Chapter 47: Someone Special

210 13 0
                                    

Stevan, David dan Cathline akhirnya tiba di Sydney setelah melakukan perjalanan selama tiga jam lima menit. Ya, cukup singkat mengingat jarak yang tidak terlalu jauh. Stevan juga telah membelikan hadiah pernikahan untuk Hanna dan Rafael. Entah begitu menginjakkan kakinya lagi di mansion, Stevan merasa bimbang akan keputusannya ikut kemari dan menghadiri pernikahan sepupunya itu.

Begitu tiba di kamar, Stevan langsung menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Ia membuka kemejanya karena merasa sedikit risih. Beberapa detik kemudian Stevan mulai tertidur tanpa merapikan pakaiannya yang masih berada di dalam luggage terlebih dahulu.

"Dia sudah tidur. Aku takut sesuatu akan terjadi padanya jika dia melihat Hanna dan Rafael saling bertukar cincin dan mengikat janji nanti di pelaminan. Lihatlah kondisinya saat ini, dia masih terlihat sangat kacau." gumam Cathline yang saat ini sedang berdiri bersama David di ambang pintu kamar Stevan.

"Percayalah aku juga sama khawatirnya denganmu. Tapi kita tidak punya pilihan lain, sudah saatnya bagi Stevan untuk bisa menerima kenyataan dan mencoba mengikhlaskan."

David dan Cathline pun menghela napas kemudian pergi menuju kamarnya. Sebagai seorang kakak, David benar-benar merasa tidak berguna saat ini. Bagaimana caranya agar keceriaan Stevan kembali lagi? Bahkan untuk tertawa pun sangat jarang dilakukan oleh Stevan, yang ada justru dia hanya berdiam diri dalam kamar sambil memainkan gitarnya yang cenderung memicu rasa emosionalnya.

Apa yang harus kulakukan?, tanya David dalam hati.

👑👑👑

Just how fast the night changes, tidak terasa acara pernikahan Hanna dan Rafael akan diselenggarakan besok. Ya, besok, sudah sangat di depan mata bukan?

Rafael baru mengantar Hanna pulang ke mansionnya siang ini karena semalam Hanna menginap di mansion Rafael dan pagi tadi ada beberapa hal yang harus mereka urus seputar pernikahannya.

Begitu tiba di depan pintu utama mansion, Hanna nampak memikirkan sesuatu. Matanya terus menatap ke arah mobil sport berwarna putih yang terpakir tepat di samping mobil Jack.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Rafael bingung.

"Kurasa aku mengenal mobil itu, sepertinya mobil itu milik.. Aku tahu!" Hanna langsung melepas sabuk pengamannya kemudian berlari masuk ke dalam mansion tanpa menunggu Rafael. Rafael pun mengikutinya dari belakang dengan berlari kecil, dan begitu tiba di dalam mansion Rafael nampak menarik senyumannya.

Hanna berlari kemudian melompat ke dalam pelukan seorang pria yang saat ini berdiri di sebelah Jack dengan senyum yang mengembang sempurna. Pria itu langsung mendekap Hanna dalam pelukannya. Cukup lama, bayangkan saja mereka tidak pernah bertemu dalam beberapa tahun dan kadang hanya bertukar kabar melalui ponsel.

"Ku pikir kau tidak akan datang, Sam." gumam Hanna masih memeluk Sam.

"Bagaimana mungkin aku tidak datang di acara pernikahan adikku yang paling cantik di seluruh dunia ini heh?"

Hanna terkekeh geli. Benar-benar bahagia rasanya ia bisa memeluk kakaknya lagi. Sam benar-benar keterlaluan, ia sama sekali tidak pernah mengunjungi Hanna sewaktu di San Francisco. Maka dari itu, kali ini Hanna akan memeluk Sam sangat lama supanya dia merasa risih.

Benar saja, Sam mulai merasa risih karena Hanna tidak mau melepas pelukannya. Sam menatap Jack yang sedari tadi berdiri sambil memperhatikan kedua putra puterinya tanpa menghilangkan senyumannya. Sam memberi isyarat pada Jack agar meminta Hanna melepas pelukannya yang mulai melelahkan bagi Sam.

"Hanna, lihatlah kakakmu mulai merasa risih. Ayo lepaskan pelukannya dan kita berbincang-bincang di ruang tamu."

Hanna tekekeh begitu menyadari jika Sam sudah merasa risih. Memang itu rencananya, siapa suruh tidak menemuinya selama bertahun-tahun seperti ini?

Secret Admirer [SELESAI]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang