[bastard]

1.5K 216 40
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Yoongi POV

Suasana hatiku sedang baik setelah makan. Dua jam lagi, mereka akan segera berkumpul di sini. Menyusun rencana untuk eksekusi lusa malam. Sementara di markas hanya ada aku, Hoseok, dan Seokjin. Mereka berdua sedang di ruangan masing-masing. Hoseok bilang ingin tidur. Sementara Seokjin, entah apa yang dia lakukan. Sedari tadi yang ku dengar hanya suara pisau jatuh dari ruangannya. Kupikir, dia sedang melakukan blind knife saat ini.

Yang lain, aku tidak tahu, kecuali Jimin. Dia tidak akan berhenti sebelum mendapat apa yang dia inginkan.

Kulihat Seulgi yang baru datang. Penampilannya seperti gadis seusianya. Kemeja kotak-kotak perpaduan warna putih, hitam, dan abu-abu, dengan tas selempangan di bahu kanannya. Dia terlihat seperti kebanyakan gadis pada umumnya. Tidak ada yang tahu pekerjaan kotornya. Kamuflase yang sempurna.

"Kau tidak bersama Jimin?"

Langkahnya terhenti. Sepasang manik cantik itu mengarah padaku. Ekspresinya masih sama sejak dia pertama kali masuk, "tidak. Dia bilang akan mendatangi seseorang," matanya menyelisik diriku. Ingin tahu banyak hal di balik pertanyaan yang kulontarkan barusan, "ada sesuatu?"

Aku menggeleng cepat, "tidak," dan Seulgi mendaratkan diri di sofa, setelahnya. Tepat di sampingku, "kenapa tidak pergi dengannya?"

"Kau tahu dia pergi?"

"Sangat tahu."

Dia menoleh padaku. Tatapannya seolah meminta penjelasan kepada pacarnya yang ketahuan selingkuh. Menakutkan, sih. Untung dia bukan pacarku. Seulgi menodongku dengan pertanyaannya lagi, "katakan, kenapa dia pergi menemui orang itu? Ada target baru?"

"Tanyakan saja padanya," aku tersenyum menanggapinya. Sepertinya, Jimin baru saja mengabaikan gadis cantik ini. Tumben sekali dia, "kurasa kau tidak pernah ketinggalan berita, Seul. Kalian bertengkar?"

"Jawab saja!" balasnya dingin. Alisnya menukik tajam. Sorot matanya terlihat jahat. Berbeda saat Jimin pertama kali membawanya kemari. Manis dan tertutup. Dari penampilannya pun masih terlihat sama. Namun, sesuatu di dalam dirinya kini telah berubah. Dia bukan tipikal wanita suka basa-basi. Jimin tidak ada di markas. Kurasa, menggodanya sebentar tak apa.

Tanganku terulur dan berusaha menggamit dagunya, "bagaimana kalau aku menolak?"

Seulgi tidak main-main, rupanya. Awalnya, dia tidak menolak sentuhanku. Beberapa detik kemudian, tahu-tahu tanganku sudah dibekuk ke belakang. Gerakannya cepat sekali, "sudah kubilang, jawab saja. Jangan main-main denganku," dia mengeluarkan pisau lipatnya dan diarahkan pada leherku. Mata pisaunya tepat menyentuh kulitku. Sedikit saja membuat pergerakan, maka aku akan terluka.

"Siapa yang mengajarimu teknik ini? Apakah Jimin? Dia petarung yang buruk," bukannya menjawab, Seulgi malah mempererat bekukannya. Tulangku yang serasa ditarik berubah nyeri luar biasa, "lepaskan atau kau tidak akan mendapat apapun dariku!"

Dysphoria • wengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang