[RM]

1.7K 245 81
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***





Lembaran-lembaran kertas kusut bekas lipatan itu diberikan pada Namjoon. Rose sengaja melipatnya saja, karena tidak mau repot membawa amplop.

"Apa ini?" tanya Namjoon. Matanya langsung menelusuri isi kertas dengan diterangi cahaya dari layar ponselnya.

Terdapat data beberapa orang di tiap lembarnya. Wajah Namjoon terlihat serius sekarang. Dengan cepat, otak Namjoon merekam semua yang dia baca.

"Salah satu diantara mereka berhasil menjual apartemen milik orang tuaku di Gangnam. Moon Deoksung, kakek tua itu juga yang membunuh kedua orang tuaku. Aku tahu dia pamanku, tapi dia sudah menipuku habis-habisan."

Namjoon masih sibuk membolak-balik kertasnya. Mempelajari setiap kata yang dia baca dan mengangguk paham sesekali. Ini bukan pertama kalinya Namjoon menangani kasus semacam ini. Bukan pertama kali juga kasusnya berakhir sukses.

"Tiga orang yang lain adalah tangan kanannya. Mereka pegawai setia di perusahaan keluargaku. Satu-satunya harta yang masih kumiliki hanya perusahaan itu. Aku tidak punya apa-apa lagi."

Mata Namjoon teralihkan ketika mendengar suara Rose yang mendadak parau. Ini bukan saat yang tepat untuk bersedih, tapi air matanya jatuh begitu saja.

Namjoon melihat ada amarah yang berkecamuk di matanya. Ada yang ingin segera dia tuntaskan. Namjoon mengerti itu. Dia tahu bagaimana sakitnya kehilangan segalanya.

"Namjoon, kau tahu maksudku kan?"

Tak ada jawaban dari Namjoon. Netranya masih terus menatap Rose, meminta penjelasan lebih. Namjoon tidak bodoh dalam membaca perasaan orang lain. Dia peka. Wanita hanya butuh didengar di saat seperti ini.

Rose seolah tahu gelagat Namjoon. Rasanya seperti mengorek luka yang dia coba kubur dalam-dalam. Tapi, dia yang minta. Rose sendiri yang minta pertolongan Namjoon.

Mau tidak mau dia harus menceritakan segalanya, agar lelaki itu tidak salah penafsiran. Juga, agar menguatkan keyakinan Namjoon pada maksudnya.

"Perusahaan itu sebentar lagi akan jatuh ke tangannya dan aku akan dibuang dari rumahku sendiri. Aku memang masih terlalu kecil untuk mengerti apa itu perusahaan, tapi setidaknya aku harus menjaganya dari tangan kotor Deoksung.

Seharusnya perusahaan itu jatuh atas namaku. Tapi, entah bagaimana aku tidak mengerti, tahu-tahu di surat wasiat ayahku mengatakan perusahaan itu diberikan sementara pada Deoksung dengan alasan aku masih terlalu kecil.

Di matanya hanya ada uang dan uang. Ayah sampai menjual mobilku untuk membayar hutang-hutangnya. Namjoon, aku tidak percaya padanya. Kau harus bertindak."

Gadis berumur 22 tahun itu tidak mau ambil repot untuk membawanya ke meja hijau. Dia tidak punya bukti-bukti yang kuat. Yang ada malah dirinya yang dituntut balik oleh Deoksung.

Dysphoria • wengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang