44. Kemana Dia?

1.1K 61 0
                                    

"Tuhan, bertemu dengannya aku merasa bahagia, mengenalnya adalah cerita tersendiri untukku, dicintai olehnya seperti keberuntungan yang indah kumiliki. Seperti halnya dia, aku ingin kisahku dengannya bisa dimulai dengan bahagia dan berakhir dengan kebahagiaan pula. Ijinkan aku untuk bisa memilikinya sampai waktunya Kau panggil aku untuk kembali padaMu, dan berjanjilah padaku Kau senantiasa menjaganya jikalau aku pergi lebih dulu. Ku titipkan dia padamu. Aku percaya dia aman bersamaMu. "

→♡←

Sunyi menyelimuti sebuah ruangan yang penuh dengan alat-alat medis. Disalah satu kamar pasien ini seseorang sedang tertidur damai diranjang, kornea matanya terlihat sedikit gelap, terlihat kalau Ia sudah lama memejamkan matanya. Memang, sudah hampir tiga bulan pasien itu tidak membuka matanya, tubuhnya kurusan karena hanya selanglah yang menyalurkan protein lewat nadinya. Seorang ibu terlelap didekatnya, menunggu sang putri membuka matanya untuk kembali melihat dunia yang penuh warna. Sandra Feranisca, itu nama yang tertera di nametag bagian bawah ranjang. Ia belum membuka matanya untuk waktu selama itu, entah karena terlalu nyaman berteman dengan dunia alam sadarnya atau Ia tidak bisa lagi melihat dunia nyata lagi. Semenjak kecelakaan yang terjadi di sebuah jurang terjal tiga bulan lalu, Sandra mengalami koma. Sudah beberapa rumah sakit di Indonesia yang menangani Sandra, tapi tidak ada yang berhasil, hingga akhirnya Ia dikirim oleh orangtuanya ke luar negeri. Hervine Hospital, itulah nama rumah sakit yang sudah hampir dua bulan lebih ini merawat Sandra. Tapi tetap saja, gadis itu belum bisa pulih dari sakitnya, dan masih terbaring koma. Ada luka serius yang terjadi dibagian kepalanya, dokterpun sempat mengatakan "Sudah berbagai cara kami lakukan, tapi benturan yang terjadi sepertinya cukup keras, sehingga melukai beberapa organ bagian kepalanya. Kita hanya bisa pasrah untuk saat ini, berdo'a agar Ia senantiasa diberi kekuatan untuk bisa melewati semua ini. " Hermawan sangat terluka mendengarnya, begitupun Nilam. Rasanya semua harapan tidak bisa Ia pegang erat, tapi Nilam percaya selama jantung Sandra masih terdengar berdetak, keajaiban pasti senantiasa hadir.

Disebuah hutan Sandra terlihat sibuk mencari seseorang, hutan yang gelap, rindang, hanya beberapa titik cahaya bulan yang bisa memberi penerangan untuk Sandra. Ia menganakan baju ketika kecelakaan itu terjadi, bibirnya tidak henti-hentinya memanggil sebuah nama. Nama yang selama ini sudah memberi berjuta warna dalam hidupnya, nama yang selalu berjanji untuk melindunginya, nama yang sampai hari ini menjadi alasan Ia hidup didunia. Tapi, sangat lama Sandra terus mencari, keberadaan yang Ia cari tidak pernah hadir.

"Ari... kamu udah janji ga bakal tinggalin aku! Lalu mana janji kamu itu? Kamu mau bohong lagi sama aku?"

"Ari... kumohon, dimanapun kamu, kemarilah, jangan tinggalkan aku sendiri... "

Sandra menangis, menyenderkan tubuhnya pada sebuah pohon rindang sebagai penopang ketidaksanggupannya menghadapi kenyataan ini. Ia tidak mau Ari hilang, kemana Ari yang selama ini selalu ada untuknya.

"Hai San.., " Kini Ari berada tepat didepan Sandra, membantu Sandra untuk membenarkan posisinya.

"Kamu gaboleh seperti ini, bangunlah demi aku.. demi Mama, Papa, dan semua orang yang menyangimu, kamu ga boleh terus buat mereka khawatir. "

Tangan Sandra mengusap lembut wajah Ari yang bersinar, membuat air matanya kembali menetes, "Kamu dimana? Ayo pulang sama aku Ar.. aku gabisa tanpa kamu?" Ari menggeleng samar, bibirnya mengukirkan sebuah senyum.

"Kamu gaperlu tahu aku dimana, karena sebenarnya aku akan tetap melekat dihati kamu.. pulang Sandra, bangun, jangan seolah hidupmu berakhir hanya karena aku. Mama, Papa, mereka sedang khawatir sama kamu, bangun.. jangan buat mereka menunggu lebih lama lagi. Gabaik buat kamunya juga kalau terlalu lama tidur.. "

ARISANDRA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang