-tiba. Elyn mengernyitkan dahinya. Mungkin bisa jadi ini hari yang baru terjadi Bill berbicara padanya setelah dia resmi berpacaran dengan seorang masa lalunya itu.

"Mau balikin barang orang lain" jawab Elyn seadanya.

"Gue ikut"

"Ngapain?"

"Ya ikut aja. Gue bahkan nggak pernah lagi bisa jalan bareng lo sekarang. Apa mungkin lo yang nggak mau jalan lagi sama gue ya?"

Gue pengen lah! Lo nya aja yang sibuk sama mainan baru lo!

Elyn diam. Jika saja dia bisa berteriak sekarang dia akan memaki Bill dengan keras. Siapa yang jarang jalan lagi? Bukankah dirinya lah yang tidak punya waktu sekedar jalan bareng keluar lagi seperti dulu bersamanya. Bahkan hanya menyapanya saja dia jarang sekarang. Dan dia dengan enaknya mengatakan jika dirinyalah yang tidak ingin jalan bersamanya.

"Gue buru-buru" ujar Elyn dan berjalan meninggalkan Bill.

Kaki Elyn berjalan cukup cepat hingga dia tidak menyadari sesuatu di depannya.

"Ahh..." badannya terhuyung ke belakang. Hampir saja badannya itu mencium lantai.

"Hati-hati kalo jalan" Elyn mendongak menatap seseorang yang sedari tadi dia cari.

"Gue kembaliin punya lo. Gue nggak suka barang orang lain terlalu lama gue bawa. Dan itu juga bukan hak milik gue" ujar Elyn menyerahkan penghapus ditangannya kearah Raja.

"Gue ikhlas ngasih buat lo. Anggep aja itu cuma barang nggak penting yang gue relain buat lo milikin" jawab Raja.

"Iya sekarang ikhlas bisa aja nanti lo bakal nagih di akhirat. Ogah ah!" kekeh Elyn.

Raja menahan tawanya. Dari dulu gadis itu tidak pernah berubah selalu saja bertingkah aneh-aneh. Tangan Raja tergerak ingin mengacak rambutnya sebelum tubuh gadis itu sedikit menjauh dari dirinya. Seakan tau posisinya, Raja menurunkan tangannya yang berada di udara dan berdeham sejenak menetralisir rasa gugupnya.

"Gue tadi nggak mak-"

"Udah deh. Ini terima. Makasih lo udah minjemin penghapus buat gue. Dan satu lagi. Jangan kesenengan" ujar Elyn mengambil tangan Raja dan meletakan penghapus ditangannya. Dia pun berlalu dari hadapannya.

Raja diam sembari menatap penghapus yang berada ditangannya. Menggenggam erat penghapus itu dan menyimpannya lagi di saku celananya.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Elyn berjalan masuk kedalam rumahnya dengan gelisah. Kenapa selalu dia yang mengusik hidupnya sejak dulu? Kenapa dia tidak pergi saja jauh dan tak pernah kembali?

"Kak"

Langkahnya terhenti.

"Siapa tadi yang lo ajak ngomong?" tanya Gavin dengan wajah kepo.

"Bill?"

"Bukan"

"Sila?"

"Kalo dia ngapain gue nanya lo" ujar Gavin sedikit kesal.

"Terus siapa?!" balas Elyn tak kalah kesalnya.

Jika boleh bilang. Elyn dan Gavin adalah dua orang yang keras kepala. Dua orang yang selalu cuek tetapi selalu peduli.

"Cowok, tapi gue nggak pernah lihat sebelumnya. Eh iya gue inget. Mirip sama cowok yang ada difoto lo. Yang pernah gue lihat setahun yang lalu" ujar Gavin.

Elyn menelan ludahnya. Jangan lagi! Jangan mengatakan waktu itu lagi. Dia sudah menghapusnya dan tak akan kembali lagi. Elyn menatap ketus kearah Gavin seakan mengatakan jika dia tidak suka.

"Nggak usah kepo!" ujarnya dan berlalu. Gavin mengerutkan dahinya. Kakaknya itu emang suka rada. Rada nggak jelas, rada nyebelin, rada pengen aja buang ke kolam buaya.

Elyn masuk kedalam kamarnya dan berjalan kearah meja belajarnya. Dia menatap sebuah frame foto yang telah lama berada di sana. Mengamati lekat-lekat foto itu. Lalu beranjak kearah lemari dan mengambil sebuah album foto yang telah setahun tak pernah dia sentuh lagi.

Elyn membuka lembar demi lembar album itu. Kenangannya kembali muncul dalam benaknya. Air itu tak pernah bisa ditahan. Menetes dengan sangat teganya.

Tangannya terulur mengusap sebuah foto yang menampilkan 2 orang laki-laki yang merangkulnya di kanan dan kirinya. Tersenyum senang seakan gadis di tengah itu adalah seorang yang sangat berarti.

Elyn tersenyum getir. Merasakan suasana yang selalu dia rindukan selama ini.

"Gue selalu bahagia inget kalian. Seakan apa yang gue rasain hari ini hilang. Gue selalu aja pengen kalian balik buat selalu ada disamping gue. Selalu ngejagain gue, tapi sekarang cuma ada satu yang kembali. Dan satunya.."

"Dia bahkan nggak pernah bisa gue lihat apa lagi sentuh" gumam Elyn mengusap wajahnya bekas air matanya.

🌟🌟🌟

See u next chap❤

AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang