|0.4|

189 38 76
                                    

Jatuh cinta itu memang beda efeknya.
Karena hal sekecil apapun yang melibatkan dia.
Terasa menyenangkan.

Play now - Lebih Indah • Adera

**

Kainan terkekeh senang setelah berkali-kali memainkan anak rambut gadis disampingnya yang sedang melotot marah padanya. Ia nyengir, sambil terus memutar rambut Nayla di jarinya.

Nayla berdesis, menarik rambutnya dari jari Kainan. "Tak bisa kah kau diam? Mengganggu ku saja!"tegur Nayla mendelikan matanya tajam.

Tak jauh dari tempat kedua sahabat itu belajar bersama, seorang anak laki-laki lain memperhatikan lekat dengan sembunyi-sembunyi.

Mereka tak peduli, apakah baru sehari masuk sekolah atau lebih. Belajar tetap lah harus dilakukan, sekalipun belum di suruh. Mempelajari pelajaran yang anak lain belum pelajari, bahkan pelajaran kelas di atasnya.

Itu alasannya mengapa mereka bisa mengikuti program lompat kelas. Cara belajar yang efektif dan rajin, di dukung dengan otak yang benar-benar cerdas juga daya ingat kuat.

Fasilitas yang memadai membuat nya jauh lebih terdukung.

"Yashhhhh, selesai juga!! "Sorak Nayla mengangkat buku fisika latihan miliknya, tentu itu bukan buku latihan sekolah.

Kainan melotot kaget sekarang, ia melirik dua puluh nomor jawaban dari dua puluh soal berikut cara pengerjaannya yang lengkap. Ia mulai mengerjakan buku miliknya yang baru dua belas soal.

Nayla mengangkat dagu nya angkuh pada Kainan, berniat menyombongkan diri. "Jangan mengganggu ku terus, jadi saja belum selesai. "

"Tolong perbaiki letak kata dan pengucapan. "Kainan menegur sekaligus menyindir. Gadis manis itu mendengus kecil. "Iya-iya! "Katanya pasrah.

Tangannya tetap bergerak melukiskan angka dan rumus dalam bukunya, Kainan melirik sekilas pada Nayla yang berkomat-kamit sambil sesekali melongok buku kamus di tangannya.

Bibir Kainan tertarik tipis, menarik pipi kiri Nayla gemas. "Pipi lo kayak karet ya? "Katanya terkekeh dengan raut wajah tanpa dosa.

"Ih nanti pipi aku melar gimana?! "Pekik Nayla kesal, menepis tangan Kainan kasar dari pipinya. Cowok itu meringis tertawa lepas.

Nayla menarik buku latihan milik Kainan, memeriksa nya lalu tertawa mengejek. "Yah, baru nomor empat belas. Kapan selesai nya? "

"Seakan mengusir agar cepat pergi, "celetuk Kainan.

Nayla memutar bola matanya malas. "Nyatanya iya. "

"Emang iya, Nay. Biar simpel. "

Nayla menaikan kedua alisnya. "Terserah aku lah! "

Kainan kembali sibuk mengerjakan enam soal lagi yang belum ia selesai kan, karena waktu yang di berikan oleh kakaknya Nayla tinggal lah setengah jam.

Sedangkan ini adalah soal akhir, biasanya kakak gadis itu akan mengambil contoh soal dari dua kelas di atas mereka. Itu menyebalkan, bung!

Tapi angka dan rumus seolah menjadi candu. Semalam tak belajar saja, seperti ada yang kurang dan menghilang.

Nayla bosan, ia mencoba mencari ponselnya. Kainan melirik sejenak, mengalihkan fokusnya. "Ponsel mu dan milik ku di sita sementara oleh Earcha.  kalau soalnya udah di koreksi baru di balikin. Bukan begitu nona?  "

Just a Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang