Part 5

9.4K 800 67
                                    

Raina sedang membereskan beberapa pesanan kue dalam box. Ia berniat mengantarnya. Perutnya yang semakin membesar tidak menyurutkannya untuk tetap melakukan pekerjaan ini. Meski Bibi Martha pun sudah melarangnya.

Deg

Wanita hamil itu terkejut ketika membuka pintu mendapati wajah pria yang tersenyum lembut padanya.

Pria itu memerhatikan bungkusan kantong plastik yang berada di kedua tangan Raina.

"Mau ke mana?"

"Ke rumah Bibi Mira, mengantar pesanannya," jawabnya gugup.

Pria itu mengangguk lantas mengambil alih dua kantong plastik tersebut.

"Aku antar."

Tanpa bertanya wanita itu berjalan mendahului Evan. Selama di perjalanan pun mereka hanya terdiam.

Sebenarnya Raina ingin mempertanyakan kenapa di jam segini Evan sudah pulang. Biasanya, senja pria itu akan kembali. Namun Raina lebih memilih diam agar pria itu tidak besar kepala karena pertanyaannya.

Setibanya di rumah Bibi Mira pun mereka hanya sebentar saja. Meski pemilik rumah memintanya untuk masuk dan bercengkerama, Raina menolak lembut. Ia beralasan masih ada beberapa pekerjaan yang belum diselesaikan. Padahal sebaliknya, Raina hanya takut jika banyak pertanyaan yang terlontar tentang pernikahannya.

Terlihat sekali dari tatapan Bibi Mira yang terpesona melihat Evan. Apa lagi sebentar lagi anak gadis dari Ibu Mira akan pulang dari sekolahnya. Bisa-bisa remaja ababil itu langsung jatuh cinta melihat suaminya.

Raina tersentak ketika tangannya di tarik saat melewati pertigaan. Wanita itu menoleh tidak mengerti.

"Kita lewat sini saja."

"Mau kemana lagi?" tanya Raina namun tetap mengikuti langkah Evan. Sebuah angkutan umum lewat mereka menaikinya. Hingga tiba di tempat yang cukup ramai dengan aktivitas perdagangan.

"Kau tahu di mana toko yang menjual perlengkapan bayi?"

Raina menghentikan langkahnya. Menatap Evan dengan mata yang menyipit.

"Aku ingin membelikan semua keperluan kalian," terang Evan sambil menatap lembut wajah manis Raina dan juga perut buncitnya.

"Ta-tapi aku tidak membawa uangnya saat ini."

"Jangan khawatir, aku membawanya. Kau hanya tinggal memilih sesuka hatimu."

Raina menatap ragu, hingga Evan menjelaskannya.

"Aku mendapatkan upah awalku bekerja. Tadi pagi setelah tiba di perkebunan, Pak Dodi memanggilku. Aku tidak menyangkanya akan diberikan secepat ini. Saat aku bertanya, Beliau hanya ingin aku membelikan beberapa keperluan untuk baby girl yang sebentar lagi akan lahir." Evan terkekeh. "Aku tidak menyangka Pak Dodi sebaik ini."

Evan tersenyum cerah kemudian merunduk mendekati perut Raina. "Ini rezeki Tuhan untukmu, girl."

Hampir saja buliran bening mengalir dari sudut matanya. Raina tidak bisa mengartikan perasaannya saat ini. Ada rasa penyesalan mengingat tadi malam ucapannya begitu tajam.

Raina benar-benar tidak menyangka. Apakah pria yang bersamanya saat ini adalah sosok Tuan muda yang dulunya sangat angkuh?

Tubuh jangkung itu telah menjulang di hadapannya. Memandang wajah sang istri dengan begitu dalam. "Sekarang, saatnya kita beli keperluan baby girl."

Mereka berjalan memasuki Baby Shop. Wajah Raina berseri melihat berbagai jenis pakaian dan perabotan bayi. Tak bisa disembunyikan kebahagiaan dari wajah cantik Raina.

Evil's Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang