33. Penjelasan

1K 52 0
                                    

Jika mencintaimu mengharuskanku untuk menunggu, aku siap. Biarkan waktu mengejekku seperti itu, karena yang aku tunggu bukanlah waktu itu, melainkan kamu.
~~~~~~~~~

Bintang bertebaran indah dilangit, seakan menjadi saksi pertemuan Ari dan Sandra. Bulan bersinar terang menyaingi lampu-lampu jalan yang berbaris rapi.

Sandra duduk disamping Ari, menyandarkan kepalanya pada lengan laki-laki itu, bersama menikmati indahnya suasana malam dikota asing. Saling memendam rindu yang tidak bisa terungkapkan, sibuk dengan pikiran masing-masing. Bahkan dinginnya malam tidak menjadi penghalang untuk mereka. Hanya seperti ini yang mereka inginkan, dekat dan memberikan keyamanan.

"Lo apa kabar?" Bibir Ari memecahkan kesunyian ditaman itu.

"Semarah itu lo sama gue, sampai pergi tanpa ngasih gue kabar, " Ari sibuk terdiam, mendengar Sandra berbicara selembut itu membuatnya semakin ingin merengkuh tubuh Sandra seerat mungkin.

"Bukan, gue ngga marah sama lo, gue pergi karena alasan lain. " Tangan Ari mengusap-usap puncak kepala Sandra.

"Terus, kenapa pergi ngga bilang, ngga ngasih kabar, lo buat gue nunggu, padahal lo sendiri tau nunggu itu gaenak, nunggu itu butuh kesabaran penuh, nunggu itu mengharuskan gue nangis tiap hari. " Perasaan Ari sangat sedih mendengar Sandra mengatakan itu barusan, ternyata Ia sudah sejahat itu pada Sandra.

"Maaf, ga seharusnya gue gitu sama lo, tapi gue buat lo nunggu karena alasan. "

"Apa? Jelasin, gue dengerin sampai selesai. "

Flashback

Ari sampai di Bandung dan langsung berlari masuk ke rumah sakit untuk menemui Ridwan, ia takut Ayahnya kenapa-kenapa, hanya beliau yang ia punya saat ini, dan Ari tidak ingin Ayahnya pergi.

Ari melihat Alissa sedang tertidur pulas, hari memang sudah malam, dan tanpa pikir panjang Ari langsung masuk keruangan Ridwan. Di sebuah tempat tidur pasien Ayahnya terbaring tidak berdaya, banyak alat rumah sakit yang menempel di tubuhnya, keadaannya sungguh menyedihkan, banyak luka ditubuh Ridwan.

"Ayah.. kenapa bisa begini? "

Ridwan hanya terdiam dengan mata terpejam, membuat Ari meneteskan air matanya.

"Ayah.. maafin Ari, harusnya Ari ga ninggalin Ayah, tapi Ari cuma pengen Ayah peduli sama Ari kaya dulu, perubahan Ayah yang menyinggung perasaan Ari, sampai Ari pergi dari rumah.. " Air mata sudah membanjiri pipi Ari, Ari yang kuat ternyata bisa selemah ini ketika orang yang ia sayang terluka.

Dulu Ridwan adalah sosok pahlawan dihati Ari, Ari ingin menjadi seperti Ayahnya yang kuat, pintar, dan penyayang itu. Sosok Ridwan merupakan idola tersendiri bagi Ari, semua rasa kagumnya tertuju pada Ridwan, karena Ridwan adalah Ayah yang penyayang dan paling membelanya ketika Ari dimarahi oleh Selin. Tapi semenjak hari duka itu Ridwan sangat berubah, tidak ada lagi rasa kekaguman yang Ari rasakan pada Ayahnya tersebut.

Ari menenggelamkan tangisnya disamping Ridwan, perasaannya benar-benar lemah.

Tiga hari kemudian..

Ridwan sudah sadar dan mulai bisa bicara, tangannya mengusap puncak kepala Ari, sebagai tanda kalau ia masih sangat menyayangi putra ke-duanya itu. Aripun merasa tenang karena Ayahnya sudah bisa sadar dan mulai normal menggerakkan tubuhnya. Padahal Ari kira, Ayahnya akan sebuh lama. Dan Ari sangat bersyukur Tuhan masih mengijinkan Ari melihat Ayahnya bisa tersenyum seperti ini.

"Ayah cerita sama Ari, kenapa bisa jadi seperti ini?"

"Perusahaan Ayah rugi besar, banyak karyawan Ayah yang mengundurkan diri karena gaji mereka tidak turun-turun. Lalu hari itu Ayah membawa mobil sambil terus memikirkan nasib perusahaan, tapi tiba-tiba ada truk berlawanan arah yang melaju cepat, akhirnya Ayah membanting stir ke arah kanan yang ternyata ada jurang. "

ARISANDRA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang