🛇PART 13

175 22 0
                                    

Taekwoon beranjak, mendekati tubuh Jaehwan yang sebenarnya sudah berdiri dekat dengannya sejak tadi. Tangannya bersanggah dipinggul namja itu dan tanpa sepatah kata ia meraup bibir Jaehwan, melumatnya dengan lembut seperti yang biasa dilakukannya.

Jaehwan mencoba mengimbangi ciumannya tapi tetap saja, Taekwoon lebih ingin dia yang mendominasi setiap ciuman mereka.

Tautan itu bersahut-sahutan seakan tak ingin terlepas. Jaehwan menangkup wajah Taekwoon sedang tangan Taekwoon masih bersanggah di pinggang Jaehwan.

Wonshik menghentikan jalannya. Ia melupakan sesuatu. Ia berbalik kembali ke rumah.

Langkahnya terhenti begitu saja saat dia membuka pintu pagar dan melihat melalui jendela dapur. Seketika Wonshik merasa panas. Tanpa disadari dia menggepalkan tengannya.

Apa ini? Panas? Dia seakan-akan terbakar. Nafasnya tercekat. Tapi.... dia tidak tahu kenapa. Mungkin dia hanya cemburu pada sang appa yang sepertinya sudah melupakan eomma-nya.


***


" Jadi, bagaimana ceritanya? ", Sanghyuk sudah menanti 'dongeng' yang akan diceritakan Wonshik dari mulutnya tentang seseorang yang sudah mencuri hatinya dan kini masuk ke kehidupannya sebagai calon istri appa-nya.

Wonhsik masih terpikirkan soal apa yang dilihatnya setengah jam lalu. Alisnya mengernyit karena dia sama sekali tidak mengerti dengan perasaannya.

Wonshik bahkan tidak menyadari tatapan Sanghyuk kepadanya. Heran karena sejak tadi temannya itu hanya diam tak seperti biasanya, mencela secara fisik karena tubuhnya yang bongsor atau warna kulitnya, atau menggoda Hongbin tanpa segan --meskipun sekarang Hongbin tak bersama mereka karena kelas pertamanya sedang kosong-- seperti 'Sanghyuk, pacarmu yang cerewet itu sebenarnya menginginkan namja sepertiku, dia mempunyai bentuk tubuh yang bagus dan aku mengimbanginya', atau, 'Sanghyuk, jika aku jadi kau aku akan melakukan retest dulu sebelum menikahinya, tapi menurutku dia cukup bisa memenuhi nafsu batinmu di ranjang', yang kemudian hanya akan dibalas Sanghyuk dengan menyinggung tentang ke-sendiri-annya.

Ya. Wonshik hanya iri. Dia belum pernah mendapatkan kasih sayang dari orang lain yang tidak ada hubungan darah dengannya.

" Sanghyuk-ah, bisakah hari ini kita tidak masuk kampus? "

" Kenapa? "

" Aku sedang tidak mood belajar. Apalagi hari ini ada kelas dosen cerewet itu,"

" Pasti ini ada hubungannya dengan calon istri appa-mu itu kan? Seharusnya kau berterima kasih pada Cha Kyusonim karena dia sudah membantu mengenalkanmu pada temannya,"

" Itu tidak membantu. Intinya aku tetap saja tidak bisa mendekatinya,"

" Karena kau kalah cepat dengan appa-mu? "

Wonshik tertegun. Entah kenapa dia merasa tersinggung. Mungkin benar. Tapi dalam batinnya Wonshik menyangkal keras, jika dia membenarkan pertanyaan Sanghyuk itu berarti dia memang cemburu pada appa-nya.

" Baiklah, kalau kau tidak mau aku berhenti disini saja," ujar Wonshik. Sanghyuk menghela nafasnya.

" Baiklah, aku akan mengalah. Sepertinya suasana hatimu memang sangat buruk," Sanghyuk pun memutar balik mobilnya yang tadi memang melewati jalan menuju kampusnya. " Oh ya, ingatkan aku untuk menjemput Hongbin nanti," pesannya yang hanya direspon gumaman oleh Wonshik.

***


" Sayang..ahh..kau mencium sesuatu? ", tanya Taekwoon disela-sela ciuman mereka namun ciuman itu tak begitu liar seperti sebelumnya.

" Apa? Ahh.. Sebentar.. ", Jaehwan menghentikan ciuman mereka. Ia menatap Taekwoon sebelum teringat sesuatu karena bau itu semakin menusuk.

" Argh! Hangus! "

Jaehwan kaget saat menoleh ke arah kompor gas dan melihat omelette kimchi buatannya sudah berubah warna hampir sama dengan penggorengannya. Ia lekas mematikan kompor dan membuangnya ke tempat sampah.

" Ini semua gara-gara kau, Woonie! ", rutuknya kesal memukul Taekwoon namun yang dipukul hanya tertawa kecil.

" Ya sudah, aku pergi dulu ya. Jaga rumahku sayang, annyeong! ", Taekwoon mengusap puncak kepala Jaehwan yang masih berusaha membersihkan penggorengannya dari ampas-ampas omelette kimchi-nya yang hangus dan berangkat bekerja.

Taekwoon akan berangkat lebih pagi hari ini untuk menghadiri rapat penting dengan klien luar negeri sementara Jaehwan baru akan berangkat dua jam lagi. Sebenarnya Taekwoon tidak keberatan kalau Jaehwan tidak masuk dan dia bisa membuat alasan ke atasan Jaehwan. Tapi Jaehwan pasti tidak menyukainya.

***


" Menciptakan sebuah seni sangat membutuhkan jiwa yang tenang, entah itu musik, lagu, koreografi, novel, naskah drama, atau gambar sekalipun. Oleh karena itu suasana yang harmonis dan konsentrasi yang kuat menjadi faktor utama yang dapat menentukan hasil akhir karya seni tersebut.. "

Hakyeon menjelaskan seraya mengitari bangku-bangku mahasiswanya. Konsentrasinya teralihkan saat ia melewati bangku Wonshik.

" Lee Taemin, kemana Jung Wonshik? ", tanyanya pada mahasiswa yang duduk disebelah ruang kosong itu.

" A.. tidak tahu, kyusonim," jawab mahasiswa bersurai bak tanaman jamur itu.

Hakyeon menghela nafasnya. 'Dia pasti terlambat lagi' batinnya lalu menyisingkan ujung lengan jasnya untuk melihat jam pada arlojinya.

Setelah jam ajarannya selesai Hakyeon kembali ke kantor, membereskan perkakas-perkakasnya sebelum pulang. Tiba-tiba salah satu rekannya, Lee Wongeun datang menghampiri.

" Cha kyusonim, apa dikelasmu ada murid yang bernama Jung Wonshik? ", tanyanya seraya berjalan mendekati Hakyeon dengan sebuah amplop mewah dan sejenis papan tebal dengan tulisan emas yang dirangkai sedemikian rupa.

Hakyeon mengingat sejenak. Ia memang tidak mengingat dan menandai seluruh wajah mahasiswa yang mendapat kelas ajarannya, tapi nama Wonshik cukup memorable di pikirannya akhir-akhir ini karena mereka cukup sering berdebat dalam batin.

Hakyeon membuka mulutnya lalu menatap Wongeun," Ah.. nae. Kenapa, Lee kyusonim? ", tanyanya kembali.

" Apa dia mengikuti lomba menulis lirik lagu? ", tanya Wongeun lagi.

Hakyeon kembali terlihat berpikir. Kali ini ia memang benar-benar tidak tahu. Tidak mungkin kan dia mengikuti setiap kegiatan mahasiswanya? Tapi menurut Hakyeon, mahasiswanya itu memang berbakat menulis lirik lagu, ia bertangan dingin dan tulisannya sangat baik.

" Disini ditulis Jung Wonshik, 1st Winner Romantic Lyric Writing of Jellyfish University," jelas Wongeun sambil membaca tulisan pada benda tebal di tangannya.

Tapi kali ini Hakyeon ingat, dia pernah mendengar percakapan dari beberapa kyusonim lain dan teman-teman Wonshik kalau dia mendaftar pada perlombaan itu. Perlombaan yang dikirim melalui akun resmi penggelar perlombaan dengan hanya mengirimkan soft copy dan mengunggahnya.

" Kalau begitu, ini aku serahkan padamu," Wongeun memberikan penghargaan atas nama Wonshik itu pada Hakyeon.

Bersambung

[Update 2018.04.15 14:21 WIB]

《END》Forbidden Love🛇[RaKen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang