10. Sebuah Rencana

1.5K 85 0
                                    

"Badan lo tuh lebih gede dari dia! Harusnya dia yang kalah."

Sandra terus saja bergumam kesal di depan Ari yang sedang dia obati. Tangan Sandra dengan pelan membaluri obat merah ke luka Ari. Sedangkan Ari hanya diam sambil mendengarkan mulut Sandra yang terus saja nyerocos. Risih sih, tapi ada perasaan senang juga karena Ari tahu kini Sandra hanya sedang khawatir padanya.

"Lagian pake ikut campur urusan orang!" Lanjut Sandra.

"Emangnya lo ngga kasihan sama Resna?" Perotes Ari.

"Ya kasihan lah."

"Nah makanya kita bantuin dia, kalo di biarin aja nanti si Patrick itu ke enakan."

Sandra terdiam, benar juga apa yang barusan Ari bilang. Dia tidak menyangka yang mengambil uang itu adalah Patrick, padahal di kelas laki-laki itu pendiam dan bukan anak yang neko-neko. Tapi nyatanya, bukan seperti itu sifat aslinya. Sebenarnya Sandra sudah tahu seperti apa kelakuan Patrick di luar sekolah, laki-laki itu sering dia lihat sedang bersama perempuan tapi berbeda-beda dan hanya itu yang Sandra tahu. Kalau soal Patrick seorang pencuri tidak pernah terpikirkan olehnya.

"Malah diem, gue cium, ya?"

Plak

"Mimpi!"

Ari mengelus pipi kanannya yang baru saja di tampar oleh Sandra,"muka gue makin ancur San!" Sambil meringis.

Kini Sandra menyimpan kotak obat pada meja di depannya sambil memikirkan apa yang bisa dia lakukan untuk Resna. Walau pun bukan dia yang memegang uang bendahara, tapi dia bisa meraskan seperti apa yang Resna rasakan.

Tiba-tiba saja ada sekelibat ide di kepalanya. Resikonya bahaya sih, tapi hanya ini satu-satunya cara agar memori Ari kembali dan bisa membuktikan kalau Patricklah pelakunya.

"Ar, gue ada ide."

"Hm," Ari merespon ucapan Sandra dengan deheman karena dia sedang minum.

"Kayaknya gue harus deketin Patrick malam ini dan nemenin dia seperti cewek-cewek lain?"

Kkkk... Uhuk.. Uhuk..

Ari tersedak minumannya setelah mendengar kalimat dari bibir Sandra barusan.

"NYARI MATI!!" Bentak Ari.

"Dia ngga akan bunuh gue kali."

"Gue yang bakalan bunuh dia, kalo berani nyentuh lo!"

"Cuma itu cara satu-satunya Ar, lagian gue dulu sempet pernah deket sama dia, dia pasti ngga bakalan curiga."

"Lo pernah deket?" Pertanyaan itu lebih terdengar merendahkan.

"Pernah ngapain aja lo sama dia!?" Sambung Ari.

Satu alis Sandra terangkat, "Maksud lo! Lo pikir gue pernah ngapain!? Semurahan itu gue di mata lo!" Protes Sandra.

"Yah habisnya lo bilang barusan pernah deket, berarti--"

Ucapan Ari terpotong.

"GUE BELUM PERNAH NGAPA-NGAPAIN SAMA DIA!!"

Ari malah terkekeh dengan ucapan Sandra. Dia percaya kalau Sandra pasti memang bukan perempuan seperti itu, Ari hanya suka menggoda Sandra.

Sandra merapikan seragamnya, mengambil tas, dan beranjak dari duduknya. Dia harus segera pulang,

"Sampe ketemu nanti malam," Ucap Sandra lalu berjalan ke pintu dan melesat pergi.

Ari yang melihat tingkah Sandra sungguh tidak habis pikir. Perempuan itu nekat-nekatnya akan melakukan hal yang dia ucapkan tadi. Ari menutup pintunya dan berniat akan mandi karena fajar sudah hampir tiba.

ARISANDRA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang