Chapter 50 : The Wedding

489 15 0
                                    

Tepat pada pukul delapan malam, areal gedung sudah nampak dipenuhi oleh para tamu undangan. Mereka berasal dari kalangan bangsawan dan ada juga orang biasa dengan rata-rata adalah orang yang cukup terpandang di daerahnya. Para awak media pun telah berjejer di depan pintu utama gedung dan tidak sedikit pula awak media yang berhasil masuk ke dalam gedung. Terlihat Mrs. Emily tengah sibuk diwawancarai oleh beberapa wartawan seputar persiapan yang telah dilakukannya sehingga bisa menghasilkan interior yang megah nan elegan ini.

Sementara itu terlihat Mr. Roberts dan Mr. Hans tengah berbincang-bincang dengan beberapa sahabat mereka yang merupakan para pemilik perusahaan-perusahaan terkemuka di seluruh penjuru dunia.

Diketahui diantaranya adalah pemilik CT. Sans, perusahaan terkemuka yang bergerak di bidang property ternama di Uzbekistan. Kemudian pria yang berambut pirang dengan setelan tuxedo berwarna maroon tersebut juga merupakan CEO dari Grent Inc. perusahaan informatika dan pemrograman yang sangat terkenal seantero Rio De Janeiro. Kemudian yang terakhir terlihat seorang pria bermata sipit dengan warna kulit kuning langsatnya berdiri sambil membetulkan posisi kaca matanya itu adalah pemilik perusahaan lokomotif terkemuka di Jepang dan belum ada yang bisa menandingi kesuksesan perusahaan tersebut. Bahkan di tingkat dunia sekalipun.

Sebetulnya masih sangat banyak para tamu undangan yang berasal dari kalangan keluarga dengan ekonomi yang jauh diatas rata-rata turut hadir dalam acara pernikahan putra kedua Mr. Hans Carlton, yaitu Rafael Axelano Carlton.

👑👑👑

"Mengapa aku merasa sangat nervous dengan balutan gaun pengantin seperti ini, Caroline?" tanya Hanna pada desainernya dengan terus menatap pantulan dirinya di cermin.

Caroline tertawa, "Itu adalah hal yang wajar Hanna. Dulu sewaktu aku menikah pun sama sepertimu. Bahkan kau tahu? Aku sampai bolak-balik kamar mandi sekitar tiga puluh menit lamanya karena terlalu nervous melihat para tamu undangan di bawah. Tapi kau tak usah khawatirkan hal itu, karena semua rasa gerogimu itu akan hilang ketika calon suamimu menggenggam tanganmu diatas altar. Ku jamin kau takkan kuasa menahan air matamu disana, Hanna."

Hanna tersenyum. Perasaannya sedikit lebih tenang ketika membayangkan sosok Rafael dalam pikirannya. Semoga saja apa yang dikatakan Caroline benar.

Hanna dan Caroline sontak menoleh bersamaan ke arah pintu begitu mendengar derit pintu yang terbuka. Hanna melompat kegirangan begitu melihat siapa orang yang ada di hadapannya sekarang. "Mom.. Dad! Akhirnya!" ucapnya penuh semangat.

Yuriko yang saat itu menghampiri puterinya bersama Jack dan Christopher langsung memeluk Hanna dengan sangat erat. Entah sudah berapa lama mereka tidak bertemu dan bertatap muka satu sama lain seperti ini. "Mom, I miss you. Kenapa baru datang sekarang?"

Yuriko mengurai pelukannya kemudian menatap kedua mata puterinya, "Maafkan Mom sayang, Mom dan Daddy Christ sangat sibuk di Korea. Bisnis Dad itu tidak bisa di tinggalkan dalam waktu yang lama. Ku harap kau mengerti." Hanna menoleh ke arah ayah tirinya itu dengan senyuman. Ia beralih memeluk Christopher sambil berkata, "It's okay, Dad." Christ tampak tersenyum dan mengelus rambut puterinya itu.

"Ayo, kita semua sudah harus turun sekarang. Biarkan Dad menemanimu berjalan diatas altar sampai kau bertemu dengan calon suamimu." ujar Jack dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Oh Jack, come on. Don't cry!" Yuriko menatap mantan suaminya itu dengan haru. Bagaimana mungkin seorang ayah yang akan memberikan puteri kandungnya pada pria lain tidak menangis? Puteri kecil yang dulu sering ia rangkul dan ia belikan permen saat menangis, kini telah menjadi gadis dewasa yang akan meninggalkan rumah dan meninggalkan dirinya. Bagaimana mungkin bisa melepaskan puteri kesayangannya dengan begitu mudah?

Secret Admirer [SELESAI]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang