|0.5|

155 34 81
                                    

Idola itu semacam hiburan asik tersendiri.
Nimbulin cenat-cenut walau tak seperti ketemu si doi.
Cuma berkhayal tapi tak sakit hati.
Gak kayak doi, eh.
~Mecca

**

Tak lama setelah Kainan masuk, seorang siswi lainnya ikut masuk kedalam kelas diikuti siswi lainnya. Mecca masih bertahan di tempatnya, siswi tadi berteriak dan berkelakar ria saat masuk kelas.

Mecca tersenyum masam dan berdesis. Ia tahu siapa gadis tadi, itu adalah salah satu teman sekelas nya yang mempunyai mulut merecon dan seperti speaker Osis.

Sielmi Anara, atau mungkin lebih akrab di sapa Mimi. Disebelahnya pula ada Celine Shakira, gadis bersenyum manis yang tak secerewet Mimi tapi tetap saja bagi Mecca menyebalkan.

Kenapa? Karena mereka terlalu sering membahas tentang anak Siswa, terutama anak kelas XI1 yang katanya banyak siswa tampan berjubel.

Ia tak berhak untuk melarang, itu hak orang. Tapi ia hanya kurang suka, karena untuk sementara ini Fayrel saja sudah cukup untuk Mecca. Walau hanya teman masa kecilnya.

"Cieee ciee ngapain ngobrol berduaan cie Nayla, hemm hemm! "Mimi langsung menggoda dua remaja yang masih asik di bangku depan. "Berduaan aja, ekhem, ah! Ngapain hayo? "

"Lagi baca novel, Mi!"jawab Nayla.

"Ngajak ngobrol! "Fayrel menimpali.

Mimi kembali tersenyum lebar. "Kok berduaan? Cie saling nemenin, duhhh! "

"Bertiga! "Sela Kainan datar, memandang lurus pada Celine. Mimi tertawa kembali, menghampiri Kainan dengan cengiran bodoh diwajahnya. "Lo tau gak, Nan, kalau cewek cowok berdua yang ketiganya setan? "

Kainan beralih memandang Mimi dengan heran. "Gak tau tuh, lo tau dari mana? "

Celine yang kini tertawa, Mimi tepuk jidat. "Dari pengajian ibu-ibu hari minggu, puas lo? "Kata Mimi membalas perkataan Kainan.

Cowok itu menaikan sebelah alisnya. "Ya sorry, gue kan gak ikut acara yang lo bilang itu, apa tadi namanya? "Kainan melirik Celine sekilas.

"Pengajian, "jawab Celine.

"Nah itu, dan gue bukan setan. "Kainan menyeringai.

Mimi tersenyum pasrah. "Iya tau, jangan di bawa serius napa, serem jadinya. "Mimi kembali menoleh pada Fayrel Nayla yang membahas buku di tangan Nayla.

"Jadi ini tuh salah satu novel favorit aku, ada action nya, persahabatan, banyak lagi. "Nayla bercerita, sesekali tersenyum manis sambil menunjuk halaman favoritnya, yang kadang ada ilustrasi si pemeran cowok dan ceweknya.

Tapi percayalah, Fayrel tak begitu memperhatikan setiap halaman atau hal apa yang gadis itu tunjukan padanya. Ia jauh lebih fokus memperhatikan bagaimana cara gadis itu tersenyum, tertawa, dan berbicara sesukanya.

Nayla menoleh karena tak kunjung mendapat respon, ia tertegun ketika tahu sedari tadi laki-laki berambut kecoklatan ini melihatnya erat. Nayla nyengir, tiba-tiba saja pipinya berdesir malu.

Siapa yang tak malu bila di lihat sedekat ini oleh seorang anak laki-laki yang bukan keluarga nya, dengan Arkha saja ia terkadang malu, jangan lupakan lagi Kainan, si setan bawel itu.

Just a Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang