Setiap momen, setiap kenangan, setiap kejadian bersamanya terasa begitu menyesakan. Semakin gue mengingat semua hal yang pernah gue lakukan dengan Taeyong, semakin gue merasa hampa. Tenyata, gue gak bisa hidup tanpa Taeyong.
Gue kangen suaranya. Gue kangen senyum manisnya. Gue kangen aroma tubuhnya. Gue kangen semua tentang dirinya, bahkan suara napasnya. Gue-- rasanya ingin kembali padanya.
'Jika suatu hari nanti kamu memutuskan untuk kembali, apapun alasannya aku akan menyambutmu dengan pelukan.'
Gue ingat, itulah kalimat terakhir yang Taeyong ucapkan saat memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Dulu, gue gak bisa berkata-kata saat mendengarnya, tapi sekarang gue ingin menggunakan kalimat itu. Artinya, Taeyong masih ingin gue kembali kan?
Gue segera menghapus air mata yang sejak tadi membasahi pipi, lalu bangkit berdiri. Tanpa berpikir panjang gue lari dari perpustakaan nasional, menuju kafenya Taeyong dengan menggunakan taksi. Gue ingin kembali padanya. Gue ingin dan merindukan pelukan darinya.
Setibanya di kafe gue langsung berlari masuk ke dalam dan menghampiri meja kasir. "Nara, Taeyong nya ada?"
Nara -salah satu karyawan di kafe Taeyong- tampak bingung melihat mata gue yang sembab. "Ada, Pak Taeyong baru aja dateng. Kak Saejin gapapa?"
Gue menggeleng pelan. "Saya gapapa. Makasih ya, saya langsung ke ruang kerja Taeyong."
Gue berjalan masuk ke bagian dalam kafe. Mengambil napas dalam-dalam sebelum membuka kenop pintu ruang kerja Taeyong. Dengan mudahnya air mata gue kembali menetes saat melihat punggung Taeyong yang tengah berdiri membelakangi gue.
"Pesanan kopi yang dari Thailand udah dikirim?" Taeyong lagi telepon ternyata.
Gue berjalan mendekat, lalu memeluknya dari belakang. "Tae, aku kangen."
"Tolong kamu cek detail ordernya ya, nanti kamu hubungi sellernya kalo masih belum dikirim." Ucap taeyong lalu meletakkan gagang teleponnya.
"Tae, aku kangen kamu." ucap gue lagi.
"Saejin?" tubuh Taeyong terdiam di tempatnya berdiri.
Gue menyandarkan kepala di punggung Taeyong. "Tae, aku pikir aku akan baik-baik aja tanpa kamu. Aku pikir, aku gapapa dapetin pengganti kamu sebaik Daniel. Aku pikir, aku harus menerima pernikahan aku sama Daniel. Tapi--"
Gue terisak sebelum melanjutkan kalimat yang ingin gue ucapkan. "Pikiran aku salah, gak sesuai sama apa yang aku rasakan di hati. Aku gak baik-baik aja tanpa kamu, aku gak bisa terima Daniel untuk gantiin kamu, aku gak mau pernikahan itu."
"Tae," gue memperat pelukannya. "Jika suatu hari nanti aku menikah, aku cuma mau kamu yang jadi mempelai prianya. Aku gak mau yang lain, karena aku cintanya sama kamu."
Taeyong masih diam dan itu terasa menyesakan. "Aku gak bisa hidup tanpa kamu, Tae."
Taeyong membalikan tubuhnya lalu menatap gue lekat-lekat. Sementara, matanya terlihat sendu. "Jin, kamu gak--"
Gue menggeleng pelan hingga membuat Taeyong menghentikan kalimat yang akan ia ucapkan. "I still love you, Lee Taeyong. Until whenever you still my favorite person."
Sudut bibir taeyong sedikit terangkat, namun tetes air mata mengalir di pipinya. "Jangan tinggalin aku lagi, Park Saejin."
Gue mengangguk pelan. "Aku gak akan pernah ninggalin kamu. Karena, sekarang aku udah sadar bahwa aku gak akan pernah bisa bertahan hidup tanpa kamu."
Taeyong mengusap air mata yang mengalir di pipi gue dan gue pun melakukan hal yang sama di pipinya. Untuk beberapa saat kita menatap intens satu sama lain sampai Taeyong meraih tengkuk gue dan mengecup lembut bibir gue. Mata gue terpejam, ini bukan sekedar kecupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
18 • Lee Taeyong ; Kang Daniel ✅
Fanfiction[Completed] Disaat lo punya pacar yang 97% mendekati sempurna, lo malah dijodohin sama cowok yang bahkan gak lo ketahui jenis spesiesnya. Apa yang bakal lo lakuin? . . . . Imagine yourself being 18 years old between Lee Taeyong and Kang Daniel. Who...