Part 9

8.1K 607 49
                                    

"Aku mencintaimu..."

Deg

Manik kelam Evan menatap teduh wajah manis Raina. Ia melihat jelas ekpresi istrinya yang seakan tidak percaya dengan ungkapannya.

"Aku mencintaimu, Raina Shabella."

Raina menundukan kepala tidak berani membalas tatapan teduh suaminya dan juga jawaban yang tidak bisa ia berikan.

"Apa kau yakin dengan ucapanmu?"

"Tentu saja. Ini perasaan terdalam yang kurasakan."

"Ini terlalu cepat untuk pria yang saat ini kehilangan semua memorinya dan hanya memiliki beberapa memori baru," sahut Raina datar.

"Awalnya aku menganggap begitu. Semua terpatahkan ketika aku mendampingimu di ruang bersalin. Ketika kau berjuang melahirkan bayi kita. Rasa ini semakin kuat, ketika kau tidak sadarkan diri setelah bayi kita terlahir. Saat itu ketakutanku semakin menjadi-jadi. Aku sangat takut kehilanganmu. Aku bisa gila di tinggalkan olehmu," diam sejenak, Evan kembali meneruskan.

"Di situlah perasaan ini menguat. Aku memang belum mengingat apapun tentangmu di masa lalu. Tapi percayalah, rasa yang sekarang kurasakan begitu kuat hingga untuk meredamnya terasa sangat sesak. Aku mencintaimu ... aku mencintaimu, Raina Shabella," ungkapnya serak.

"A-aku tidak tahu. Maafkan aku," jawabnya bingung.

"Aku mengerti. Memang tidak mudah mencintai pria yang saat ini melupakan semua kenangan kita."

"A-aku hanya takut kau akan berubah pikiran setelah mengingat semuanya," ucap Raina cepat.

"Aku tidak akan pernah melupakan momen indah ini bersamamu. Aku janji. Semua kenangan masa laluku memang telah hilang, tapi aku akan berusaha untuk terus mengingat dan menciptakan momentum baru yang penuh keceriaan bersamamu, tentu saja bersama bayi cantik kita." Evan terus meyakinkan istrinya.

Raina hanya terdiam. Sulit sekali menghadapi situasi seperti ini. Namun keegoisan kembali bercokol di hatinya. Keinginannya terkabul. Pria ini telah masuk dalam perasaan pada hubungan pernikahan statusnya.

Raina tersenyum miring. Ia telah berhasil membuat sang iblis takluk padanya.

Bagaimana pun, Gerald Stevano harus hancur di tangannya.

"Maaf, kuharap kau mengerti dengan kecemasanku tentang hubungan kita," lirihnya.

"Tidak apa-apa. Cukup dengan membuka hatimu untukku, maka aku kan terus berjuang. Perlahan tapi pasti, aku akan membuatmu membalas perasaanku. Aku janji," ujar Evan yakin. Pria itu menyentuh pipi kanan Raina menatapnya lembut.

Kepala cantik itu hanya mengangguk pelan karena memang ia masih tidak percaya dengan pengungkapan pria ini.

"Apa kau tidak ingin menggendongnya?" Raina mengalihkan pembicaraan.

"Sejujurnya, aku sangat takut meremukan tulang kecilnya ketika menggendongnya," jawabnya dengan mimik wajah lucu. "Tapi aku akan mencobanya. Agar dia tahu bagaimana Ayahnya yang tangguh ini bisa bersikap lembut," lanjutnya lagi.

Evan meraih bayi dalam dekapan istrinya. Dengan sedikit bantuan Raina, pria itu berhasil membawa tubuh mungil itu di lengan kirinya.

Evan menatap penuh takjub pada wajah merah yang terlelap. Memerhatikan tiap detail replika wajah sang bayi. Orang bilang, wajah bayi itu masih berubah-ubah fase kemiripannya. Tapi Evan seperti melihat replika wajahnya pada sosok makhluk mungil di tangannya.

Evan sangat berharap semoga Raina mewarisi manik terang madunya.

Hm, satu lagi, bibir mungil Raina yang terlihat segar selalu membuatnya gemas dan tidak sanggup berlama-lama menatapnya.

Evil's Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang