Part 20

8.4K 637 58
                                    

Evan terburu-buru keluar dari rumah sakit. Matanya mengedar seperti mencari sesuatu. Dengan cepat menghampiri sebuah mobil yang terpakir di pinggir gerbang.

Seseorang memerhatikan gerak-gerik Evan tanpa dia tahu. Seorang wanita muda yang baru saja melakukan konsultasi dokter di rumah sakit yang sama.

Evan terkejut ketika membalikkan tubuhnya hampir saja menabrak seseorang.

"Ops, maaf!" baru saja Evan ingin berlalu wanita itu berucap.

"Tunggu! Kau bisa memakai mobilku," ucap wanita cantik dengan dandanan berkelas.

Evan mengernyit mengamati wajah dan penampilan wanita di depannya. Seketika mulut Evan terbuka.

"Zeyandara Altha. Panggil saja, Zeya." wanita itu mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

"Kau -- yang waktu itu di kota?" tanya Evan memastikan.

Zeya mengangguk tersenyum manis. "Benar. Dan sekarang hampir saja kejadian dulu terulang lagi."

"Evan," ujarnya menyambut uluran tangan wanita itu.

"Maaf, aku sedikit mendengar percakapanmu. Boleh aku membantumu. Aku hanya bersama supir, kau dan istrimu bisa ikut dengan mobilku." Zeya menatap wajah ragu Evan, "Hm, alamatmu di mana?" tanyanya lagi.

"Desa Sejahtera Hijau."

"Kebetulan yang cocok." antusias Zeya.

Kening Evan semakin mengernyit dalam.

"Villaku juga di daerah itu. Aku sedang berlibur menikmati suasana desa. Kau pasti tahu bagaimana ruwetnya suasana kota. Ah, kenapa aku jadi cerita panjang lebar. Sekarang lebih baik kau persiapkan segala keperluan istrimu. Aku akan mengantarmu," ucap Zeya tulus.

"Tapi ..."

"Anggap saja sebagai perkenalanku memiliki tetangga baru. Hm, itu pun bila kau mau," suara Zeya terdengar kecewa.

"Tentu saja aku mau. Hanya saja aku sedikit tidak enak hati. Baru saja berkenalan tapi sudah merepotkan begini," sanggah Evan.

Zeya menggeleng cepat, "Justru aku senang ada penduduk yang ramah menerima pendatang baru tanpa curiga. Bagaimana, aku tunggu di depan saja?"

"Baiklah. Terima kasih sudah mau membantu."

"Aku belum membantumu, Evan. Cepatlah. Istrimu pasti sedang menunggu di dalam," kekeh Zeya.

Zeya memmerhatikan punggung Evan yang menjauh. Manik cokelatnya seolah tak berkedip menatap kepergian Evan. Sudut bibirnya terangkat dengan senyum yang sulit diartikan.

"Gerald Stevano ..."

🍁🍁🍁

Malam hari yang dingin membuat para makhluk bumi memilih memejamkan mata menyambut mentari pagi.

Raina keluar dari kamar setelah menidurkan Squishy cantiknya.

Evan sedikit bingung kenapa ekspresi Raina sejak keluar rumah sakit terlihat masam. Padahal saat sebelum pulang istrinya terlihat antusias sekali. Tapi sejak tadi hanya diam dan menjawab seperlunya.

Hanya dengan Neysha wajah istrinya berubah 180 derajat.

"Apa kau masih sakit?"

Raina menoleh. Hanya tersenyum skeptis dengan gelengan kepala.

Evan menahan langkah Raina, "Kau kenapa? Sejak tadi hanya diam saja."

Raina menatap lengannya yang tertahan lalu beralih memandangi wajah khawatir Evan.

Evil's Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang