45. Bukan Bersamanya

1.5K 71 5
                                    

Three Years Ago..

"Mama.. Liat buku aku ga, warnanya merah muda?" Sandra sedikit berteriak pada Nilam yang sedang sibuk memasak didapur. Ketika putrinya itu sibuk dengan urusan kuliahnya, Nilam justru malah sibuk didapur. Itu karena Ia sedang mengambil cuti hamil. Yups, Ibu dengan dua anak itu kini sedang hamil anak ketiganya, dan kandungannya sudah memasuki usia sembilan bulan, hanya perlu menunggu waktunya tiba untuk melahirkan yang dalam prediksi medis akan terjadi sekitar satu minggu lagi.

"Kamu tuh kebiasaan! Ada juga buku kehamilan Mama tuh, warnanya sama merah muda!" Sandra memutar bola mata kesal, Mamanya selalu saja merespon bercandaan, padahalkan Ia sedang panik setengah mati. Masalahnya itu adalah buku tugas kuliah yang harus dikumpulkan hari ini, dan kalau tidak ada Ia akan kena hukum, lagi.

Ting Nong..

Bunyi bel membuyarkan kepanikan Sandra, tapi sesaat pikirannya kembali bergulat dengan hal yang sedang Ia cari. "Buka sayang, Mama kan lagi masak, " Ucap Nilam tanpa beralih dari wajan didepannya.

Dengan terpaksa, Sandra pun membuka pintu rumahnya.

"Haaaii!!" Sapa orang didepan Sandra itu,  lalu seutas senyum miring terbentuk dibibir merah segar Sandra.

"Tumben pagi, biasanya siang? Pasti kangen akunya udah kelewat ngebet, iyakan?" Perkataan itu sontak membuat lelaki berpakaian hitam didepan Sandra itu terkekeh, kadang insting gadisnya ini bisa tepat sasaran.

"Hehe, kamu manis ya kalau udah senyum kayak tadi. " Pekik orang itu lalu mencubit hidung mancung Sandra.

"SIAPA SAYANG?! " Teriakkan Nilam membuyarkan Sandra yang sedang tersipu malu.

"RAFLY MA!!"

"OH.. SURUH MASUK DULU SINI, SARAPAN BARENG!"

"Tuh dengerkan? Yuk masuk, kepagian tahu ga!!" Dengan cepat tanpa menunggu jawaban Rafly, Sandra menarik tangan lelaki itu untuk mengajaknya masuk.

Sandra menyantelkan tangannya dipergelangan tangan Rafly, sebagai tanda kalau hubungannya dengan lelaki itu sudah sangat lengket. Nilam saja sudah tidak terganggu melihat pemandangan itu, karena saking tahunya sedekat apa hubungan Sandra dengan Rafly. "Tumben Raf pagi?" Kata Nilam sambil menyimpan piring dimeja. "Iya nih, gara-gara Sandra ninggalin aku tidur duluan pas semalam telponan, padahal lagi rindu-rindunya. " Jawaban Rafly membuat Nilam tersenyum pelan, anak jaman sekarang, keberaniannya sungguh luar biasa berbicara seperti itu didepan orangtua kekasihnya.

"Bohong Ma, diamah emang suka berlebihan, tau sendiri kan Mama juga Rafly itu kayak gimana orangnya. "

"Oh, "

"Kok gitu doang responnya?" Kesal Sandra.

"Udah Ibu Camer, Sandranya lagi tersipu, biarlah dia sibuk dengan rona dipipinya, "

"RAFLY!!" Potong Sandra sambil menyodongkan garpu didepan Rafly, dan laki-laki itu hanya menahan tawanya.

"Udah udah.. cepet makan, nanti kalian telat. " Tungkas Nilam, lalu tidak lama Hermawan datang dan mencium pipi istrinya itu. Sontak Rafly hanya bisa gigit jari melihatnya, kapan Ia bisa seperti itu pada Sandra

"Om, besok Rafly lamar Sandra ya?"

"Emang kenapa?"

"Supaya bisa cium pipi Sandra kayak gitu juga. " Lagi-lagi Sandra menarik napas dan membuangnya pelan, mulut Rafly memang kadang harus disumpel pakai topo.

"Haha, sabar, nanti juga ngerasain. Ya ngga, Ma?" Colek Hermawan ke pipi Nilam. Dalam hati, Sandra ingin sekali melahap ketiga orang didepannya kini. Pagi-pagi sudah membuat mood nya jelek seperti ini.

ARISANDRA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang