🚫PART 38

148 25 42
                                    

Jantung Jaehwan serasa berhenti berdetak. Tapi, bagaimana mungkin? Harusnya Hakyeon tahu Taekwoon itu kekasihnya. Taekwoon sering mengantar-jemputnya bukan? Ahh, Jaehwan tak ingin berprasangka dulu. Jadi Wonshik dan Hakyeon berada di kampus yang sama? Itu berarti Wonshik dan Hakyeon saling mengenal bukan? Tapi kenapa Jaehwan juga tidak tahu? Hakyeon bukan satu dua hari menjadi temannya.

Jaehwan tak bisa menahan pikiran-pikiran buruk yang terus berlomba-lomba menyerbu pikirannya, berdatangan dengan cepatnya hingga membuat Jaehwan bingung dan curiga. Apa ini ada hubungannya dengan Wonshik yang tiba-tiba menyukainya? Dan Taekwoon yang tiba-tiba saja memutuskan hubungan mereka? Jaehwan sangat tahu Taekwoon sangat mencintainya seperti apa. Jadi ketika Taekwoon memutuskan mengakhiri hubungan mereka dengan tenang Jaehwan sedikit bertanda tanya.

***

Hari masih pagi buta. Tak banyak karyawan datang di jam segini, kebanyakan hanya atasan dan Taekwoon salah satunya. Jaehwan juga tak pernah datang sepagi ini kecuali rapat mendadak.

Setelah mendapat suara perintah dari dalam, Jaehwan menghentikan ketukannya dan membuka pintu.

Tadinya Taekwoon –saat mendengar ada yang mengetuk pintu ruangannya— dia heran, karyawan mana yang datang sepagi ini, atau jika itu setingkat HRD atau kepala divisi ada perlu apa? Dan tidak bisakah menunda sampai agak sedikit siang jika itu benar-benar urusan yang penting? Mengapa harus dibahas pagi-pagi sekali?

Tapi ketika dia melihat Jaehwan, dia sedikit kaget. Jaehwan tak pernah datang sepagi seperti dia. Kecuali tentu saja kalau Taekwoon yang mengajaknya untuk sedikit menghabiskan waktu mereka berdua dengan bermesraan didalam ruangan Taekwoon, tanpa memperdulikan adanya karyawan.

Taekwoon menaikkan alisnya, ia rasa masalah mereka sudah selesai, dan Jaehwan tampak terima meski tak dengan senang hati. Taekwoon pikir Jaehwan tak akan mau melihat wajahnya lagi setelah dia menyakitinya. Akan tetapi wajah Jaehwan saat ini sangat serius, kedua alisnya bertautan.

“ Jyani? “, tanpa sadar Taekwoon masih memanggil Jaehwan dengan panggilan kesayangannya, ia belum membiasakan diri memanggil nama lengkap Jaehwan, apalagi secara formal. Taekwoon mengatupkan bibirnya, mungkin menyadari panggilannya barusan, lalu kembali membuka mulutnya,” Tumben, kau datang sepagi ini. Apa kau—“

“ Aku pikir aku yang bersalah disini! “, nada Jaehwan langsung mengancam, penuh kemarahan yang berusaha ia pendam. Taekwoon tertegun. Jaehwan menggertakkan giginya menahan diri,” Tapi ternyata bukan aku yang berkhianat sebenarnya,”

Taekwoon membuka mulutnya, kepalanya yang tadi miring kini tegak kembali untuk menelaah pernyataan Jaehwan. Taekwoon sama sekali tak mengerti. Ia tak melakukan kesalahan pada Jaehwan sejauh ini, dia pun hanya sibuk memperhatikan perkembangan kesehatan Wonshik. Jadi kemana arah pembicaraan Jaehwan sekarang?

“ Aku tidak mengerti maksudmu, ini terlalu pagi untuk bercanda, dan.. “

“ Kau bilang bercanda? “, Jaehwan menghela nafas singkat dan memalingkan pandangannya tak percaya. Ia melangkah mendekati meja Taekwoon. “ Memangnya untuk apa aku datang pagi-pagi buta menemui direkturku dan mengganggu pekerjaannya hanya untuk bercanda? Sebodoh itukah aku? “, Jaehwan menunjuk dirinya sendiri dan di akhir kalimatnya ia tersenyum miris.

Kali ini Taekwoon mengubah pandangannya menjadi amat sangat serius, karena ucapan Jaehwan memang tak bisa dianggap main-main. Namja manis itu tak pernah berbicara dengan nada seperti ini, dan kalaupun dia bercanda gaya bicaranya pasti lembut dan penuh manja seperti biasanya. Taekwoon beranjak dari bangku besarnya yang nyaman, menghampiri Jaehwan, dan mata Jaehwan tak lepas mengikuti Taekwoon sampai Taekwoon sekarang berada didepannya. Jaehwan sedikit mendongak, sedangkan Taekwoon menurunkan arah pandangnya menatap kedua mata Jaehwan dalam-dalam. Ya, namja manis ini tak sedang bercanda.

《END》Forbidden Love🛇[RaKen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang