Part 13

7.2K 610 53
                                    

Tangisan bayi mungil cantik mengempaskan keinginan sang ayah.

Evan tersadar, lantas menjauhkan wajahnya. Sedikit lagi, Evan merasakan keranuman dari bibir madu Raina.

"Ma-maaf, aku ke dalam duluan!" tanpa menunggu jawaban, Raina beranjak meninggalkan Evan.

Raina bersyukur dengan adanya tangisan dari bayi cantiknya.

Ya, Tuhan, hampir saja ...

Bayi cantik yang tadinya menangis keras kini telah bungkam. Bibir mungilnya masih asik mengemut puting yang melimpah dari asi sang ibu. Raina menatap dengan pancaran kasih yang begitu besar.

Jari kanannya menyentuh lembut pipi bulat yang berwarna merah. Sesekali menciumnya. Aroma khas dari makhluk mungil tanpa dosa memang sangat menenteramkan.

Cklek

Seketika kepala Raina menoleh pada daun pintu yang bergerak, hingga menampilkan sosok pria tampan yang baru saja membuat adrenalin jantungnya berdebar kencang. Raina memalingkan wajahnya yang kembali memerah.

Bagaimana tidak?  Mereka nyaris saja berciuman. Itu sangat membuat Raina malu.

Malu? Bahkan Raina begitu enggan mengingatnya. Harusnya ia memarahi pria itu yang mengambil kesempatan. Ia hanya bermaksud meminta maaf atas kalimat tajam tadi malam. Tapi Evan malah memanfaatkan sikap lunaknya untuk menciumnya.

Apa lagi selain kata bajingan yang cocok untuknya?

"Rupanya dia menangis karena kehausan," ucap Evan setelah mengambil posisi sebelah kiri Raina hingga kepala sang bayi tepat di sebelah kanannya.

Pria itu mengelus lembut pipi mungil merekah, kemudian mengecup puncak kepala sang malaikat kecil.

Karena terlalu fokus dengan pikirannya Raina sampai tidak menyadari jika Evan sudah berada di dekatnya.

"Kau harus banyak makan agar asupan asimu melimpah. Lihat, Neysha terlihat enggan melepasnya." Evan menatap lembut bayinya lantas menatap manik terang Raina.

Blush

"Ke-kenapa kau melihatnya. Seharusnya kau tunggu sampai aku selesai menyusuinya." Raina merona. Ia sangat malu menyadari Evan memerhatikan payudaranya dengan puncak yang tenggelam dalam mulut hangat bayinya.

"Tidak menutup kemungkinan, bisa saja kau berimajinasi yang tidak-tidak pada tubuhku," lanjutnya menuduh.

Evan terkekeh, alasan Raina begitu konyol. Meski sebenarnya ada yang patut dibenarkan.

Imajinasi? Mungkin saja. Tapi Evan menginginkan hal nyata yang akan ia lakukan pada kebutuhan syahwatnya.

Tentu saja, hanya pada istrinya pelampiasan biologisnya disalurkan.

Hanya pada rahim seorang Raina Shabella, Evan akan memuntahkan benih gairahnya. Tanpa pengecualian.

Meski saat ini wanita yang bersamanya masih menjaga jarak. Evan yakin, kekerasan hati Raina akan lunak dalam tetesan cinta yang selalu ia limpahkan.

Evan sangat yakin hal itu.

"Ehm, bagaimana dengan biaya perawatan selama melahirkan di rumah sakit? Pastinya tidak sedikit mengingat setelahnya aku mendapatkan perawatan khusus. Setelah masa nifas berakhir, aku akan memulai lagi mengambil orderan kue dalam jumlah banyak." Raina melihat kerutan di dahi Evan. "A-aku ... aku akan membantumu untuk menggan---"

"Sstt ... tenanglah, semua sudah beres. Itu sudah termasuk asuransi dari perkebunan. Setiap pegawai laki-laki mendapat asuransi kesehatan yang sudah bekerja sama dengan dinas kesehatan pemerintah daerah. Kau tidak perlu khawatir. Aku bersyukur, meski hanya rumah sakit kecil, tapi loyalitas dan dedikasi para dokter di sana begitu tinggi. Kau dan Nesysha ditangani sangat baik." Evan tersenyum.

Evil's Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang