Part 3

11.4K 854 47
                                        

Suasana pernikahan yang sangat sederhana berjalan dengan lancar. Tentu saja semua ini atas campur tangan Bibi Martha. Pria itu tidak mungkin bisa mewujudkannya, mengingat dirinya saat ini tidak memiliki apapun.

Bahkan sepasang cincin pengantin, Bibi Martha lah yang menyiapkannya.

Tidak bisa dipungkiri Evan merasa sangat tidak berguna. Ia berjanji akan membalasnya dengan pengabdian dirinya pada wanita manis yang kini mengandung buah hatinya.

Kebahagiaannya tak bisa ditutupi meski mengulang kembali, tapi Evan merasa seperti pertama kalinya mengucap janji suci di hadapan Pendeta.

Ingin sekali ia mengecup bibir merah muda Raina yang menggiurkan. Tapi sorot mata wanita itu tersirat ketidak percayaan padanya hingga ia mengurungkan keinginannya.

Evan hanya mengecup kening Raina dengan lembut namun mampu membuat jantung wanita itu tak keruan berdebar.

Hanya beberapa saja tamu yang hadir untuk memberi doa restu, itu pun hanya rekan sejawat dari Bibi Martha. Mungkin ada satu atau dua orang teman Raina yang hadir karena memang wanita itu terlalu tertutup, Evan memahaminya.

Ini hanyalah re-wedding untuk mendapatkan berkas-berkas tentang pernikahannya agar kelak kehadiran buah hati mereka tidak dipersulit pengakuannya.

"Aku ke sana sebentar," pamit Evan untuk menemui seseorang yang telah mengajaknya bekerja di lahan perkebunan.

Setelah melapor ke kepala daerah setempat, Pak Dodi melihat bahwa Evan berasal dari kota dan berpendidikan tinggi hingga pria tua itu mengajaknya bergabung untuk mengembangkan perkebunan desa.

"Bibi senang melihatnya. Pria itu pasti bertanggung jawab padamu. Kau bisa lebih tenang. Kelak, tidak akan ada yang mempertanyakan lagi perihal kehamilanmu," ucap Martha lembut.

"Ingat, Bi, ini hanyalah pernikahan sementara ... dan ini sekedar status di atas kertas tertulis. Aku tidak akan menganggap pernikahan ini ada."

Martha terkejut dengan keegoisan Raina. Tidakkah ia mencoba menerima jika ini termasuk rencana Tuhan?

"Pernikahan kalian sah. Berkas-berkas itu hanyalah sebuah bukti yang terlampir. Tapi, janji yang sudah di ikrarkan Evan sudah pasti tercatat oleh malaikat dan Tuhan. Kau tidak bisa mengelaknya."

Raina langsung bungkam. Ia tidak bisa membalas semua perkataan Bibinya. Tidak mau terlalu mengambil pusing tentang pernikahan status ini, Raina memilih mengikuti keinginan sang Bibi. Namun yang pasti, ia tidak akan memberikan celah sedikitpun untuk pria itu menyentuh hatinya.

Demi janin yang masih berada dalam kandungannya, ia rela berkorban perasaan.

Satu pikiran yang ada di kepala cantiknya. Melalui status ini, ia akan membalas sakit hatinya, membalas segala kekejaman yang dilakukan pria itu padanya.

Perlahan tapi pasti, Raina akan menghancurkan hati seorang Gerald Stevano. Membuatnya terpuruk, hingga untuk tersenyum pun terasa menyakitkan.

🌺🌺🌺

Sudut bibir Evan terangkat memperhatikan wanita yang menunggunya di depan kantor catatan sipil. Mereka telah siap untuk kembali ke rumah. Tiba-tiba saja ia mempunyai ide untuk mengajak istrinya ke dinas kesehatan yang searah dengan rumah mereka.

Evan penasaran sekali dengan perkembangan buah hatinya.

"Aku ingin mengetahui perkembangan kalian." Evan melihat bibir Raina yang terbuka ingin protes, tapi ia kembali melanjutkan ucapannya.

"Tidak ada salahnya, bukan? Meski kau bersama bayi itu baik-baik saja, aku hanya ingin memastikan lagi ... dan aku sangat penasaran sekali. Apakah perempuan atau laki-laki?" ucapnya senang.

Evil's Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang