🚫PART 34

173 24 18
                                    

Wonshik mengikuti langkah Jaehwan yang sekarang menghampirinya. Namja manis itu baru saja kembali dari membelikan sarapan di luar. Ya, Wonshik memang tidak terbiasa dengan makanan yang disediakan rumah sakit tapi dia tidak pernah memberitahunya pada Jaehwan karena dia tidak mau merepotkan.

Jaehwan yang bertanya sendiri padanya, apa makanan kesukaannya, karena setiap kali menyuapi Wonshik, Jaehwan selalu melihat ekspresinya yang aneh dan terlihat memaksa makanan itu masuk ke dalam mulutnya dengan susah payah. Jadi Jaehwan mendesak Wonshik agar mau bicara apa yang sebenarnya ingin dimakannya, dan iapun membelikan makanan itu setelah berdiskusi dengan sang dokter tentunya, karena ada jenis makanan yang menjadi pantangan untuk Wonshik selama dia masih sakit.

Tatapan Wonshik itu bukan hanya senang karena kehadiran Jaehwan, tapi juga karena makanan yang ditenteng namja manis itu ke arahnya yang akan menjadi sarapannya pagi ini.

Jaehwan duduk di tepi ranjang disamping kaki Wonshik yang berselonjor. Ia menghela nafas, lalu membuka kotak yang menjadi wadah makanan yang ia beli diluar rumah sakit untuk sarapan Wonshik itu.

Lalu ia menyuapi Wonshik.

“ Bagaimana kondisimu? “, tanyanya pada Wonshik yang tengah melahap mengunyah suapannya. Wonshik mengangguk dan setelah menelan makanannya menjawab.

“aku sehat” jawaban yang jujur dari Wonshik tapi entah kenapa membuat Jaehwan menatap tajam ke arahnya.

“aku serius!” Jaehwan cukup kesal. Pasalnya setiap kali dia bertanya seperti itu Wonshik selalu menjawab kalau dia sehat, padahal hampir setiap bangun tidur, akan tidur, dan beranjak dari bangsalnya dia mengadu sakit pada kepalanya yang bocor itu.

Jaehwan mencebikkan bibirnya dan membuat Wonshik tersenyum geli. Lalu tiba-tiba, Wonshik menarik Jaehwan, mencium bibirnya dengan lembut untuk beberapa detik. “Itu buktinya kalau aku memang sehat” semburat muncul di pipi Jaehwan.

Meski Wonshik berjanji dia akan melepaskan Jaehwan, tapi tak bisa dipungkiri kalau hatinya masih menginginkan Jaehwan. Terkadang ia tak bisa menahan diri. Malah yang Wonshik rasakan perasaannya terus saja bertambah setiap harinya.

Jaehwan mengerjap-ngerjapkan matanya, mencoba untuk tidak terlalu memikirkan yang dilakukan Wonshik barusan padanya. Semua ini demi kesembuhan Wonshik. Jaehwan menatap makanan ditangannya dan kembali menyuapi Wonshik. Tangannya bergetar, dan Wonshik melihat itu.

Jadi sebelum makanan itu terbuang sia-sia Wonshik mengambilnya dari tangan Jaehwan. “ Aku bisa makan sendiri,” Jaehwan tertegun. Wonshik melahap makanannya dengan penuh nafsu sambil seraya melihat Jaehwan. Wonshik membuka mulutnya lebar-lebar dan menyendokkan dengan porsi sekali banyak. Lalu dalam hitungan detik, kotak makan itu bersih. “ Aku kenyang,”

Mulut Jaehwan masih ternganga, menatap tak percaya makhluk dihadapannya. ‘Dia sudah sembuh..’ Wonshik sukses meyakinkan Jaehwan. Dia tidak bercanda.

***


Wonshik membuka matanya perlahan, sedikit menggeserkan kepalanya dan menoleh ke samping. Jaehwan tertidur disampingnya, dengan kedua tangan yang ia lipat dibawah pipinya, ia masih duduk di samping Wonshik, siaga menjaganya dengan setia. Ia benar-benar memenuhi permintaan Taekwoon.

Tangan Wonshik terangkat untuk mengelus surai mocca-nya yang lembut. Kasihan, hanya satu kata itu yang bisa ia ucapkan untuk menggambar perasaannya melihat Jaehwan. Wonshik berusaha menunjukkan kondisinya sebaik mungkin, karena tak mau lebih lama merepotkan Jaehwan. Dia hanya berpura-pura baik saja, menurutnya itu harus. Dia tidak kuat melihat Jaehwan terus seperti ini.

Sekilas mungkin Wonshik merasa bahagia, Jaehwan memberi perhatian yang lebih padanya. Tapi dalam sekilas dia juga sedih karena berpikir mungkin saja Jaehwan rela seperti ini demi appa-nya, demi Taekwoon, karena Taekwoon yang memintanya.

《END》Forbidden Love🛇[RaKen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang