|1.3|

99 19 37
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Nayla menggerakan kepala, merenggangkan anggota tubuhnya yang terasa kaku karena terlalu lama duduk juga menunduk. Otak Nayla rasanya keram karena bergulat abis dengan materi Trigonometri yang guru les nya beri tadi.

Fyuh. Mau gimana lagi?

Kepala gadis itu tertoleh kearah pintu kamar, tergugah untuk keluar. Nayla menyunggingkan sekilas senyum lantas beranjak diam-diam, memasukan kode kata sandi pintu kamar sang kakak yang ada di sebrang kamarnya.

Nayla tak tahu ingin berbuat apa, peringatan Matt tak ia dengarkan sama sekali. Emang siapa cowok itu? Tidak lebih dari sahabatkan? Kenapa juga harus menuruti cowok yang mengatur hidupnya seolah dialah yang paling mengenal Nayla.

Kan tidak.

"Ck,"Nayla berdecak sinis mengingat itu.

Ia tak suka diatur apalagi oleh Matt. Sekarang jika Nayla balikan tanyanya, jangan dekat anak laki-laki lain tapi cowok itu sendiri bahkan berpacaran dengan sahabat Nayla di Amerika. Apa itu yang namanya--

Ah sudah, tak penting.

Matt tak penting, omong kosong cowok itu hanya akkan menjadi semilir angin kentut yang datang sebentar lalu hilang. Jadi abaikan.

"3478, Canadian are cool."Nayla nyengir setelah mengatakan kata sandi kamar Arkha.

Tuh kan, Nayla jadi rindu kampung halaman. Hehe.

Terkadang menyukai seseorang tak berbatas. Kita tak pernah tahu itu siapa dan kapan, bagaimana merasakannya atau bagaimana akhir kisah rasa itu bukan?

Semua terasa ajaib. Permainan rasa yang sering kali menipu, sering kali menjebak siapa yang merasakan rasa indah tersebut. Rasa indah dengan sejuta luka dibalik semuanya.

Nayk terduduk di sisi ranjang, mata hijaunya menatap lurus Arkha yang tampak diam terlelap dalam mimpi. Bibir mungil gadis belia Kanada itu terkulum lama, tak mengalihkan pandangan sama sekali.

Benarkan, rasa tak kenal itu siapa?

Sapuan lembut nan pelan terhantar di pipi Arkha, Nayla menyingkirkan rambut-rambut yang menghalangi kening anak laki-laki itu, mengambil tisu basah dinakas dan mengelap keringat yang muncul dikening.

"Kau ini, awas saja jika memimpikan gadis. Huh!"gerutu Nayla menebak apa yang sedang Arkha alami dibalik mimpinya.

Ia beranjak naik ke sisi kiri kasur yang kosong, menidurkan diri disana. Jemari lentiknya bermain diatas pipi sang kakak laki-laki. "Earcha, know you?"tanya Nayla memulai sesi curhat satu arah.

"I dont like, aku gak suka diatur oleh orang yang tak tahu ada di posisi mana dipikiranku yang bercabang ini."Nayla terkekeh samar.

Ia mengerjapkan mata, terlentang menatap langit-langit kamar yang berwarna seperti langit malam sesuai waktu. Menghembuskan napas secara teraturan. Matt, Fayrel,.. Arkha terputar dipikiran gadis itu.

Just a Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang