[phone call]

1K 177 29
                                    

***

"Seungwan-ah!"

Suara manis gadis berkucir itu memenuhi seluruh ruangan. Nada cerianya tak sedikit pun menyentak Wendy dari lamunan. Kaki kurusnya menghampiri sang sahabat yang tak kunjung menyahuti. Namun senyum yang sejak awal terlukis langsung redup seketika. Joohyun menemukan Wendy duduk melamun mengaduk-aduk kopi seorang diri di meja yang sama saat dia sarapan bersama Yoongi.

Hati Wendy kalut. Tak tahu apa yang dia rasakan. Gadis itu tak merasa menyukai Yoongi namun efek dari hal sesepele itu amat luar biasa. Suasana hatinya jadi buruk. Bahkan dia tak mau tahu siapa yang datang dan berteriak memanggilnya. Untung saja itu Joohyun.

"Kau sudah makan? Aku baru saja mempelajari resep baru. Inginnya memasak di sini dan kau yang pertama mencobanya." Setelah Joohyun mendekat, barulah Wendy mau berpaling dari lamun panjangnya. Gadis itu ceria sekali untuk diabaikan. Tapi hati sedang malas menanggapi apapun. "Kau ada garam, tidak? Aku lupa memasukkannya ke daftar belanjaku."

"Cari saja di sekitar situ," ujarnya malas.

Joohyun tahu Wendy sedang tak ingin diganggu. Tidak tahu penyebabnya juga. Namun untuk sementara biar gadis bersurai coklat itu berlarut-larut dalam kegalauannya. Joohyun akan mengeksekusinya setelah makanannya siap. Masa bodoh Wendy yang sudah makan. Dia tetap ingin sahabatnya mencicipi resep barunya itu. Asal tahu saja, Joohyun tidak meneeima penolakan.

Sementara Joohyun mulai sibuk menyiapkan bahan memasak, Wendy menjatuhkan atensi pada ponsel miliknya. Ada rasa ingin menghubungi Yoongi. Tapi ditolak mentah-mentah oleh sisi hatinya yang lain. Gengsi, iya. Takut, apalagi. Dia belum pernah melihat Yoongi marah sampai seperti orang gila. Hanya saja, sikap dingin lelakinya justru membuatnya kalut. Bukan sikap dingin yang menyebalkan. Ini berbeda.

Pikirnya, Yoongi marah. Namun masih batas aman dibanding dia berteriak di depan wajah Wendy dan membentak-bentak. Sekali pun Wendy sudah biasa dengan itu sewaktu di tempat kerja, namun sisi hatinya sebagai wanita tetap tidak bisa menerima itu. Sebuah perasaan muncul tanpa disadari bahwa Wendy tak ingin Yoongi sampai marah dengannya. Sekali pun dia tahu, alasan yang tepat untuk membenarkannya pun tak bisa meyakinkan hati.

Ponsel Joohyun berdering. "Seungwan, bisa kau jawab telponnya sebentar?"

"Kubilang, berhenti memanggilku Seungwan!" Dengan malas, Wendy membongkar tas selempangan milik Joohyun yang tak jauh dari jangkauannya. "Dari Taehyung."

Sementara Joohyun sedang mengikat rambutnya, tanpa pikir panjang, Wendy menggeser tombol hijau pada benda kotak di tangannya. Feminin sekali, batin Wendy tiap kali dia melihat benda milik Joohyun yang serba merah muda, termasuk ponselnya. Tak lupa Wendy menyalakan loudspeaker, berharap Joohyun juga mendengar percakapannya dengan manusia di seberang sana. "Apa?"

"Sudah kuduga. Mana pacarku? Kenapa jadi kau yang jawab?"

Belum apa-apa, Wendy sudah enggan meneruskan obrolannya dengan Taehyung. Dalam hati, dia mengutuk Joohyun yang tidak seharusnya memilih pacar seperti lelaki di telpon ini. Menyebalkan. Seperti Yoongi. Ah, Yoongi. "Dia sedang sibuk di dapur," jawab Wendy sekenanya sambil melirik Joohyun yang tengah sibuk mencuci sayur.

Rasanya tangan Wendy gatal ingin mencekik Taehyung saja. Dia sedang malas mengangkat pantat malah disuruh-suruh."Berikan padanya. Aku hanya sebentar."

Dysphoria • wengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang