Hujan turun sangat deras. Azell berlari menuju halte. Dia memeluk tubuhnya. Dingin tapi tidak sedingin hatinya. Tanpa disadari seseorang datang dan berdehem.
"Ngapain lo disini?" ketus Azell
"Nunggu bis"
"Tumben, motor lo mana?"
"Mogok, masuk bengkel"
"Oh"
Suasana sangat canggung. Hujan mulai reda, matahari mulai menampakkan wajahnya lagi. Renal ingin membuat suasana canggung hilang, tapi ia binggung harus mulai dari mana. Dia berpikir keras tapi otaknya tidak berpihak padanya.
Bis melintas. Mereka berdua masuk kedalam bis. Dahi Azell berkerut, ingin bertanya mengapa Renal masuk kedalam angkot yang sama?. Namun tiba tiba terlintas pikiran bahwa Renal pernah mengatakan bahwa dia tinggal di apartemen yang tak jauh dari rumahnya.
Azell memberhentikan bis tersebut. Dia mengambil uang lima ribuan di dalam sakunya. Tak jauh berbeda dengan Renal dia mencari uang receh tetapi ia malah mengeluarkan uang berwarna biru.
"Nggak ada uang pas mas?"
Renal menggeleng pelan. Apakah ia harus meminjam uang kepada Azell?. Iya sangat malu tetapi apa boleh buat?.
"Zell, gue pinjem uang lima ribu dong, soalnya gue gak ada uang pas, boleh gak?"
Azell hanya memutar bola matanya. Dia langsung mengambil uang tersebut. Lalu pergi tanpa mengucap sepatah kata pun.
"Thank. Besok gue kembalikan"
"Gak perlu" Renal mendengus. Iya harus ektra sabar menghadapi sikap dingin Azell.
Mereka terpisah. Renal berjalan menuju lobby apartemennya. Dia menaiki tangga darurat, padaha kamarnya ada pada lantai 9.
Renal membuka pintu menggunakan password. Dia merebahkan tubuhnya diatas kasur. Dia menerawang kejadian kejadian bersama Azell.
Apakah dia benar benar tertarik dengan Azell?
Atau hanya sebatas perasaan kagum?
Entah dia pun bingung harus menjawab apa. Yang hanya dia tahu dia pernah melihat senyum manis yang sama dengan Azell, tapi kapan?. Mungkin dia harus menenangkan pikirkan dia untuk menemukan jawaban tersebut.
Alunan lagu terdengar. Renal mengambil ponsel yang tergeletak di kasur. Dia baru selesai mandi. Dia melihat siapa yang menelponya. Mama?
"Halo" terdengar suara dari terbang sana
"Hmm"
"Pulang kerumah papa mau bicara sama kamu!"
"Tentang"
"Cepat pulang atau semua fasilitas kamu mama cabut"
Telepon terputus secara sepihak. Renal sangat benci jika mamanya mengungkit ungkit tentang harta. Dia mengambil kunci motor dan jaket. Motornya sudah diperbaiki dan diantar tadi sore.
Dia mempercepat jalannya, tanpa ambil pikir dia menancapkan gasnya menuju kawasan perumahan elit. Dia memarkirkan motornya di sebuah rumah bernuansa klasik namun sangat elegan. Dia memasuki rumah tersebut. Tampak seseorang lelaki berumur 40 tahunan sedang berbicara serius dengan seorang wanita. Renal langsung duduk tanpa memperdulikan tatapan tajam dari mereka berdua.
"Kamu punya sopan santun Renal?" tanya Aldrich- papa Renal
"Bukan kami dulu mengajarkan tata krama kepadamu waktu kecil?" lanjutnya
"Oh ya? Sepertinya saya lupa jika kalian pernah mengajarkan soal itu" cicit Renal disertai kekehan kecil.
"Apakah kamu tidak bahagia bertemu dengan kami sayang? Atau uang yang mama kirim kurang?"
"Apakah anda hanya memikirkan tentang uang saja? Apakah anda tidak memikirkan anakmu? Oh mungkin anda lupa jika anda mempunyai seorang anak laki laki?"
Plakk..
Aldrich menampar pipi mulus Renal. Renal sempat meringis kesakitan tetapi ia tidak lemah karna sebuah tamparan saja
"Bukannya apa yang saya katakan benar? Jika kalian pergi bahkan tidak memberi kabar, bahkan kalian tidak pulang ketika mendengar kabar eyang masuk rumah sakit. Renal tidak hanya butuh uang kalian, Renal juga butuh perhatian kalian. Percuma kalian banyak uang tapi tidak menganggap keberadaan saya?"
"Renal mama dan papa pergi untuk berkerja demi kamu sayang. Setidaknya jaga sopan santun kamu kepada kami. Hargai kami sedikit sayang" ucap Alexa lembut-mama Aldi
"Hargai? Kalian saja tidak menghargai saya, untuk apa saya menghargai anda"
"Jaga ucapan kamu Renal!! Kamu masih anak Papa. Papa masih berhak ngatur kamu, mulai besok kemasi semua pakaian kamu, kembali lagi kerumah. Kamu masih punya rumah!!"
"hahaha Rumah? Bagi saya ini bukan Rumah. Kalian tau tempat ini lebih cocok disebut neraka dari pada rumah"
Renal pergi begitu saja meninggalkan teriakan dari Aldrich. Tanpa disadari Alexa meneteskan air matanya. Dia menangis dalam diam.
Renal hanya membutuhkan kasih sayang bukan uang. Mereka selalu pergi bekerja bahkan berbulan bulan tanpa kabar, jika mereka bertemu mereka selalu saja bertengkar entah urusan pribadi atau bahkan urusan bisnis. Mereka sama egois dengan jalan pikiran mereka masing masing. Renal benci hal itu terjadi.
***
Bersambung
Gimana nyambung gak?
Jangan lupa tinggal jejakSee you:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi√
Teen FictionBenci yang datang melanda Dingin yang menusuk hati Cinta yang datang mengganti rasa hangat yang disebabkan oleh rasa dingin yang menusuk hati Ketika Azella Naya Valerine dan Renaldi Andreas Tama bertemu