| 0.1 |

481 55 141
                                    

Kita memang tidak bisa mengubah takdir hidup menjadi selalu yang kita ingin kan.
Tidak bisa menolak, mengeluh, atau berontak.
Jalani saja.
Maka kamu akan bisa menuntunnya menjadi lebih baik.
~Fayreljohannes

***
Play now- Separuhku

On mulmed.

**

Anak laki-laki itu mengacak rambutnya yang masih basah hingga tak menentu arah. Memakai kemeja putih sekolahnya dengan cepat lalu merapikan kembali rambutnya yang sempat berantakan dengan gel rambut.

Fayrel tersenyum kecil. Menatap lurus kearah bayangan dirinya di cermin sambil memakaikan jas almamater agar membalut rapi kemeja putih tadi.

Terlihat sangat formal. Entahlah, tapi memang seperti itulah cara berpakaian seragam di Cemerlang 1. Harus serba rapi, disiplin dan segalanya. Hari pertama di awal tahun ajaran baru.

Masa pertama di SMA nya. Semoga saja ini adalah awal yang baik. Sekolah itu adalah sekolah terfavorit sekarang, serba canggih dan menakjubkan. Pasti akan merasa kontras dengan tempatnya di SMP tahun sebelum nya.

Jika dulu satu kelas hanya 40 orang maksimalnya, maka kini adalah 25 orang saja. Akan lebih terlihat kondusif, terawasi, dan susah minta contekan.

Abaikan yang terakhir.

Fayrel meraih gelas susu dan meneguknya habis, ia rasa tak perlu sarapan. Ia hanya takut akan menimbulkan masalah baru disana. Seperti apapun tentangnya pasti salah, padahal Fayrel tak pernah tahu apa yang salah itu.

Tak mau ambil pusing, Fayrel kembali tersenyum manis. Lebih tepatnya mencoba mengukir seulas senyum diwajah. Semua pasti akan baik-baik saja, pasti. Walau hanya saja, waktu yang tak pasti kapan.

Biarkan hari-harinya terisi dengan kekosongan, setidaknya itu hanyalah dirumah. Diluar sana ia tahu rasa hangatnya keluarga, kebersamaannya bersama banyak teman sudah lebih dari cukup untuk Fayrel.

Bukan murid cowok yang aktif dilapangan. Fayrel tidak terlalu suka menonjolkan dirinya didepan orang banyak, tidak seperti Taufan yang petakilannya sudah mendarah daging dan tingkat pedenya overdosis.

Gak baik ngomongin orang. Fayrel terkekeh samar.

Kakinya langsung bergerak keluar kamar ketika sepatu sneakers hitam telah terpasang rapi, memang disekolah barunya kini sepatu yang dipakai bebas. Kecuali hari senin harus hitam, tapi modelnya apa saja.

Fayrel tertegun sejenak, berhenti dipertengahan tangga sambil melihat kearah Raffa dan ibunya, ia mengencangkan pegangan pada sisi tangga. "Hush, ga baik liatin orang. Cuma bikin iri ntar. "Gumamnya.

Cowok itu mengangguk mantap, meyakinkan dirinya kembali pada opini awalnya. Ia akan kerumah Mecca sekarang, lalu berangkat bersama kesekolah tanpa adanya makhluk bernama Raffa. Simpel.

Tak.. Tak.. Tak..

Suara sepatu miliknya mengalihkan perhatian kedua anggota keluarga di meja makan, termasuk Ramon yang baru datang. Fayrel mengutuk dalam hati, kenapa sepatu nya ini berbunyi?

"Hey Rel, sini ikut sarapan. Papa juga baru mau ikut,"ajak Ramon dengan senyum tipis yang menghiasi wajahnya.

Fayrel menggeleng pelan sambil tersenyum lembut menanggapi perhatian kecil Ramon. "Terima kasih, Papa. Tapi kurasa tidak, maaf dan terima kasih sekali lagi. Aku pamit. "

Just a Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang