🚫PART 45

174 24 34
                                    

Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama mereka tiba di toko perhiasan. Jaehwan sama sekali tak tertarik pada perhiasan-perhiasan indah dengan macam-macam harga yang menyesakkan dada, dan kemewahannya yang membuat air liur tidak bisa tidak menetes. Yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya pergi tanpa sepengetahun Wonshik dan tidak ia sadari.

Lalu sesuatu terlintas dikepala Jaehwan, ketika dia melihat orang-orang berlalu lalang dari arah toilet. Setelah berpikir apa yang harus dia lakukan Jaehwan memanggil Wonshik dengan ragu.

" Euh.. aku ingin ke toilet," Wonshik menoleh. Sebenarnya dia dengar, tapi dia ingin memastikan pendengarannya tidak salah.

" Apa? "

" Apa kau tuli? Aku bilang aku mau ke toilet, kau mau aku mati berdiri disini karena menahan buang air kecil? " Wonshik lalu menoleh ke arah toilet yang berkisar beberapa meter dari tempat dia berdiri sekarang ini. Lalu menganggukkan kepala perlahan.

Jaehwan sudah melangkah, sebelum mendengar Wonshik melanjutkan.

" Aku ikut," Jaehwan menghentikan langkahnya dan menatap Wonshik kaget.

" Kau mau memperhatikan bagaimana caraku buang air kecil begitu? Memangnya kau tidak pernah buang air kecil? "

" Toilet kita kan sama,"

" Oh kalau begitu aku lebih baik mati berdiri saja," Wonshik mendengus.

" Baiklah," lalu Jaehwan melangkah dengan cara jalannya yang seperti biasanya, begitu rapat tak seperti anak laki-laki. Wonshik memutar bola matanya dan menggumam.

" Apa yang diberatkannya? Aku sudah pernah melihat isi celana dalamnya," pandangannya lurus pada Jaehwan yang mulai menghilang masuk ke toilet, lalu Wonshik melanjutkan," ..dan merasakannya," tiba-tiba terngiang ketika Jaehwan mabuk. Wonshik menggigit bibirnya," Si mungil itu sungguh menggemaskan, aku tidak sabar menghabiskan malam pertamaku, dan menggenggamnya lagi," Wonshik terkikih akan pikiran kotornya. Pikirannya sudah jauh entah kemana-mana. Lalu dia kembali menatap daftar pada kertas di tangannya, daftar orang-orang yang akan dia undang, dan tentu saja, itu masih daftar orang-orang yang mempunyai koneksi dengannya, belum lagi koneksi dari appa-nya.

Taekwoon sepertinya akan menguras cukup banyak uang untuk menggelar pesta pernikahan putera semata wayangnya. Tapi itu bukan masalah untuknya. Bahkan jika pesta itu seharga dengan rumah mereka jika dijual, yang harganya bisa menembus sepuluh digit angka dalam kurs won. Taekwoon bahkan sudah terkoyak 20juta won untuk mengurus gedung, makanan, dekorasi, dan cetak undangan. Belum baju dan perhiasan. Tapi Taekwoon sudah memberikan kartu kredit berwarna hitamnya yang tidak ada batas itu pada Wonshik karena Wonshik bilang dia ingin cari sendiri untuk kedua hal itu.

***

Jaehwan menutup pintu toilet. Ia memasuki salah satu ruang kloset. Dia menatap sekitar dan tak perlu lama, sebuah jendela tepat diatasnya. Tapi cukup tinggi letaknya. Jendela itu simpel. Seperti memang di didesain untuk memudahkan orang yang mau melarikan diri kabur.

Ia menghela nafas dan berpikir. Orang-orang tidak berhenti keluar masuk toilet, dan kalau dia kabur pasti akan kelihatan oleh semua orang, dan itu pemandangan yang sangat aneh. Lagipula, apa yang harus dia lakukan untuk mencapai jendela yang bahkan hanya bisa dia raih pada ujung telunjuknya itu? Jaehwan belum menemukan cara, dan jika dia berlama-lama, Wonshik bisa saja masuk dan mengira dia kenapa-napa karena sudah cukup lama didalam toilet.

Jaehwan terduduk putus asa diatas kloset yang ditutup itu, ia mengedarkan pandangannya dan tak sengaja menemukan kaki besar diluar sana. Dilihat dari kakinya yang sebesar gajah saja sudah bisa dibayangkan Jaehwan setebal apa tubuh orang itu. Jaehwan tersenyum cerah dan membuka pintunya.

《END》Forbidden Love🛇[RaKen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang