|1.8|

84 18 64
                                    

Bolehkah aku mengeluh pada Tuhan? Bolehkah aku menyerah sekarang? Bolehkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bolehkah aku mengeluh pada Tuhan?
Bolehkah aku menyerah sekarang?
Bolehkah.....

Play now- Bunda • Melly Goeslaw

🌠🌠🌠

"Udah lah, Rel, emosi berlanjut juga gak akan nyelesain masalah."

Fayrel meninju air. "Lo gak akan ngerti rasanya, Fan. Lo gak ngerti rasanya diminta,lo gak tau rasanya jadi gue. Jadi plis, diem aja."

"Rel--"

"Lo gak ngerti kan, rasanya gak dipengenin sama nyokap lo? Shut up, dude."potong Fayrel kesal.

Taufan terdiam seribu bahasa. Cowok itu mengacak rambutnya yang basah oleh air berkaporit, menepih ke samping dan membiarkan sahabatnya itu bolak balik dari sudut kiri ke sudut kanan kolam renang tanpa henti.

Bukan, bukan Taufan tak peduli. Tapi Fayrel itu bebal, percuma saja menghabiskan suara untuk menasihati cowok keturunan Australia-irland itu. Tak akan didengar.

"Berenti, masuk angin oii."

Muka di dalam air, cara jawabnya gimana? Alhasil Taufan dikacangin.

Taufan menepih ke atas, tubuhnya menggigil kedinginan. Sudah hampir 1 jam mereka oh salah Fayrel berada didalam kolam, ditambah pula dengan hari yang sudah menggelap.

"Ehhh, Rel. Udah naek sini woy, ntar gue minta bikinin coklat panas. Cepetan, ntar demam, flu, mampus aja sana lo. Mamam."sungut Taufan seraya mengeringkang tubuhnya dengan handuk.

Kepala Fayrel menyembul dari permukaan air, cowok itu tersenyum sinis. "Bodo amat. Mau gini kek, mau gitu kek, mau mampus sekalian juga gak akan peduli. Percuma, malah bagus. Bebas, gak akan ada sampah lagi di rumah mereka kan? betapa sampahnya coba gue disana sampai di minta sama orang, hahahaha."ia tertawa sumbang.

Taufan tersenyum kaku. Gue salah ngomong ya??

Mungkin Taufan memang tak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi seorang Fayrel. Tapi jika untuk sekedar memahami, Taufan tahu sahabatnya itu sedang tak baik-baik saja atau... Memang tak pernah baik-baik saja? Entahlah.

Taufan memutar otak, ia mencebik ketika menemukan kata-kata Fayrel yang tadi sedikit menyindir dirinya. "Heh, kalo juara tiga olimpiade matematika aja disebut sampah, terus gue yang selalu nyontek PR matematika apa dong?"tanya Taufan kesal.

"Ya berarti, lebih buruk dari sampah."sahut Fayrel santai.

Taufan langsung menatap horor. "Kok malah ngatain gue sih??"

"Lah, elo yang nanya, Pea."Fayrel memutar bola mata dengan jengkel. "Lagi pula, muka lo itu memang pantes dikatain sih."

Taufan semakin melotot kesal. "Sahabat gini banget, laknat lu Rel."

Just a Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang