Part 17

8K 695 74
                                    

Raina mematut dirinya di depan cermin selepas mandi. Meski belum cukup sore tapi terpaksa membersihkan diri untuk bersiap-siap mengantar putrinya yang sedari tadi merengek meminta bertemu ayahnya.

Selepas keberangkatan Evan ke perkebunan, Squishy hidupnya terbangun dan langsung menangis karena tidak menemui wajah tampan ayahnya. Meski sudah dibujuk oleh Martha dan Raina gadis kecil itu akan menangis ketika mengingat kembali keinginannya.

Embusan napas pelan Raina keluarkan demi memantapkan dirinya membawa Neysha menemui Evan. Jika bukan putri kesayangannya terus merengek dengan begitu memelas, ia tidak akan mengabulkan.

Meski Bibi Martha mengajukan diri jika Raina tidak ingin tapi wanita muda itu tidak mau merepotkan sang Bibi menempuh jarak yang lumayan jauh menuju perkebunan.

Raina melirik bahu bekas kiss mark yang telah memudar. Ia menggigit bibir saat kilasan itu terlintas dibenaknya. Seketika bulu kuduknya meremang. Entah menginginkan kembali atau merasa jijik dengan respon tubuhnya.

Cukup lama Raina berada di dalam kamar hanya untuk memantapkan diri dan menyiapkan berbagai alasan agar Evan tidak besar kepala ia menemuinya.

Belum lagi komunikasi keduanya kembali sedingin puncak es tak ada yang berminat memulai hanya saling diam dan curi pandang selama tiga hari ini.

"Raina, apa kau masih lama di dalam? Neysha sudah tidak sabar sedari tadi," panggil Martha dari depan pintu kamar.

Raina segera keluar membuka pintu, "Aku sudah siap." Raina menatap putrinya yang semakin cantik setelah di dandani oleh Martha.

"Neysha tidak mau menunggu sampai Ayah pulang saja? Sebentar lagi Ayah sampai di rumah." bujuknya agar Neysha membatalkan kemauannya.

Garis bibir Raina seketika melengkung kecewa menerima gelengan kepala putrinya.

"Kau sudah janji ingin mengantarnya, Raina. Jangan berbohong lagi," bela Martha merasa senang atas keinginan keras cucunya.

Dengan lesu kepala cantik Raina mengangguk lantas meraih balita itu dalam gendongannya.

"Ini akan menjadi sebuah kejutan yang takkan pernah Evan sangka," ucap Martha senang.

"Dan pasti pria itu akan semakin besar kepala," cebik Raina.

"Tak ada yang salah. Wajar saja Evan menjadi besar kepala atas kejutan ini. Secara ... selama ini istrinya terlalu dingin sikapnya!"

Raina mendelik menerima sindiran Martha. Ia tidak berusaha untuk menampik atau pun membela diri. Yang segera ia lakukan hanyalah cepat-cepat berlalu agar dirinya tidak mendengar sang Bibi yang semakin jauh membela Evan.

Setelah berpamit, Ibu yang menggendong bayi dua tahunan itu mulai melangkah menuju perkebunan.

🍁🍁🍁

Raina tiba dengan suasana perkebunan yang terlihat cukup sibuk. Ia menyesali kenapa bisa mengindahkan keinginan sang putri hanya untuk ke sini. Padahal kurang dari tiga jam suaminya akan tiba di rumah.

Tidak ingin menganggu pekerjaan Evan yang belum selesai, Raina hanya menunggu di sebuah kursi santai yang tidak jauh letaknya dari posisi Evan.

Raina sengaja tidak ingin pria itu tahu kedatangannya. Bahkan Neysha pun mengerti menunggu dan melihat sang Ayah dari kejauhan saja.

Neysha berlari kesana kemari dengan suasana perkebunan yang cukup luas. Beberapa kali pegawai yang melintas selalu menyempatkan diri untuk menyapa dan menggoda balita cantik itu.

Apa lagi Neysha cukup pintar dalam berbicara. Meski belum genap tiga tahun telah banyak kosakata yang dikuasainya.

Semua berkat Evan yang selalu tak pernah lelah bercerita apapun pada Squishy kesayangannya.

Evil's Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang