|0.2|

285 49 79
                                    

Kau bilang tidak, tapi matamu jujur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau bilang tidak, tapi matamu jujur.
Ia menjelaskan yang sesungguhnya dari tatapan itu.
-JustAFriend

Play now ; Friends - Anne Marie

***

Fayrel tersenyum simpul, terus menatap lurus ke arah langit yang membentang luas dan biru. Ia melipat tangannya di tembok pembatas --setinggi perut-- pada rooftop sekolah.

Mecca yang di sampingnya bergeming, memilih ikut untuk diam dan memperhatikan cowok itu dari samping sambil tersenyum samar. Ia takut, jika bersuara, maka senyum itu juga akan pudar.

Pikirannya melayang mencari tahu karena apakah senyum cowok berkulit putih ini terus terlengkung tanpa niat untuk luntur. Sejak pagi masuk, perkenalan siswa, dan sampai pulang sekolah.

Suara Fayrel memecah sunyi dikeduanya, membuat Mecca lantas menoleh. "Ca, gue gak tahu apa yang gue rasa hari ini. Rasanya tuh seneng banget, enggak tau deh napa. Gue rasa masih waras kok. "

"Kampret dasar, senengnya juga pasti ada alasan, Rel,"balas Mecca bersungut kesal mata yang sebelumnya menatap Fayrel langsung ia alihkan kearah lain.

Fayrel menggeleng pelan lantas kembali tersenyum tipis. "Emang gak ada alasannya, Ca. Tapi gue bahagia hari ini, bawaannya pengen senyum terus dari pagi. "Mecca tertawa lepas mendengar jawaban temannya itu. "Mungkin karena ketemu sama makhluk bumi semanis dia, "lanjut Fayrel.

Tawa Mecca lenyap, matanya yang mengarah langit kini langsung tepat menatap bola mata biru cerah yang tampak sedikit binar itu lekat sambil mengeryit. Fayrel menaikan sebelah alisnya, sahabatnya ini kenapa? Ada yang salahkah?

"Itu lho, Ca. Yang tadi sama gue, baik banget anaknya. Asik juga diajak ngomong, kalau pas ketawa juga lucu pokoknya. Gue ngomong receh juga gak ngeledek kek lo, malah ketawa, "cerocos Fayrel memainkan kedua kakinya.

Mecca menggidikan bahunya pelan, mengetuk-ketuk tembok pembatas dengan jarinya. "Ngerhargain lo dengan humor jayus lo, itu namanya. Atau malah selera humor nya kecil kek lo. "

Fayrel mendelik. "Gitu banget komentar nya, mbak. "

"Pulang kuy, kesorean ntar. Males banget kalau dicerewetin sama Mami, lo tau sendiri kan nyokap gue bawelnya kayak gimana? "Sungut Mecca menatap Fayrel.

Cowok itu menghembuskan napas berat, matanya menatap sendu pada langit tanpa balas menatap Mecca. "Lebih baik di cerewetin, Ca, itu artinya khawatir. Dari pada di cuekin, gak dianggap itu, "ujar Fayrel seolah tanpa beban.

Mecca menggeleng tegas, menepuk bahu Fayrel agak keras dan lambat membuat si empu meringis. "Shut, jangan ngomong gitu bege. "

"Nyatanya. "

"Tapi, lo juga harus yakin kalau semua yang terjadi dalam hidup lo itu bakal berbalik dari sekarang, "kata Mecca tersenyum lebar menyemangati.

Fayrel berdehem. "Ekspetasi jauh dari realita, Ca. Yuk pulang, katanya tadi mau pulang. Jangan bahas itu males gue. "

Just a Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang