9

197 26 10
                                    

Anganmu tak sebaik kenyataanmu. Jangan membuat mimpi terlalu tinggi jika kau tidak bisa mewujudkannya. Itu hanya menyakitkan.

🌟🌟🌟

Elyn pergi masuk ke dalam kelas dengan perasaan kesal. Dia tidak habis pikir dengan Bill. Bagaimana bisa dia yang tadinya seperti perduli sekarang malah berubah. Elyn menjatuhkan tubuhnya di samping Sila. Mengalihkan pandangan Sila.

"Lo ada apa lagi sih, Lyn?" tanya Sila. Elyn membalikan tubuhnya.

"Gue tadi ya ketemu sama Bill, dia itu songong banget sih. Gue kesana cuma mau bilang makasih, eh tau-taunya gue diusir. Nggak kesel gimana gue di gituin" ujar Elyn.

"Apa? seorang Elyn bilang makasih ke Bill? Gue nggak salah denger kan? Apa gue lagi mimpi?" tanyanya meyakinkan dirinya. Elyn memutar bola matanya malas.

"Gue beneran! Bisa serius nggak sih!" bentak Elyn mendapat cengiran dari Sila.

Sila mengangkat sebelah alisnya tengah memikirkan suatu hal,
"Lo diusir sama dia? Mungkin lo kurang ikhlas kali bilang terima kasihnya atau mungkin lo ganggu aktivitasnya. Jadi dia marah sama lo" Elyn memutar bola matanya tengah memikirkan sesuatu

"Iya juga sih, gue kesana itu dia lagi santai di taman belakang. Dia tadi lagi nyanyi sambil main gitar. Trus gue dateng, pas gue bilang makasih malah diusir. Songong banget kan!" Elyn melipat kedua tangannya keatas meja.

"Heh whatt?! lo tadi ketemu Bill pas dia lagi nyanyi sama main gitar? Lyn, kenapa lo nggak ngajak gue sih. Gue juga pengen kali lihat sama denger suara Bill saat nyanyi. Itu hal yang langkah tau nggak" jawab Sila antusias.

Elyn berbalik menatap Sila "Sil, lo kalau ngomong nafas dulu. Kehabisan nafas tau rasa lo" jawab Elyn ketus. Sila hanya memutar bola matanya malas mendengar omelan Elyn.

Elyn melanjutkan ucapannya "Ya mana gue tau itu cuma kebetulan. Lo bisa denger dia nyanyi" Sila menatap Elyn binggung.

"Kapan? Nunggu tuh batu nyanyi?" Elyn memutar bola matanya malas.

"Ya nanti lo tunggu aja" Sila diam memikirkan ucapan Elyn.

Bel sekolah berbunyi. Elyn mengikuti pelajaran dengan perasaan tak menentu. Dia masih membayangkan nyanyian Bill, tapi di lain sisi dia masih mengingat perlakuan Bill padanya.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Jam pelajaran telah selesai anak-anak berhamburan keluar untuk segera pulang tapi, lain halnya dengan Elyn. Dia masih sibuk pikirannya.

"Lo nggak mau pulang? lo mau jaga kelas ini sama temen-temen lo?" tanya Sila.

Elyn memandang Sila "Temen gue?emang lo juga mau di sini jaga sekolah?" Elyn bertanya balik sehingga membuat Sila yang sedari tadi menahan tawanya, membuat tawanya pecah.

Elyn menatap Sila kesal. Sila meredakan tawanya "Ya nggak lah siapa juga yang mau jaga sekolah sama lo. Maksud gue itu temen lo Siti" Sila tertawa terbahak-bahak membuat Elyn menatap Sila bingung.

"Siti? Gue nggak pernah punya temen namanya Siti" tanya Elyn binggung.

Sila makin mengeraskan tawanya "Iya gue tau,tapi yang gue maksud Siti itu-" Sila memggantungkan perkataannya. Elyn masih menatapnya fokus

"SI TIKUS. Hahha..." refleks Elyn menjitak kepala Sila membuat sang pemilik kepala mengerang kesakitan.

"Aduhh.. Sakit tau nggak, lo ya asal jitak aja. Emang benerkan. Lo kan temenan sama mereka" Elyn memandang Sila geram.

"Enak aja lo, gue juga bisa bedain mana yang jadi sahabat mana yang gue jahuin" Sila mengelengkan kepalanya.

"Gue juga tahu mungkin pemikiran gue sama lo beda. Mungkin juga lo mau cari temen yang ada sensasinya dikit" ujar Sila.

AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang