19 - Satu Kapal Diantara Dua Dermaga

417 42 3
                                    

[Line]

Taeyong : sayang, jalan yuk.
Taeyong : Jaehyun sama Doyoung ngajak pergi bareng nih.

Gue tersenyum membaca chat dari Taeyong, tapi senyum itu pudar saat gue mendengar suara mobil Daniel masuk ke halaman rumah. Oh iya, hari ini gue udah janji buat main sama Daniel ke Jungle Land. Gue hanya bisa menghela napas lalu membalas kilat chat dari Taeyong.

Saejin : aku lagi mager bae, hehe.

Entahlah, kenapa gue bisa berbohong sejauh ini.

Dengan langkah gontai gue menghampiri Daniel yang sudah menunggu di dalam mobil. Setelah itu mobil Daniel melaju dengan kecepatan sedang menuju sebuah kota yang akrab dengan sebutan kota hujan. Sepanjang di perjalanan gue merasa gak tenang, pikiran gue berkelar kemana-mana.

Gue pikir sepertinya seorang manusia tidak mungkin mencintai dua orang sekaligus, selayaknya satu unit kapal yang tidak mungkin berhenti diantara dua dermaga dalam waktu bersamaan.

Dalam kisah gue, sesungguhnya kapal gue telah menemukan sebuah dermaga terluas dan terindah disepanjang pecaharian. Namun, ketika gue sudah menempati sebuah pulau yang indah, gue melihat sebuah pulau lain yang lebih indah di seberang lautan. Pulau itu membuat gue penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Karena rasa penasaran itu, gue memutuskan untuk membuat kapal gue kembali berlayar dan meninggalkan dermaga.

Hanya saja, saat kapal gue telah setengah berjalan meninggalkan dermaga pertama menuju dermaga baru di sisi pulau yang lebih indah itu, gue merasa ada suatu hal yang tertinggal di dermaga sebelumnya. Apa yang harus gue lakukan?

Haruskah gue kembali ke dermaga yang telah gue tinggalkan? Atau, melanjutkan perjalanan ke dermaga yang baru?

.
.
.

"Ah gila jantungan gue!" Seru Daniel yang membuat gue tertawa terbahak-bahak.

Sesampainya di Jungle Land gue langsung ngajak Daniel buat masuk ke wahana rumah hantu. Tapi, baru masuk antrian aja Daniel udah kabur gara-gara ada hantu bohongan yang nyolek leher dia. Daniel kan udah gede, harusnya tau itu manusia yang dibayar buat iseng wkwk.

"Ngakak lo!" Kata gue sambil nahan perut yang sakit karena ketawa ngakak.  "Itu kan cuma bohongan hantunya." 

"Bohongan juga tetep aja gue takut." Balas Daniel dengan muka ketakutan yang masih tertanam. "Kita beli es krim aja."

Gue sebenernya masih ketawa ngakak, tapi Daniel narik tangan gue buat beli es krim.

"Pak cornetto ad--"

Sebuah kalimat dari suara yang familiar itu menganggantung di udara. Gue mendongakan kepala, itu bukan suara Daniel. Gue menatap lurus ke depan dan menemukan sosok yang seharusnya tidak gue temui sekarang. Seketika suara tawa gue terhenti, bergantikan dengan suara detak jantung yang terdengar lebih cepat.

"Loh Saejin!" Itu suara Kak Doyoung dan Kak Jaehyun secara bersamaan.

Iya, ada Lee Taeyong diantara kedua orang itu.

Berkali-kali gue meneguk ludah gue sendiri, gue mematung saat Taeyong menatap gue dengan tatapan yang sulit diartikan. Di sebelah gue Daniel menundukkan kepalanya, sementara Kak Doyoung dan Kak Jaehyun terlihat kaget melihat gue.

"Tae, gue--" Daniel angkat bicara, tapi dia langsung menggelengkan kepalanya. "Gue pergi dulu, kalian pasti perlu waktu berdua."

Setelah mengucapkan hal itu Daniel beranjak pergi, Kak Doyoung dan Kak Jaehyun juga melakukan hal yang sama.

"Jin," panggil Taeyong seraya meraih tangan gue. "Kita ngobrol di sana yuk."

Taeyong mengajak gue duduk di salah satu bangku panjang bercat coklat yang berada di sekitar kawasan Jungleland. Kita duduk berdampingan, tapi kita sama-sama diam untuk beberapa saat. Gue gak tahu harus bilang apa ke Taeyong.

"Tae, aku--"

Kalimat gue terpotong karena Taeyong menyelak kata yang akan gue katakan selanjutnya. "Kamu bahagia banget ya tadi." ucapnya seraya tersenyum miris. "Baru kali ini aku liat kamu tertawa selepas itu."

Jantung gue rasanya mencelos, tapi gue gak bisa berkata apa-apa.

"Jin," Taeyong meraih tangan gue lalu dikecup pelan olehnya. "Aku liat kayaknya kamu lebih bahagia saat sama dia daripada sama aku."

Gue menatap mata Taeyong, matanya terlihat sendu tanpa binar apapun. Seketika air mata memenuhi kelopak mata gue, hati gue sakit ngeliat ekspresi Taeyong. Tapi, lagi-lagi gue gak bisa berkata apa-apa. Gue gak bisa menutup fakta bahwa tadi gue bahagia karena Daniel.

Senyum miris Taeyong masih terlukis di wajahnya dan hal itu membuat gue merasa bersalah. Tangis gue membuncah, gue ngerasa bego karena gak bisa jelasin apa-apa ke Taeyong. Karena, mau dijelaskan serinci apapun gue tetap akan nyakitin Taeyong.

"Karena kamu keliatan lebih bahagia sama dia. Aku pikir, aku udah gak punya alasan buat mempertahankan hubungan kita." Taeyong menatap gue dengan lekat, sementara tangannya menggenggam erat tangan kiri gue -sebuah tangan dengan cincin pemberian darinya. "Let's brake up, Park Saejin."

Suara isak tangis gue langsung menyambut saat kalimat menyakitkan itu terdengar. Gue gak mau putus sama Taeyong, tapi gue gak punya alasan untuk membuatnya bertahan dengan gue yang bodoh ini.

Taeyong menghela napasnya, ia tengah menahan air matanya. "Jin, kamu tahu hati aku dengan baik."

Untuk kesekian kalinya air mata gue kembali tumpah, tapi kali ini Taeyong menyekanya dengan ibu jarinya. "Aku akan pergi sekarang, tapi--"

Kalimatnya menggantung di udara, Taeyong mengulum bibirnya untuk menahan linangan air mata yang sejak tadi tertahan dalam bola matanya. "Jika suatu hari nanti kamu memutuskan untuk kembali, apapun alasannya aku akan nyambut kamu dengan pelukan."

Taeyong tersenyum dengan tulus lalu mengecup lembut puncak kepala gue. Dari jarak yang sedekat ini, harum tubuhnya membuat gue membeku. Mungkin, ini hari terakhir gue dapat mencium aroma itu. Gue gak yakin bisa kembali padanya setelah sekarang persiapan pernikahan gue dengan Daniel udah 90% siap.

Gue masih menangis saat Taeyong berdiri dari duduknya. Perlahan, Taeyong melangkahkan kakinya sehingga bergerak menjauh. Bahkan, gue gak sanggup untuk mengejarnya karena rasa bersalah atas kebohongan yang telah gue lakukan. Gue hanya diam menatap punggung Taeyong yang kini sudah tidak terlihat lagi.

Sampai akhir pun gue gak sanggup untuk menceritakan yang sejujurnya kepada Taeyong.

Gue menutup wajah gue dengan kedua telapak tangan untuk beberapa saat. Ini tempat umum, tapi gue bener-bener gak bisa berhenti nangis. Sakit, gue ngerasa bener-bener sakit.

"Jin." suara Daniel membuat gue mendongakan kepala.

Gue menyeka air mata yang membasahi pipi gue dengan lengan baju panjang yang tengah gue kenakan. "Niel, anterin gue pulang."

Gue udah gak mood buat main, gue pengen pulang aja ke rumah.

∆∆∆

Biasa hidup cengengesan mendadak nulis yang galau cem gini, susah ternyata wkwk. I'm so sorry kalo feelnya kurang, ini first part sedih yang pernah gue tulis.

Thanks for reading:)

Create : 01/05/2018Publish : 24/06/2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Create : 01/05/2018
Publish : 24/06/2018

18 • Lee Taeyong ; Kang Daniel ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang