Pagi-pagi sekali Martha sudah berpamit ke rumah salah satu warga yang memintanya membantu membuat beberapa pesanan kue. Sebenarnya wanita tua itu sudah menolak tapi Bu Wati tetap saja memaksa. Karena hanya kue buatan Martha yang di sukainya.
Sang Bibi hanya tidak ingin Raina sendirian di rumah menjaga bayinya. Maka dari itu Martha berangkat lebih pagi agar sebelum siang sudah kembali ke rumah.
Bayi merah itu kembali tertidur setelah kenyang dengan asinya. Kini Raina tampak kesusahan mengenakan suatu benda yang dililitkan dari perut hingga ke bawah paha.
Sebuah benda berbahan katun berwarna merah dengan bentuk memanjang beberapa meter. Wanita-wanita desa di sekitarnya setelah melahirkan pasti menggunakan benda itu.
Konon, selain untuk kesehatan menjaga tata letak rahim agar tidak turun, di percaya juga untuk melindungi perut agar tetap kencang. Selepas perut yang membesar lalu melahirkan pastinya akan terlihat sekali perubahan teksturnya.
"Kau sedang apa?" tanya Evan melihat Raina yang tengah sibuk melilitkan kain ke bagian pinggangnya.
Wanita itu tidak menjawab karena terlalu serius dengan kegiatannya. Jelas sulit mengenakan benda tersebut sendirian. Biasanya ia di bantu Martha memakai benda merepotkan ini.
Raina sebenarnya malas menggunakan hal yang merepotkan. Jika bukan Bibinya yang memberi perintah keras, ia tidak akan melakukannya.
Raina tersentak saat tangan kuat Evan membantunya melilitkan dan mengikat simpul di depan perutnya.
"Apa seperti ini?"
Raina mengangguk sedikit sulit menelan ludahnya sendiri karena posisi mereka sangat dekat. "Benar. Bisa tolong kau kencangkan sedikit lagi simpulnya? Ehm, ya, seperti itu."
Raina melihat bekas lebam yang tercetak gigitan mulai membiru. Ia ingat itu pasti bekas gigitannya akibat rasa sakit ketika melahirkan.
"Maaf, saat itu aku tidak sadar menggigit lenganmu," ucapnya menyentuh lembut lebam itu.
"Oh, ini tidak berarti apa-apa dengan perjuanganmu. Kalau perlu jambak saja rambutku agar kau menyalurkan rasa sakitnya."
"Hm, ide yang bagus untuk kelahiran berikutnya," jawabnya asal.
Evan menghentikan kegiatannya lalu menegakkan tubuhnya. "Sebelum hal itu terjadi, bukankah kita harus melakukan proses pembuatan-nya?"
Aliran darah di wajah pucat Raina memanas hingga rona merah sangat jelas ketara. Tidak ingin terlalu mengintimidasi, Evan kembali sibuk dengan kain merah..
Sedangkan Raina hanya bungkam, enggan menjawab.
Benar-benar pria licik, menjebakku dengan bahasan seperti itu.
Raina terdiam membiarkan Evan membantunya. Setiap kali simpul itu terbentuk, Raina menahan napasnya karena wajah Evan tepat di depannya.
Setiap kali Evan menoleh ke wajahnya jantungnya selalu saja berdebar-debar karena kedekatan mereka yang terlihat intim.
Simpul tiap simpul telah berderet rapi memanjang dari perut hingga setengah pahanya.
"Sudah selesai. Terima kasih," ucap Raina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil's Love ✔
ChickLitKetika Tuhan memberi kesempatan kedua untuk memperbaiki diri. Sang iblis berevolusi menjadi malaikat tanpa sayap demi wanita yang telah dihancurkannya. Hukuman yang diterimanya bukan hal sepele. Satu persatu karma pedih menghampirinya dalam penebus...