[eksekusi #1]

1.4K 196 9
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hoseok menghentikan mobilnya di depan pabrik tua itu. Kali ini dia memasuki area pabrik yang gerbangnya sudah membangkai di samping jalan masuk satu-satunya itu.

Ada beberapa gedung di dalamnya. Hanya ada satu gedung paling besar yang mungkin dulunya dijadikan gedung pusat. Sementara gedung-gedung yang tingginya hampir setara itu berjajar di sisi kanan kirinya.

Pistol selalu di sampingnya. Berjaga-jaga jika ada sesuatu tak terduga.

Seulgi menggendong tas hitamnya yang berukuran sedang dan berjalan mengikuti Hoseok dari belakang. Matanya awas memperhatikan sekitar. Hanya warna gelap yang dia lihat saat ini. Segelap mendung sore ini.

Hari ini mereka sengaja memakai baju serba hitam. Bukan hanya hari ini, sebenarnya. Namun hari-hari sebelumnya pun begitu.

Berpakaian serba hitam bukan hanya untuk menunjukkan sisi gelap mereka. Namun ini juga masuk dalam strategi. Kata si ketua, agar dapat memudahkan mereka untuk bersembunyi dalam kegelapan.

Hoseok naik ke lantai paling atas sebuah gedung di sisi kiri gerbang masuk. Dia berjalan menuju sebuah ruangan yang amat luas. Tempatnya berantakan.

Hanya ada tumpukan kursi-kursi tua di pojok ruangan dan beberapa meja yang terjungkal ke lantai.

Entah tempat macam apa itu, mereka tidak peduli.

Hari masih sore. Namun Seulgi dikirim lebih dulu ke lokasi sebelum eksekusi nanti malam untuk mengawasi keadaan.

Sebelum keberangkatan, dia sempat beradu mulut dengan Yoongi, karena gadis itu membawa banyak makanan ringan.

Pikir Yoongi, mengawasi saja tidak perlu sampai menguras isi kulkas. Seulgi masa bodoh. Lelaki sipit itu tidak tahu saja seberapa banyak porsi makan Seulgi.

Dikira menunggu itu menyenangkan? Apalagi dia harus menunggu hingga jam sepuluh malam. Pasti melelahkan.

Gadis itu sudah dibekali pistol dari Namjoon dan pisau lipat kecilnya yang sempat dirampas Jimin waktu itu. Pandangannya mengedar ke sekeliling tidak yakin. "Di sini?" tanyanya.

"Iya," katanya sambil berbalik menghadap Seulgi, "Nanti kau awasi dari jendela besar itu. Apapun yang terjadi, laporkan. Kau sudah bawa perlengkapannya?"

Seulgi membuka tasnya, memeriksa ulang barangkali ada yang tertinggal. Satu per satu barangnya dikeluarkan.

Dua pistol berjenis SIG-Sauer P226R, tiga pisau lipat, ponsel, dan makanan ringan berbagai rasa. Tak lupa, rompi anti peluru yang sudah melekat di badannya.

"Sudah semua."

Hoseok yang tadinya menatap jendela besar di hadapannya, kini berbalik menghadap Seulgi. "Oke. Kemari biar kujelaskan."

Seulgi mendekat pada Hoseok. Pandangannya lurus pada jendela besar itu lagi. Jendela yang terlihat usang dimakan usia. Meski sudah berkerak dan berlumut, setidaknya itu tidak menghalangi pandangan mereka ke luar sana.

Dysphoria • wengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang