[sweet play]

1.2K 89 18
                                    

***

"Semalam kau kenapa? Kalau tak kuat minum jangan memaksa diri begitu." Wendy akhirnya buka suara.

Pria sipit yang tengah berbaring di paha kekasihnya itu membuang napas besar. Kejadian semalam melintas lagi di kepalanya. Kejadian di mana Yoongi dapat dengan jelas melihat gadis yang dicintainya itu mengalungkan kedua tangannya di leher lelaki lain dan menikmati setiap kecupan mesra yang diterimanya. 

Jika saja bisa, Yoongi dapat mencegahnya agar tak satu pun orang dapat menyentuh gadis berusia 18 tahun itu. Tapi, siapa dia? Kekasihnya pun bukan.

Alih-alih menjawab, Yoongi malah melempar pertanyaan lain, "Apa semalam aku meracau saat tidur?" Tentu saja untuk menghentikan gadisnya banyak bertanya soal apa yang dia tidak boleh tahu. Alasan lainnya adalah Yoongi malas membahas soal itu. Terlalu menyayat hati.

"Kalau kau ada masalah, kau bisa cerita padaku. Itu pun kalau kau mau."

Namun tak ada jawaban.

Langit-langit kamar Wendy begitu menarik untuk ditatap. Tak ada apa-apa memang. Namun Yoongi tak juga mengalihkan pandangan darinya. Yang terlintas di kepalanya hanya bagaimana menyembuhkan sakit hatinya itu. Mengumpat saja tak cukup untuk menghilangkan bekasnya.

Satu sudut bibirnya terangkat. Dia menyadari bahwa alur hidupnya kini begitu rumit. Tidak punya orang tua, tidak punya saudara. Ditambah dengan asmara yang gagal dan menyulitkan.

Yoongi tidak pernah mempunyai hal-hal yang ingin dia punyai. Semuanya direnggut dan Yoongi tidak berdaya sama sekali untuk merebutnya kembali. Seperti takdir tak menginginkan dia memilih. Tak ada pilihan selain menjalani apa yang ada di hadapannya saat ini. Yoongi pasrah ke mana arus kehidupan membawanya.

Wendy yang sejak tadi mengusap halus kepala lelakinya kemudian terhenti begitu melihat kedua mata itu mulai mengatup. Entah dia benar tertidur atau hanya sekadar menutup mata karena nyaman. 

Wajah tidur itu lagi. Wendy kembali terbuai dengan wajah tenang Yoongi saat terlelap. 

Gadis itu begitu asyik memperhatikan tiap jengkal wajah lelaki yang kini bersamanya itu. Hingga tanpa sadar tangannya mulai mengusap halus wajah Yoongi. Merasakan kasar pada permukaan kulitnya. Namun tak masalah dengan itu, Wendy tetap melanjutkan pergerakannya.

Dengan mata masih tertutup, tangan dingin Yoongi meraih tangan gadisnya untuk digenggam. Rasa hangat yang tiba-tiba menjalari telapak tangannya terasa begitu nyaman dan dengan spontan Yoongi merengkuh tangan kecil itu. Menautkan tiap jemari untuk mendapatkan kehangatan lebih. Tak ada penolakan dari gadisnya bahkan dia turut mengeratkan genggaman tangannya.

Wendy kembali dibuat bungkam begitu Yoongi meloloskan kalimatnya, "Apapun yang terjadi tetaplah di sisiku, Wendy."

***

"Hyung bagaimana? Mana dia?" tanya Hoseok begitu Jimin dan Taehyung datang.

Pemandangan tak sedap langsung membuat lelaki yang bermarga Kim itu berdecak dan berusaha membuang muka. Seokjin yang melihatnya hanya tersenyum kecil. Beginilah ketika mantan kekasih saling bertemu. Pria tertua itu lantas menyahuti, "Park Sooyoung, kau tak mau menyapa yang baru datang? Setidaknya ucapkan 'hai' padanya."

Gadis yang dipanggil namanya oleh Seokjin itu langsung melirik dua manusia yang baru saja mendudukkan dirinya di sofa. Sudah dipastikan Taehyung masih membuang pandangan ke arah lain. "Diamlah. Aku kemari untuk merawat pacarku," ujar Sooyoung sembari membalut lengan Hoseok dengan perban baru. Sementara atensi Hoseok tak juga berpaling dari wajah serius kekasihnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dysphoria • wengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang