Part 14

7.4K 626 52
                                    

Lebih dari dua minggu ini Evan tidur dalam ruangan yang sama. Martha yang melihatnya tersenyum karena sikap Evan semakin protektif pada Raina. Tak ayal pria itu sering kali terbangun hanya untuk sekedar mendiamkan bayinya yang terbangun lalu memanaskan asi.

Bahkan terkadang saat Raina terbangun hanya untuk ke kamar mandi ataupun mengisi perutnya yang lapar di malam hari, Evan menggantikan menenangkan Neysha yang menggeliat mencari kehangatan ibunya.

Seperti malam ini, Evan telah berpindah ke atas ranjang Raina untuk membelai dan mendekap sang buah hati. Saat Raina kembali memasuki kamarnya, wanita itu sedikit terkejut mendapati suaminya tertidur tepat di samping bayi mereka dengan tangan yang memeluk hangat.

Tak bisa dicegah untuk menarik kedua sudut bibirnya, menyunggingkan senyum manis melihat keduanya yang terlelap damai.

Jika sudah seperti itu, Raina akan dengan senang hati tertidur di kasur lantai milik Evan. Hingga ketika pagi datang, pria itu akan merasa sangat bersalah karena ulahnya, istri tersayangnya merasakan dinginnya ubin lantai.

"Seharusnya kau membangunkanku."

Raina dikejutkan dengan suara berat yang masih terdengar serak karena baru bangun tidur.

"Aku bosan mendengarnya. Selalu saja diulang jika kejadian semalam terjadi." Raina sibuk mengangkat masakannya dan memilih mengabaikan permintaan maaf Evan.

"Aku hanya takut kau sakit jika terlalu sering tidur di lantai."

"Ingat, aku tidur dengan alas kasur. Bukan langsung di atas lantai. Kau pasti melihatnya," sanggah Raina.

Evan menatap tubuh kecil yang kini terlihat sibuk menata sarapan di meja makan. Ia mendekati wanita itu untuk memastikan kembali.

Deg

Raina terkejut karena Evan membalik tubuhnya tiba-tiba hingga berhadapan dengan wajah tampan bangun tidur.

Tangan tokoh Evan terulur untuk menyentuh kening Raina. Ada kelegaan saat merasakan suhu tubuh Raina yang masih seperti biasa.

"Syukurlah." Evan tersenyum cerah.

Raina menatap malas tindakan Evan, "Perlu kutekankan sekali lagi. Jangan menganggap diriku rapuh hanya karena hal sekecil ini. Jauh sebelum aku mengenalmu, hidupku sudah terbiasa dengan hal yang kau anggap mengenaskan. Kau tidak tahu apapun tentangku. Jangan menganggapku wanita lemah, hanya karena masalah tidur di lantai. Aku tidak selemah yang kau pikir. Bahkan ketika kebejatanmu menghancurkanku, aku tetap mampu bertahan hingga --"

Deg

Raina tersadar dengan kata-kata tajamnya. Ia seketika menutup mulutnya, melihat raut wajah Evan yang tampak pias.

Raina segera berlari memasuki kamarnya. Ia merutuki kenapa bisa lost control dengan ungkapan hatinya.

Pria itu terlihat shock dengan semua kalimat menyakitkan Raina.

Bejat? Apakah aku seperti itu?

Evan tak menyangka, kekhawatiran dirinya pada sang istri malah dianggap negatif seperti ini.

Adakah yang salah dengan perhatiannya?

Embusan napas kasar Evan keluarkan dalam sesak dadanya. Ia pikir Raina sudah terbiasa menerima dirinya. Namun Evan salah, sepertinya ia harus lebih peka dengan perasaan sensitif Raina. Hingga ia memutuskan untuk membersihkan tubuh bersamaan dengan kepalanya yang mendadak sakit.

Saat sarapan pun Evan hanya ditemani Bibi Martha. Ia mengerti, pasti Raina masih marah padanya. Meski begitu, istrinya tak melupakan menyiapkan bekal makan siang untuknya.

Evil's Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang