Part 8

8.1K 667 48
                                    

Kedua orang berbeda usia tengah menanti seorang berseragam kedokteran keluar dari ruang persalinan. Evan dan Martha sering kali melihat arah pintu ruangan itu. Sedangkan Evan tampak beberapa kali berdiri menunggu di depan pintu tersebut.

Pintu terbuka, dengan cepat segera menghampiri dokter wanita yang memasang wajah tenang. Evan langsung bertanya cepat perihal kondisi istrinya.

"Saat ini istri Anda dalam keadaan stabil. Kami hanya memberikan dua kantung darah untuknya akibat pendarahan tadi." dokter itu mengangkat tangannya yang disambut hangat oleh salaman Evan.

"Selamat atas kelahiran bayi cantiknya. Saat ini belum boleh dijenguk. Setelah dipindahkan ke ruang rawat inap kalian baru boleh menemaninya. Bayi Anda juga sudah dipindahkan ke ruang khusus bayi," urai sang dokter kemudian berlalu setelah berpamit.

"Lebih baik kau pulang saja. Biar Bibi yang menunggu di sini."

"Tidak. Meskipun aku pulang, pikiranku tetap di sini." Evan menolak.

"Kau harus istirahat. Agar besok bisa menjaganya. Kita berdua harus menjaga kesehatan agar tetap bisa mendampingi Raina." tak ada jawaban dari Evan. "Hari semakin larut. Lagi pula kau sudah dengar langsung dari dokter kondisi Raina saat ini sudah stabil. Kau mengerti maksud Bibi?" tanyanya lagi.

Martha lega akhirnya Evan mau mengerti semua maksudnya.

"Jaga diri Bibi. Besok pagi aku segera kembali dan membawa semua keperluan Raina dan bayiku," ucapnya sebelum berpamitan.

Martha memandang lama punggung lebar yang menjauh. Pria yang sangat bertanggung jawab.

Semoga Tuhan tidak akan pernah mengembalikan ingatannya. Memang terkesan jahat. Namun, bukankah ini sebuah kebaikan untuk sang iblis yang kini berevolusi menjadi malaikat tanpa sayap.

Meski kapan saja malaikat itu bisa kembali ke wujud asalnya.

Martha tidak menginginkannya.

🍁🍁🍁

Sejak kemarin Raina belum sadarkan diri karena pengaruh obat dan tentunya memang tubuhnya masih dalam proses penyembuhan padahal kondisinya telah stabil.

Seharian itu Evan tak henti-hentinya merapalkan doa kebaikan untuk istrinya. Meski dokter sudah mengatakan keadaan Raina baik-baik saja, hanya menunggu dosis obatnya hilang, istrinya akan sadar seperti sedia kala.

Sebelum berangkat ke rumah sakit, pria itu menyempatkan mampir ke sebuah barber shop yang tidak jauh dari tempat Raina di rawat.

Evan merasa sudah saatnya untuk merapikan dan mencukur rambut yang menutupi sebagian wajahnya yang tampan. Meski tanpa dipungkiri aura ketampanan itu tetap ada dengan jambang yang memanjang di sekitar rahang tegas dan dagunya.

Alasannya hanya satu ... agar bayi kecilnya nyaman berada di dekatnya. Agar bayi itu tidak terganggu pada saat ia mencium pipi merahnya akibat rambut yang cukup tajam di rasakan kulit merah sang bayi.

Tentu saja agar bayinya mengenali wajah ayahnya secara detail tanpa adanya bulu-bulu yang menutupi wajah tampan sang ayah.

🍁🍁🍁

Martha keluar ruangan ingin membeli makanan di kantin bawah. Saat berjalan di lorong ia terpana melihat perubahan diri Evan, terutama pada bagian wajah.

Dengan rambut yang tertata rapi dan wajah yang berseri tanpa ada yang mengahalangi setiap mata yang memandangnya.

Evan mulai gugup ditatap cukup lekat oleh sang bibi.

"A-apa ada yang aneh dengan penampilanku?"

Martha menggeleng cepat. "Tidak ada. Justru kau terlihat semakin tampan dan lebih berkharisma." pria itu salah tingkah dengan pujian Bibi Martha.

Evil's Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang