Part 22

17.7K 922 58
                                    

Martha terkejut menyaksikan kedua orang dewasa itu datang dengan tubuh basah kuyup. Wanita tua itu melihat dengan jelas sebuah payung yang terselip di saku belakang Evan.

Awalnya ia ingin memarahi kelakuan mereka. Tapi saat melihat rona merah samar yang masih tercetak di pipi pucat Raina, wanita tua itu sedikit paham. Ia hanya mengulum senyum saat memergoki mata Raina mencuri pandang menantunya.

"Neysha masih asik di kamar dengan mainannya. Cepat ganti pakaian kalian. Jangan sampai masuk angin!" perintah Martha tegas.

Tepat sang Bibi berlalu keduanya mengambil handuk bahkan tanpa sengaja bersamaan menuju pintu kamar mandi.

"Hm, kau saja," ujar Raina.

"Kau saja," jawab balik Evan.

"Tidak apa-apa. Kau duluan saja."

"Kau lebih menggigil, aku masih bisa menahannya." Evan bersikeras.

"Kenapa tidak berdua saja. Lebih menghemat waktu, bukan?" usul Martha tiba-tiba.

Mata Raina langsung membola, "Apa maksud bibi?"

"Tak ada maksud apa-apa. Tak ada yang salah juga dengan usulku. Benar begitu, Evan?" pancing Martha menggoda.

"Cepat kau masuk ... atau aku yang menggendongmu dan memandikanmu?"

"Ka-kalian --" cebik Raina lantas memasuki kamar mandi sendiri.

Martha dan Evan tertawa renyah.

"Jangan terlalu lama memakai pakaian basah." Martha mengingatkan lagi.

Evan mengangguk memasuki kamar Raina. Ia melihat squishy imutnya sedang sibuk dengan mainannya. Pria itu membuka pakaiannya dan hanya mengenakan handuk sebatas pinggangnya kemudian mendampingi Neysha selagi Raina mandi.

"Kau sangat menyukainya, Sayang?" Evan meraih squishy little pony yang dulu ia belikan.

"Pipimu sama menggemaskannya dengan mainan ini," kekeh Evan.

"Lutu, Yah! (Lucu, Ayah)" ujar Neysha.

Evan langsung memeluk tubuh mungil itu. Suasana hati Evan sangat hangat bagai selimut cinta di dadanya. Sambutan perasaan Raina padanya mampu mengalahkan rasa dingin itu.

Hati beku Raina seakan memuai dengan kehangatan perasaan kasih Evan.

Cklek

Raina menutupi sebagian pahanya yang terekpose. Hanya sebentar menatap kemudian menunduk.

"A-aku sudah selesai, sekarang kau cepatlah mandi. Air hangatnya sudah kusiapkan," ucap Raina gugup.

Mata Evan tak beranjak dari tubuh seksi Raina yang basah. Rambutnya tergerai asal tanpa sisiran namun terlihat sangat sensual. Bahu putih mulus itu pun tak luput dari pandangannya yang nakal.

Evan melenguh tertahan. Mulai beranjak mendekati Raina.

"Air hangat tak ada pengaruhnya jika disandingkan dengan kehangatan tubuhmu."

Tepat saat Raina mengangkat kepalanya, Evan menghadiahi kecupan kilat. Setelahnya pria itu terkekeh sendiri melihat wajah shock istrinya yang terlihat menggemaskan.

Raina menyentuh bibirnya yang lembut. Ada rasa kehilangan karena Evan melakukannya cepat. Pria itu semakin berani mencuri ciuman sesuka hatinya.

Tapi ... bukankah dirinya mulai menyukai tindakan tersebut?

Raina malu mengakuinya.

🍁🍁🍁

Matahari hampir terbenam hanya tersisa jingga kemerahan menghiasi langit sore. Evan tampak berlarian menuju rumah. Ia sangat takut membuat squishy kesayangannya merajuk karena lama menunggu kehadirannya.

Evil's Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang