[tear]

1.4K 217 65
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Yoongi POV

Setelah menghilang darinya, kurasa aku ingin tahu kabar anak ini. Hari ini, Seokjin pergi minum ke bar bersama teman-temannya. Lalu Namjoon yang pergi karena urusan kantor yang katanya rumit. Aku tidak tahu kemana perginya si bocah tengil Jeon Jungkook itu. Dia menghilang sejak pagi bersama Taehyung. Kau tahu, aku tidak akan memilih tinggal di markas jika Jimin dan Seulgi tidak pergi. Maksudmu, aku harus menjaga markas saat dua orang itu bersenang-senang? Ini gila!

Jadilah aku di sini. Menemui kekasihku. Kupikir, aku harus menjelaskan berondongan kata pada Wendy setelah mengabaikan pesannya dua hari yang lalu. Namun tidak. Ini sebaliknya, kurasa. Normalnya, aku akan meminta penjelasannya kali ini.

Wendy pulang bersama seorang lelaki tepat saat aku baru saja tiba. Untung saja aku tiba lebih dulu. Bagus. Tapi, aku tidak cemburu. Sedikit penasaran saja. Lalu berdirilah Son Wendy di hadapanku dengan dirinya yang berbeda 180 derajat dari yang biasa kulihat, menenteng kantong belanjaan di tangan kiri dan matanya yang sendu. Sesuatu terjadi dengannya?

"Bisa kita masuk?"

Mungkin berpura-pura tuli saja dulu. Dia mengabaikan pertanyaanku. Bahkan tidak melihatku sama sekali. Jangan kira aku bodoh, "Wendy, lihat aku."

Namun dia malah berpaling. Bertindak seolah berusaha menyembunyikan sesuatu dariku. Nada ketus yang selalu kudengar ketika dia kubuat sebal sedang dia buang jauh-jauh. Sejak awal aku sudah mengira makian seperti apa yang akan kudapat. Jawabannya tidak ada. Justru kutemukan banyak tanda tanya dari gadis ini sementara dia memilih bungkam.

Aku didorong pelan. Maksudnya, agar aku menyingkir dari depan pintu. Namun malah kubuntuti dia setelah pintunya terbuka. Cepat-cepat kutahan lengannya dan kubalikan badan Wendy menghadapku. Hidungnya memerah. "Percuma menyembunyikan mata sembap itu dariku. Aku sudah terlanjur melihatnya."

Sebuah sorot yang baru saja menggamit netraku kini terpejam dalam. Masih kucengkram lengannya. Aku ingin tahu ada apa dengan gadis ini. Sumpah, cara Wendy menggigit bibirnya sedikit menggodaku. Bukan. Bukan itu yang seharusnya kau tangkap, Min Yoongi.

Hanya ada bisu. Waktu masih mengulur hening di antara kami. Sampai baru kusadari, dia menantang tatapku. Aku tidak peduli kantong belanjaannya yang sengaja dia jatuhkan dan mengenai kakiku. Wendy memaksaku hanya untuk menatapnya. Dia takut. Tangannya menggantung lemah di bawah sana sementara aku masih sibuk meneliti detil wajah gadisku.

Iris cantiknya memantulkan refleksiku dengan jelas. Kedua alisnya nyaris bertaut. Dadanya naik turun mengikuti tempo jantung yang bergemuruh di dalam sana. Sorot itu tidak seperti yang kulihat. Sesuatu berhasil membaliknya kian jauh. Haruskah kusudahi hening yang menyenangkan ini?

Tidak, kau menyukainya. Hening ini, kau menyukainya. Namun Wendy makin tidak baik-baik saja.

Tangan dinginnya mencengkram pergelangan tanganku erat. Pertahanannya pecah. Memekik isakan yang seharusnya dia teriakkan lepas. Tak satu pun kata yang keluar dari mulutku begitu Wendy makin menyembunyikan wajahnya. Sesuatu di dalam sana mendesak agar aku melakukan sesuatu. Sungguh, aku tak mengerti apapun. Tubuhnya bergetar hebat begitu kutarik dia dalam dekapku.

Dysphoria • wengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang