Chapter 21: The Truth

282 23 0
                                    

Usai dari hotel tempat Allison menginap, Rafael langsung pulang ke rumahnya untuk mempersiapkan barang-barang yang akan di bawanya pulang ke San Francisco. Emily sempat merasa aneh dengan sikap Rafael, pasalnya putranya itu baru pulang kemarin dan sudah akan balik sore ini. Bukankah itu merupakan waktu yang sangat singkat untuk berlibur?

Stevan menghampiri Rafael ke rumahnya. Emily mengatakan jika Rafael sedang berada di kamarnya, lantas Stevan langsung menghampirinya. Rafael melirik ke ambang pintu dimana Stevan berdiri disana sambil melipat kedua tangannya di dada. Ia menyunggingkan senyum kecutnya.

"Aku ingin kita bicara sebentar, Raf."

"Bicara saja." ucapnya sambil memasukkan beberapa pakaian ke dalam luggage.

"Tapi tidak di sini. Ayo ikut aku."

Stevan melangkahkan kakinya keluar kamar, kemudian di susul oleh Rafael dibelakangnya. Mereka masuk ke dalam mobil Stevan lalu menuju sebuah coffee shop yang letaknya tidak terlalu jauh dari kawasan mereka.

Mereka duduk dan memesan secangkir americano coffee. Rafael sesekali menyesap kopi hangatnya, sedang Stevan masih berpikir mengenai hal yang akan di bicarakannya.

Mereka tidak sadar jika sedari tadi ada sebuah mobil yang mengikuti mereka. Mobil itu sudah mengikuti Stevan ketika pergi ke rumah Rafael, hingga saat ini mereka berada di sebuah coffee shop.

Wanita itu turun dari mobil dan masuk ke dalam kafe. Ia menggunakan kaca mata hitam dan rambutnya yang di gerai. Ia juga mengenakan hoodie agar tidak ada yang mengenali. Wanita itu duduk seorang diri dengan tubuh yang membelakangi dua lelaki yang kini mulai berbicara.

"Raf. Apa semalam kau ke rumah Hanna?"

"Tidak."

"Aku tahu kau pasti sudah menemui Hanna. Kau tahu? Tadi pagi aku tidak sengaja mendengar Hanna berbicara sendiri, dia bergumam seolah-olah kau masih sangat penting baginya. Dan kau tahu apa artinya itu?"

Rafael menatap tajam Stevan. "Apa maksudmu berbicara seperti itu? Bukankah Hanna sudah menjadi milikmu? Dan kaulah yang menyebabkan Hanna membenciku. Kau mengancamku ketika aku pergi ke California. Kau melarangku untuk tidak menghubunginya. Dan aku lakukan semua itu hanya karena aku tidak ingin kau menyakiti Hanna. Tanpa aku sadari itu justru malah membuatku dan Hanna menjauh bahkan dia membenciku sekarang. Bukankah itu yang kau mau?"

Stevan menghela nafasnya merasa bersalah. "Aku mencintainya, Raf. Kau tahu 'kan jika aku tidak pernah benar-benar mencintai seseorang? Selama ini aku hanya senang bermain-main, tapi setelah aku bertemu Hanna, dia mampu membuatku sadar jika di dunia ini masih ada wanita yang benar-benar baik seperti dirinya. Aku akan lakukan apapun demi mendapatkan hati Hanna."

"Kau memang licik, Stevan. Kau gunakan semua cara untuk memberi jarak antara aku dan Hanna. Tapi aku tidak menyesali semuanya, lagipula aku akan balik ke California dan aku tidak akan pernah kembali ke Sydney lagi. Dan kau akan benar-benar menang atas Hanna!"

"Aku hanya ingin minta maaf padamu, Raf. Kau sepupuku, dan aku tidak ingin jika persaudaraan kita hancur."

"Kau yang memulainya lebih dulu. Kau tahu? Aku yang lebih dulu menyukai Hanna, lalu kau datang dan merampas segala kebahagiaanku dengannya. Selama ini aku tidak pernah mencintai orang lain karena aku telah jatuh cinta pada Hanna sejak hari pertama dia kuliah di kampus yang sama dengan kita. Dan kau? Apa yang telah kau korbankan untuk mendapat Hanna? Kau hanya berbuat hal yang licik untuk mendapatkannya."

"Maafkan aku, Raf. Aku benar-benar salah. Aku hanya tidak ingin kehilangan wanita yang sangat ku cintai."

"Lalu bagaimana denganku? Aku juga mencintainya. Kau pikir aku ingin kehilangannya? Tapi sudahlah, lagipula dia sudah menjadi milikmu saat ini. Tolong jaga dia baik-baik, dan jangan pernah sakiti dia atau aku akan membunuhmu saat itu juga." ujarnya kemudian beranjak dari kursinya dan pergi ke luar kafe.

Secret Admirer [SELESAI]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang