Part 15

8.1K 643 58
                                    

Hampir siang Evan belum melihat wajah manis Raina. Padahal hari ini ia sedang merasakan waktu libur. Wanita itu seolah bersembunyi dalam kamarnya. Bahkan sarapan kali ini Bibi Martha yang memasaknya.

Ingin sekali Evan memasuki kamar yang di tempati istri dan bayinya. Dengan rasa yang begitu resah ia harus menahannya untuk tidak mengganggu ketenangan Raina.

Beberapa kali Evan mendengar bayinya menangis, membuat jiwa kebapakannya meningkat ingin menggendong buah hatinya.

Tapi Evan tidak seberani itu. Ia masih mengingat jelas kejadian semalam. Raina yang ketakutan saat melihatnya.

Lagi-lagi pikiran buruknya menebak hal yang tidak-tidak.

Evan seperti orang bodoh hanya berdiam diri di rumah. Tak ada kegiatan penting yang dilakukan hingga dirinya lebih memilih menyibukan diri dengan memperbaiki kondisi rumah yang perlu dibenahi.

Mulai dari menggali tanah halaman untuk menanam bibit yang baru. Mengganti atap yang retak dengan yang bagus. Bahkan ia pun memperbaiki balai bambu di teras yang kondisinya mulai rapuh jika terlalu berat beban yang menempatinya.

Semua itu Evan lakukan agar waktu hari ini cepat berlalu. Hingga tak tak terasa semua kegiatan yang dilakukannya memakan waktu yang cukup lama.

Petang, Evan menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya dengan kaki berselonjor di balai bambu yang telah diperbaikinya.

Martha tersenyum memerhatikan keuletan Evan sejak tadi. Pria itu benar-benar sosok kepala keluarga yang bisa diandalkan. Biasanya Martha akan merepotkan tetangga tak jauh dari rumahnya untuk melakukan hal yang dilakukan Evan tadi.

Semenjak ada pria itu semua pekerjaan laki-laki selalu dengan mudah Evan kerjakan. Meski awalnya Martha melihat Evan sedikit kesusahan, tapi lambat laun pria itu terbiasa dan bisa menangani sendiri.

Martha ingin mengantar air minum dingin dan beberapa makanan ringan untuk Evan yang berada di luar. Wanita tua itu terkejut saat tangan kurus Raina menahannya.

"Biar aku saja," pinta Raina.

"Neysha?"

"Si cantik masih tertidur. Bibi di dalam saja menemaninya. Sejak tadi pagi aku sudah merepotkan Bibi dan juga pria itu," ucap Raina sedikit dingin enggan menyebut nama suaminya.

Baru saja Martha ingin beranjak, Raina kembali menahannya.

"Nanti biar aku yang menyiapkan makan malam. Bibi istirahat saja," lanjutnya lagi yang diangguki Martha.

Dengan menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan panjang, Raina menuju teras. Evan yang bersandar dengan mata terpejam merasakan kedatangan seseorang langsung membuka matanya.

Cukup terkejut yang menghampirinya adalah Raina. Ia langsung menurunkan kaki dan membantu bawaan yang dipegang Raina, kemudian meletakkannya di samping tubuhnya. Raina pun ikut terduduk, hingga nampan berisi minuman dan makanan ringan sebagai pembatas jarak keduanya karena berada di tengah mereka.

"Minumlah! Kau pasti lelah sejak tadi sibuk sendiri," ujar Raina pelan.

Evan tersenyum memandang wajah manis yang masih terlihat pucat, meski Raina enggan menatapnya. Cukup lama mereka terdiam hanya dengan memandangi pekarangan yang baru saja digarap Evan. Pria itu tetap asik menikmati cemilan dan minuman dinginnya.

"Hari ini bayi cantik kita sepertinya tidak rewel. Apa dia kembali tertidur?" tanya Evan memulai dengan bahasan ringan.

"Ya, begitulah. Bayi belum genap satu bulan memang cenderung lebih tenang. Karena kegiatannya hanya menyusu, tidur, menyusu lalu tidur lagi." Raina tersenyum kecil.

Evil's Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang