🚫PART 44

190 25 40
                                    

***

Wonshik meletakkan mangkuk berisi ramyeon yang dimasaknya diatas meja, tepat di hadapan Jaehwan. Ia menarik kursinya agar bisa duduk lebih dekat dan memandangi Jaehwan lebih dekat ketika makan. Jaehwan hanya menatap makanan didepannya. Sementara Wonshik menopang rahangnya dengan punggung telapak tangannya, ia menatap Jaehwan dengan senyum dan mata berbinar, menunggu Jaehwan makan.

“ Aku tidak suka ramyeon,” Jaehwan menjauhkan mangkuk dihadapannya ke arah Wonshik. Wonshik menaikkan alisnya

“ Kenapa? Ini enak,” Wonshik menyendokkan kuah ramyeon dan menyeruputnya. Jaehwan menarik nafas dan menipiskan bibirnya.

“ Aku memang tidak suka ramyeon,” lalu Jaehwan beranjak, ia membuka beberapa laci atas sampai menemukan roti dan selai, lalu kembali duduk. Jaehwan menarik kursinya sedikit menjauh dari Wonshik. Tapi Wonshik menariknya mendekat lagi ketika dia sudah duduk. Jaehwan menghela nafas pendek dan melirik Wonshik lelah. Lalu disapukannya selai kacang itu diatas dua belah roti ditangannya.

A... “ ketika Jaehwan membuka mulutnya bersiap menyantap rotinya, Wonshik berkata. Matanya masih berbinar dan senyum tipis mempesona masih terpatri di wajahnya.

“ Kau cantik,” Jaehwan menunda makan dan mengerutkan keningnya.

“ Apa? “, Wonshik mengulas senyum yang lebih lebar dan mendorong roti itu masuk ke mulut Jaehwan. Lalu dia beranjak dan memakan bagian ujung lain roti yang sedang bertengger di mulut Jaehwan itu. Jaehwan terbelalak. Ia sama sekali tidak mengunyah roti di tengah bibirnya. Hanya Wonshik yang menghabiskan roti itu, dan Jaehwan juga dapat merasakan dia mengunyahnya sedikit demi sedikit sampai bibirnya menyentuh bibir Jaehwan.

Wonshik mengambil sisa roti yang berada dimulut Jaehwan dengan lidahnya. Setelah mengunyah dan menelannya, dia membersihkan rongga mulut Jaehwan terlebih dahulu, menyentuh langit-langit, gigi dan menggelitik bagian dalam pipi Jaehwan. Lalu melumat kedua belah bibir Jaehwan dengan lembut. Begitu santai dan tenang. Bertolak belakang dengan Jaehwan yang berdebar-debar setengah mati. Jantungnya menggebu-gebu seperti ada bom yang siap meledak didalamnya.

Wonshik mengecup bibir bawah Jaehwan lalu menjauhkan diri. “ Kau sudah menjadi milikku,” Wonshik tersenyum lalu membelai surai rambut Jaehwan dengan lembut. Sama sekali tak memperdulikan ekspresi Jaehwan yang masih tercengang karena shock.

***

“ Dia pasti sudah gila! “

Jaehwan menggigit jemarinya sambil terus mondar-mandir.

“ Pertama, dia bilang dia mau menikahiku. Lalu tadi dia bilang.. “

“ Kau sudah menjadi milikku,”

Jaehwan menghela nafas frustasi. Wajahnya begitu cemas kalau sampai Wonshik benar ingin menikahinya.

“ Tidak! Tidak boleh! Ini tidak boleh terjadi! Aku harus—“

“ Apanya yang tidak boleh? “ Jaehwan terbelalak dan membalikkan badannya. Wonshik berjalan menuruni tangga dengan santainya, kedua tangannya di saku celananya, matanya menatap Jaehwan yang juga menatapnya. “ Kau tidak mau menikah denganku? Hyung, kau mencintaiku. Apa yang kau pikirkan? “

“ Aku yang punya perasaan itu kenapa kau yang lebih tahu? “

“  Kau tidak takut sesuatu terjadi padamu? “ Jaehwan menyela cepat.

“ Apa maksudmu? “ kedua matanya menyipit.

“ Aku hanya bertanya, tidak perlu ketakutan,” Jaehwan meliarkan matanya ke kanan kiri, apa maksud Wonshik ada hubungannya dengan malam dia memperkosanya waktu itu? Tapi kejadian itu sudah hampir satu bulan yang lalu, dan sejauh ini dia tidak merasakan apa-apa. Tidak mual ataupun pusing. Dia sehat-sehat saja. Mungkin Wonshik tak terlalu mengirimkan banyak sperma waktu itu kepadanya. “ Aku sudah bilang pada appa kalau kau akan menginap disini. Appa sendiri ada acara pesta pernikahan rekan bisnisnya, jadi mungkin pulang agak tengah malam,”

《END》Forbidden Love🛇[RaKen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang