|3.0|

89 10 0
                                    

Jika memang dia melepasmu
Jika memang dia seolah tak membutuhkanmu lagi
Biar aku
Biarkan aku yang mendekapmu
Biarkan aku yang membutuhkanmu
Jadi, jangan merasa tak berguna lagi
Okee?
-yourstars

*****

Gadis itu menunduk dalam, merasakan setiap bait alunan musik yang menyeruak di telinganya. Matanya berkaca lalu ia hapus kembali, menatap lapangan di depannya dengan perasaan tak terbaca.

Kacau, perasaannya benar benar kacau.

"Hey,"bisiknya pelan.

Mata itu bergulir menatap benda berbentuk seperti kertas di tangannya. "Do you miss me like i miss you?"bulir bening yang sempat ditahan, akhirnya luruh juga. Tangisnya pecah begitu saja bersamaan memecah keheningan.

Musik sedih yang melolong di telinga seolah melengkapi apa yang ia rasakan. Semua seperti pergi meninggalkan, apakah tiada satu pun yang bisa ia dekap sekarang?

"Hold on, i still want you. Come back, i still need you." lirik demi lirik ia ucapkan lirih dengan bibir bergetar, ah ia rasa benar-benar cengeng. Setidaknya untuk sekarang.

Tjuk.. Tjuk..

Suara bola dilempar dengan cepat dan keras melesat di atas kepalanya dan berakhir tepat di bawah tiang ring kiri lapangan. Tangisnya terhenti,tergantikan oleh rasa kaget yang begitu saja datang bagaimana bola itu hampir mengenai dirinya.

"Ini lapangan, buat main,buat olahraga. Bukan buat sedih sedihan, kalo mau galau mojok di kamar aje sono."celetuk si pelaku yang melempar bola dengan santai duduk di samping gadis tadi.

Tangan mungil itu melayang secara refleks, menjitak cowok di depan nya. "KAINAN BEGO KALO KENA GUA TADI GIMANAAA?!?!"

"Kena ya tinggal kena, paling aduhhh sakit aku terluka hiks hiks huaaa sakit apa yang kamu lakukan itu jahadd."ucap Kainan dengan gaya yang sudah ia buat buat, tangannya menunjuk kearah Mecca memandang dengan sorot sok terluka.

Mecca terperangah,semakin kaget saja.

Kainan mengejapkan mata polos. "Apa? Aku salah lagi?"

Sesaat keduanya terdiam, hingga tawa Mecca tersembur secara tiba-tiba membuat Kainan terperanjat. Tangan Mecca secara refleks lagi melayang menepuk paha cowok itu. "ketawanya biasain dong, neng. Gosah pukul-pukul, sakit tau."

"AHAHAHAHA KAINAN BEGO, GELI SAT. AHAHAHA SUMPAH GAYA LU TADI NAJISIN BANGET. ASTAGAAA!!!!"Mecca tergelak puas.

"Lhaa jangankan elu, gua aja geli. Hahah."kekeh Kainan nikmat, bagus gadis itu tak sedih lagi. Lagian cukup seram juga jika mendengar sorang gadis menangis di pinggir lapang, sendirian, malem pula.

Tangan Kainan langsung menarik Mecca mendekat, diusapnya kepala gadis itu lalu ditiup. Mecca terkekeh, "Kainan geblek lu ngapain njir."

"Niup pale lo."

"Lu kata kepala gua seruling ditiup-tiup."

Ia tersenyum kecil,"bukan."

"terus?"

"Biar sedihnya ilang lah, ke bawa angin. Mumpung angin malem kan kenceng noh noh."jawab Kainan pelan sambil menunjuk udara yang takkan bisa terlihat oleh mata.

Mecca tersenyum lebar. "Makasih. Kaiinan!"katanya dengan tulus sebelum melanjutkan, "Sekarang kan malem, harusnya bumi bertemu bulan dong ya. Tapi kenapa Irel ilang mulu yak."

"Bumi mungkin menemukan sang mentari. Tapi lo tau? Bulan juga selalu punya bintang."

"Maksud?"Mecca mengerutkan kening.

Just a Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang