22 - Flashback

437 47 2
                                    

BGM-nya jangan lupa diputer ya, supaya feel diri kalian jadi Saejin lebih kerasa.

Happy reading =>>>>

.

Siang nanti undangan pernikahan gue dengan Daniel akan dikirimkan ke rumah, tapi gue enggan melihatnya. Entah bagaimana, gue jadi semakin teringat Taeyong. Berkali-kali logika gue bilang itu hal yang salah, tapi hati gue terus mengenang setiap momen bersama Taeyong. Bahkan, kaki gue pun seakan berjalan dengan sendirinya ke perpustakaan nasional.

Tempat pertemuan pertama gue dengan Taeyong. Tempat yang membuat gue meneteskan air mata untuk kesekian kalinya. Bibir gue bergetar, semakin gue memasuki gedung itu lebih dalam semakin hati gue teriris. Ternyata, kehidupan gue tanpa Taeyong terasa penuh penyesalan.

Dulu, di tempat ini gue melihat Taeyong memakai kaos putih dengan headset yang yang terpasang di telinganya. Mukanya keliatan suntuk, tapi kadar gantengnya tetap 100%.

Waktu itu gue masih bocah lima belas tahun yang abis belajar nakal dengan gak ikut upacara saat hari kemerdekaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu itu gue masih bocah lima belas tahun yang abis belajar nakal dengan gak ikut upacara saat hari kemerdekaan. Gue dihukum buat bikin artikel tentang perpustakaan nasional berserta dengan foto gue di dalam bangunan tersebut. Gue yang datang ke sini cuma karena hukuman dengan beruntungnya bertemu orang seganteng Taeyong.

Gue tersenyum mengingat momen itu. Momen betapa centilnya gue menghampiri Taeyong dengan alasan minta fotoin, padahal selfie juga boleh.

"Kak." panggil gue seraya menepuk bahu Taeyong yang tengah duduk di bangku perpustakaan.

Taeyong menolehkan kepalanya sambil melepas headset yang ia kenakan. "Kenapa, dek?"

Gue mengeluarkan senyum terbaik yang gue miliki. "Boleh minta fotoin gak? Aku dapet tugas buat foto dalem perpus nasional."

Taeyong balas tersenyum ramah. "Boleh kok, sini hpnya."

Kala itu jantung gue bedegub sangat kencang. Senyumnya lebih manis dari es kepal milo, lebih indah dari menara Eiffel, dan lebih sejuk dari angin sepoi-sepoi. Gue berseru senang berulang kali dalam hati. Orangnya ramah dan baik ternyata.

Taeyong memotret gue sekitar tiga kali, tapi ngulang foto lagi karena dia salah malah foto pake kamera hpnya. Gue hanya bisa tersenyum malu saat itu, karena dengan beruntungnya lagi gue bisa melihat dia lebih lama. Selesai foto gue gak bisa lebih modus dari itu, karena jantung gue terus berdenyut tidak karuan. Gue langsung bilang makasih dan keluar dari perpustakaan nasional.

Tapi, gue menghafal wajah tampannya dengan jelas dalam ingatan. Terutama, senyum manisnya itu.

Esoknya sampai sekitar seminggu gue terus mengunjungi perpustakaan nasional setiap pulang sekolah, tapi Taeyong gak pernah muncul lagi. Gue putus harapan dengan ngerasa pertemuan saat itu bukanlah takdir, tapi hanya kebetulan. Gue mutusin buat gak menyia-nyiakan waktu dengan berharap ketemu lagi sama cowok yang bahkan lupa gue tanyakan namanya siapa.

18 • Lee Taeyong ; Kang Daniel ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang