Pagi-pagi sekali Evan sudah tergesa-gesa mempersiapkan diri. Pasalnya, hari ini ia ditugaskan harus berangkat ke kota untuk membicarakan supplie hasil perkebunan yang masuk sebuah market ternama.
Selain ingin membahas masalah kontrak kerjasama yang sudah ditanda tangani oleh Pak Dodi, pihak penanggung jawab utama ingin tahu tentang visi misi dan beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam bisnis keduanya.
Mau tak mau Evan harus menemui untuk memperkukuh kerjasama ini. Hanya dua hari tapi rasanya begitu berat meninggalkan Squishy menggemaskannya dan juga -- istrinya.
Semalam Evan menjelaskan cukup panjang perihal tugas ini pada Raina, mengingat wanita itu sangat tidak setuju ia ke kota.
"Seharusnya kau tidak perlu serepot ini mempersiapkan bekal perjalananku nanti. Di sana kami telah mendapat konsumsi dan juga uang intensif untuk project ini," ucap Evan memerhatikan Raina yang sibuk menaruh beberapa makanan dalam ransel Evan.
"Semua selesai tepat waktu. Apa masih ada lagi barang yang ingin kau bawa?" tanya Raina mengabaikan ucapan pria itu.
Evan mengembuskan napas kesal karena ucapannya dianggap angin lalu, kemudian tersenyum miring, "Sejujurnya aku ingin sekali mengajakmu ikut. Namun, aku harus menyimpan keinginan itu. Karena aku sudah tahu jawaban apa yang akan kau lontarkan padaku," sindir Evan dengan intonasi pelan namun terasa menusuk hati.
Raina menantang tatapan sindiran Evan, "Kau seperti pengantin baru saja selalu ingin ditemani istri kemana pun kau berpijak."
"Bahkan saat masih pengantin baru pun kau tetap saja dingin tak tersentuh."
Deg
Tatapan Evan tenang tak terbaca.
"Ada Bibi Martha. Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian di sini."
"Alasan yang sangat jitu."
"Hei, itu serius!" protes Raina.
"Hm, meski sebenarnya aku yakin Bibi tidak akan mempermasalahkannya." Evan melewati tubuh Raina begitu saja. Lantas menghampiri wanita tua yang baru saja dijadikan alasan klise penolakan.
"Dangan ama-ama ulangna. Eca ... lindu, (Jangan lama-lama pulangnya. Neysha rindu)" ucap Squishy mungil itu dengan artikulasi menggemaskan. Putri kecilnya memeluk erat setelah berpindah gendongan pada tubuh Evan.
"Ayah ti-ati. (Ayah, hati-hati)" Neysha mencium kedua pipi Evan. Wajah bocah itu kini memerah dan basah air mata, tangisannya tak kunjung berhenti. Evan kembali memberi sebuah pelukan hangat yang menenangkan.
"Anak Ayah tidak boleh cengeng. Nanti Adik bayinya takut kalau kakaknya menangis seperti ini," guraunya yang masih saja gemas. Evan terus menciumi wajah putrinya.
Benar, seketika Neysha menghentikan tangisannya. Manik terang yang sama dengan sang ibu langsung berbinar.
"Eca mau dede bai! (Neysha mau Adik bayi)" serunya keras.
Evan dan Martha tertawa lucu mendengarkan penuturan aneh sekaligus ajaib dari bibir mungil itu.
Raina langsung mengambil tubuh Neysha pada gendongannya. "Neysha tidak baik berbicara seperti itu. Adik bayi masih lama datangnya."
"Ayah bisa saja memberikannya saat ini juga. Semua tergantung Ibumu," cibir Evan.
"Bicaramu semakin aneh. Jangan meracuni pikiran polos putriku," desis Raina.
Evan mengangkat kedua tangannya tanda menyerah, "Aku mengalah demi kedamaian."
"K-kau juga harus menjaga sikapmu selama jauh dari kami." tekan Raina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil's Love ✔
ChickLitKetika Tuhan memberi kesempatan kedua untuk memperbaiki diri. Sang iblis berevolusi menjadi malaikat tanpa sayap demi wanita yang telah dihancurkannya. Hukuman yang diterimanya bukan hal sepele. Satu persatu karma pedih menghampirinya dalam penebus...